* * *
Hyukjae mengerjap, ucapan ibunya kembali terngiang di kepala. Juga, kenapa ayahnya sampai memohon dengan air mata yang menetes? Kenapa pria tua itu menangis hanya demi Nara? Jika memang ini menjadi hal terakhir yang bisa dia lakukan untuk ayahnya maka dia akan melakukannya. Toh, setelah dia mendapatkan seluruh warisannya dia bisa menceraikan wanita itu.
"Kami akan menikah." semua orang terkejut, menatap Hyukjae. Pria tersebut maju, mendekati ranjang sisi kanan. Kedua matanya menatap Nara secara langsung. "Aku akan menikahinya."
"A.. apa?!" Nara masih belum mengerti, kenapa pria ini tiba-tiba ingin menikahinya? "Tapi-"
"Bukankah tadi kita sudah sepakat untuk menyetujui perjodohan ini?"
"Hah?!" wanita itu bertanya-tanya, mengaduk isi otaknya. Mengais-ngais ingatannya tentang kejadian tersebut dan dia sama sekali tidak pernah merasa -pernah mengatakan hal itu. Pandangannya mengedar, semua orang sedang menunggu jawabannya dan ketika dia menatap ayah Hyukjae, pria itu benar-benar berharap padanya. "Ee.. itu.. aku.. tapi.. ee.." Park Nara, kau benar-benar cari mati!
"Aku sangat berterimakasih jika kau mau menjadi menantuku."
Nara hanya bisa tersenyum kaku. Wajahnya tertunduk dengan bibir bawah tergigit, meringis, mengasihani dirinya sendiri.
"Bagus. Semuanya sudah setuju. Dua minggu lagi kalian akan menikah."
Kepala Nara kembali terangkat. "Dua minggu?!" wanita itu menutup mulutnya yang kelepasan memekik. "Maaf."
"Kenapa? Kurasa itu cukup." ujar Yuna.
"Kita bisa memakai ballroom di salah satu hotel. Jika soal pendeta dan gaun kita bisa mencari dan membelinya. Badanmu kecil, pasti tidak susah untuk mencari gaun yang pas." tambah Hyukjae.
Nara melongo mendengar penuturan Hyukjae. Pria itu berkata seolah mereka benar-benar sudah berencana untuk menjalani rumah tangga. "Tapi-"
"Kau itu banyak tapinya ya?" Hyukjae mulai gemas.
"Aku memiliki gaun yang kudesain sendiri saat aku kuliah, tapi aku tidak membuat jasnya. Apa boleh aku memakainya?" tanya Nara hati-hati.
"Okey. Deal." Hyukjae tersenyum tipis yang dimata Nara tampak seperti peringatan kematian.
* * *
TWO WEEKS LATER - WEDDING
HOTEL - SJ GROUP, 10:00 AM
Nara terus saja meremas-remas kedua tangannya, dia mendadak merasa gugup. Bukan karena akan menikah, tapi yang dia khawatirkan adalah setelah dia menikah. Bagaimana kehidupannya setelah menjadi istri Lee Hyukjae yang dingin itu?
"Noona,"
Nara mendongak. "Eo, Hoon~ah."
Park Hoon menarik kursi lain dan duduk di depan kakak perempuannya. "Aku tidak menyangka hari ini akhirnya tiba." katanya sedih. "Apa kau akan tetap mengingatku setelah menikah? Kau tidak lupa janjimu untuk membuatkanku baju 'kan?"
"Kenapa kau sedih? Aku hanya menikah, tidak pergi kemana-mana. Dan, aku tidak pernah meninggalkan keluargaku meski aku menikah dengan pria kaya jika itu yang kau cemaskan. Dengarkan aku, Hoon~ah. Aku akan tetap menjadi kakakmu meski apa pun yang terjadi. Tidak akan ada yang berubah. Mengerti?"
Hoon mengangguk. "Noona, jika aku menikah suatu hari nanti, apa kau mau membuatkan jas serta gaun untukku dan pengantinku?"
Nara tersenyum simpul dengan mata berkaca-kaca sambil menangkup wajah adiknya. "Tentu saja. Aku pasti akan membuatkannya untuk kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER YOU
FanfictionPark Nara seorang gadis yang baru saja kembali dari studynya di luar negeri. Harapannya kembali adalah untuk menata hidup dan membahagiakan kedua orang tuanya. Sampai pada hari itu, dimana dia menggantikan ibunya yang tengah sakit. Untuk kali perta...