JAERA'S APPATMENT, 09:45 PM
"Bagaimana rasanya makan malam di temani oleh dua pria tampan sekaligus? Pasti menyenangkan sampai kau bisa pulang terlambat seperti ini."
Sapaan manis itu menyambut Nara yang baru saja sampai. Ini kali pertama dia pulang lewat jam 9. Masih begitu membekas dalam ingatannya, saat dia pulang terlambat karena ada kemacetan dan Hyukjae marah padanya. Jadi dari pada menambah masalah, dia memilih untuk tidak mendebat.
"Heechul Oppa, kami berdiskusi tentang baju rancanganku." Nara menjawab sambil lalu, menuju dapur setelah meletakkan tasnya di sofa, meninggalkan Hyukjae sendirian disana.
Hyukjae mengikuti, dia berdiri di samping istrinya yang sedang menuang air minum ke dalam gelas. "Lalu Donghae?"
Nara meletakkan gelas tanpa melepasnya. Menarik napas dalam sebelum dia memberikan seuntai senyum pada suaminya yang galak ini. "Aku bersyukur memiliki Oppa yang sangat protektif. Donghae pulang setelah selesai menikmati makan malamnya. Jangan khawa- eumb!"
Mata mereka saling melirik. Nara berharap jika Hyukjae tidak akan berikir yang tidak-tidak tentang dirinya yang tiba-tiba mual.
'Sayang, Eomma mohon jangan nakal.' Nara berdoa sebelum –dengan spontan- melarikan diri dan menghilang di toilet kamar.
Hyukjae masih bertahan di tempatnya untuk beberapa saat sebelum akhirnya menyusul istrinya yang tiba-tiba mual. Dia melihat Nara berjongkok dengan kepala menunduk di dalam kloset duduk. Kedua tangannya berpegangan di tepian dan entah kenapa, pria itu dengan reflek memijat tengkuk wanita tersebut kemudian mengulurkan tisyu.
Nara berdiri dengan perlahan, tubuhnya gemetar karena takut jika Hyukjae akan curiga terhadapnya. Usia kandungannya sudah memasuki usia 4 bulan, perutnya sudah semakin membuncit dan pria sepintar Hyukjae tidak mungkin tidak menyadarinya.
"Apa kau sakit?" Hyukjae menyentuhkan punggung tangannya pada kening Nara. "Kau tidak demam. Jadi-"
"Mungkin aku salah makan. Lambungku sedikit sensitif dengan makanan tertentu. Kau tidak perlu khawatir. Besok aku pasti sudah baikkan. Lebih baik kau istirahat, ini sudah malam."
Hyukjae mengerutkan keningnya. Penjelasan Nara yang diucapkan dengan nada yang dianggapnya tidak biasa justru memancing kecurigaan. "Apa kau lupa aku pernah mengatakan jika aku tidak pernah suka di bohongi hal sekecil apa pun itu?"
Kedua kelopak itu hanya berkedip-kedip cepat. Kedua tangan Nara yang sudah bertaut kembali gemetaran. "Aku.. tidak berbohong. Aku memang.." dia menelan ludah, membasahi bibirnya, "tidak-"
"Sebaiknya kau ganti baju lalu istirahat. Aku sibuk." Hyukjae memotong. Dia melengos begitu saja. "Astaga, bahkan milikku bisa bereaksi secepat itu hanya karena melihatnya membasahi bibir!" gerutu pria itu gusar setelah keluar dari toilet.
Pria itu memilih masuk ke dalam ruang kerjanya. Menyibukkan diri untuk mengenyahkan pikiran kotor yang baru saja mampir ke otaknya hanya karena wanita itu membasahi bibirnya yang tipis. Dia belum lupa dan mungkin tidak akan pernah lupa saat dia mencium bibir istrinya. Bibir itu begitu lembut, kenyal, manis dan terasa pas dalam lumatan bibirnya sendiri.
Dia mendudukan dirinya, mulai membuka laptop untuk mencari pekerjaan. Mengalihkan pikirannya tentang meniduri istrinya. Dia tidak berminat dan melarang dirinya terlibat lebih dalam dengan wanita itu. Dia tidak mau ketergantungan. Ketergantungan pada tubuh wanita yang tidak pernah dia inginkan dalam hidup. Awalnya dia berpikir tidak akan apa-apa, tapi faktanya berbeda. Dia bahkan bisa ereksi hanya dengan membayangkan tubuh telanjang istrinya. itu yang membuatnya mati-matian menghindar. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia bisa melampiaskan hasratnya pada wanita lain yang pada akhirnya sama sekali tidak pernah meninggalkan kepuasan sempurna seperti yang dia rasakan setelah meniduri istrinya. Dua kali.. dan dia menyerah untuk mendekati wanita itu. Dia.. tidak akan menyerahkan hidupnya begitu saja pada Park Nara. Si Naif yang hanya bisa menangis. Si Naif yang cantik dan mampu membuatnya ketergantungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER YOU
FanfictionPark Nara seorang gadis yang baru saja kembali dari studynya di luar negeri. Harapannya kembali adalah untuk menata hidup dan membahagiakan kedua orang tuanya. Sampai pada hari itu, dimana dia menggantikan ibunya yang tengah sakit. Untuk kali perta...