(1) Sentuhan Pertama [Re-Write]

934 46 0
                                    


Didalam kepala sabrina tak pernah terbesit sedikitpun bahwa ia akan berhijrah dari rumah keduanya.
Dari tempat dimana dia bisa memiliki banyak pengetahuan yang mustahil akan dia dapat ditempat barunya.
Pesantren.
Dia tidak mau pergi dari tempat itu, sangat tidak suka.
Karena sabrina selalu mencita-citakan untuk menjadi guru disana. Bersama Aisyah dan Khusnul.
Ah, seperti nya sabrina merindukan mereka.

Katakan jika fikiran sabrina telah di profokator-i oleh salah satu temannya, Aisyah. Aisyah pernah bercerita kecil tentang hal-hal negatif yang pelajar Jakarta lakukan. Sehingga sabrina dengan cepat memyimpulkan bahwa dia akan susah beradaptasi. Namun ternyata semua tidak seburuk dengan apa yang Aisyah katakan.
Buktinya, sabrina sudah mengenal beberapa orang dikelasnya , kelas MIA 3 dihari pertama sekolahnya.
Dia sudah mengenal Fatimah, sebagai teman sebangkunya, dan dia juga tidak jauh berbeda dengan sabrina, maksudnya dia juga berhijab.
Sabrina jadi percaya bahwa Abinya tidak akan salah memilihkan sekolah untuknya.

Tetapi buruknya, dari informasi yang dia dapat dari Fatimah, sekolah barunya itu SMA Yadika bersebalahan dengan SMK UTAMA.
Kenapa buruk? karena itu adalah sekolah yang namanya sangat terkenal atas kenakalan murid-muridnya.
Kasus suka tawuranlah, biangnya Narkobalah, Pelajarnya yang urakanlah. Pokoknya sangat buruk.

Dan hari itupun terjadi, hari dimana sabrina dipertemukan dengan seorang pria yang sangat jauh dari kata pria idaman sabrina.

--

Saat itu, sebelum aku masuk kekelas, aku mampir dulu ke toilet.
Saat aku keluar dari toilet aku melihat ada seorang pelajar laki-laki yang sedang memanjat dinding dekat dari toilet. Dan kesalahan besar karena aku mencampuri urusan nya itu. Dia turun dari dinding itu dan langsung membekap mulutku setelah aku berteriak memergokinya.

Kalian tau?
Baru kali ini aku disentuk lelaki lain selain abi dan abang ilham.
Aku juga tak bisa berbuat banyak untuk menghentikan kejadian itu, akhirnya aku hanya bisa menangis yang berhasil membuatnya melepaskan tangannya dari mulutku.

"Eh kenapa lo jadi nangis? Gak usah ngalem lo!" bentak cowok itu dengan sedikit rasa khawatir, khawatir jika ada orang yang menemukan nya dalam keadaan seperti ini.

Aku gak menjawab, aku hanya menangis. Yhaa terus menangis sampai pak Salim guru olahraga mendatangi kami.

"Loh? sedang apa kalian disini? Kamu kenapa nangis? Dan kamu bukan anak sini kan? mau nyelinep lewat sini lagi? Akan saya laporkan lagi kamu ke kepala sekolahmu ya!"

Walaupun pak salim berbicara dan banyak bertanya, aku gak bisa menjawabnya. Toh, pertanyaannya lebih mengarah untuk pria itu kok.

Dari situlah aku merasa harus menjauhi diriku dari pria itu. Pertemuan pertama saja sudah berani menyentuhku.

Saat aku menceritakannya dengan Fatimah dan Sadiah. Mereka menanyakan bagaimana ciri-ciri pria itu, dan aku menjelaskan walau tak mengingat dengan jelas, mereka menyebut-nyebut nama ROY.

"Yaampun, kok bisa sih sabrina lo ketemu sama roy?" Kata sadiah dengan wajah tak menyangka,

"Memangnya siapa itu roy?"

"Dia itu cowok paling ganteng di Smk utama sabrinaaa, yaampun coba gue yang jadi lo, beruntung banget sih lo, "

"Dia itu udah berani nyentuh aku sadiah, apanya yang beruntung? yang ada aku sudah berdosa tau,"

"Yaelah disentuh gitu doang, di grepe-grepe juga gue mah rela rela aja lah, haha.. "

"Heh tolo! jangan didengerin omongan sadiah rin, gila dia mah! Roy itu cowok yang minum banget rin, pokoknya lo harus jauhuin dia. Lain kali kalo ketemu dia lagi, lo langsung pergi aja rin, pura-pura gak lihat aja rin, oke?" kata fatimah. Yha aku meng-iyakan omongannya. Lagi pula siapa yang mau melihatnya? terakhir bertemu saja, aku dalam keadaan menangis.

.....

Cewek AgamisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang