Chapter 1 - The Beginning...

676 70 9
                                    

* * *

AIRPORT, 04:15PM

"Akhirnya aku pulang!" seorang wanita muda menggumam dengan senyum merekah cerah. Setelah hampir empat tahun dia habiskan waktu di Paris untuk belajar, hari ini dia kembali untuk menemui keluarganya.

Dia berjalan cepat keluar dari terminal kedatangan bandara, kakinya berlari kecil sambil menderek koper besar dan satu tas ransel yang tergantung di bahunya. Satu tangannya melambai ke arah sopir taksi dan dia langsung merangsek ke dalam alat transportasi tersebut. Untung saja dia memiliki tabungan yang cukup, tidak sia-sia dia menjalani part time selama di sana. Senyumnya tidak lepas dari wajahnya, dia terlampau rindu dengan keluarga yang sudah dia tinggalkan selama ini. Cita-citanya adalah menjadi seorang desainer dan sepertinya Tuhan sangat baik memberikan kesempatan itu padanya. Meraih gelar sarjana dengan beasiswa. Jangan heran, dia adalah seorang anak dari keluarga biasa saja. Ayahnya hanya seorang wirausahawan -toko buku- dan ibunya seorang kepala pelayan di keluarga kaya.

Dia menarik napas dalam kemudian menghembuskannya perlahan setelah keluar dari taksi. Rumah sederhana yang begitu dia rindukan. Ini hari minggu, dan semua keluarganya berada di rumah. Hanya ayah dan ibu yang dia miliki mengingat dirinya adalah anak tunggal. Sebenarnya ada satu lagi, adik angkatnya yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA. Kakinya kembali melangkah, tangannya mendorong pintu gerbang kayu setinggi pinggang, kembali tersenyum, melupakan koper dan berlari memeluk punggung seseorang yang sedang sibuk menyiram tanaman.

"Eomma, aku sudah besar. Berhentilah memperlakukanku seolah aku ini masih kecil!" pria muda itu menggumam kesal. Tapi ketika tangannya menyentuh lengan itu ada yang berbeda, lebih mulus, tidak ada keriput.

"Kau itu memang masih kecil, Hoonie."

Park Hoon menoleh ke samping seraya melepaskan pelukan tersebut. Dia ikut tersenyum menatap seseorang yang empat tahun lebih tua darinya itu. "Noona?!" Hoon menyambut dengan penuh suka cita. Dia memeluk kakaknya dengan erat. "Appa! Lihat siapa yang datang!"

"Appa!" wanita itu berteriak di dalam rumah, berhambur memeluk ayahnya yang juga balas memberikan pelukan hangat. "Dimana Eomma?"

"Dia di rumah majikannya, panggilan mendadak karena malam ini Tuan Besar pulang dari perjalanan bisnis, jadi Nyonya memintanya untuk mengatur makan malam."

"Ah, sayang sekali. Padahal aku ingin memberi kejutan padanya." keluhnya.

"Noona, kau tidak membawakan aku oleh-oleh?" Hoon menyela, membuat wajah kakaknya kembali ceria.

"Tentu saja aku membawanya." wanita itu meraih koper di samping Hoon, membukanya dengan senang hati. Mulai mengeluarkan beberapa baju rancangan yang dia buat disana. "Kemeja musim panas untukmu dan juga Appa."

Dan.. yah, mereka mulai sibuk dengan semua cerita menyenangkannya di Paris sana. Negara dengan berjuta keromantisan dan kenangan akan perjuangannya selama menuntut ilmu. Wanita muda itu.. mulai bernostalgia.


* * *


NIGHTCLUB, 06:30 PM

Dentuman musik menghentak keras, menghujam telinga serta suara bass yang seolah memukul dada. Tidak peduli meski hari masih terlalu sore untuk memulai kesenangan duniawi. Semua pengunjung, entah itu pria atau pun wanita saling berhadapan dengan pasangan masing-masing dan meliukkan tubuhnya mengikuti musik yang mengalun. Termasuk pria itu -pria yang sudah melewati usia seperempat abad di dunia ini- masih menikmati waktunya bersama seorang wanita, entah siapa karena memang mereka baru saja bertemu hari itu.

Matanya mulai bermain, menatap wajah cantik yang mengenakan mini dress ketat hitam tanpa lengan, membuat gairahnya memuncak dan ingin mengecap bibir seksi yang terus saja menggodanya dengan senyum centil. Tangannya terangkat, merangkak naik meraba pinggang dan berhenti di pinggul, bergerak ke belakang kemudian menariknya mendekat. Kedua tangan wanita tersebut sudah mengalung di lehernya, saling menatap lekat dari jarak dekat. Tubuh mereka masih bergerak dan itu memudahkan mereka bebas untuk mendekatkan diri satu sama lain hingga jeda itu menipis dan menghilang.

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang