Chapter 9

520 55 2
                                    


JAERA'S APPARTMENT, 09:00 PM

Nara menyambar ranselnya setelah Hyukjae keluar dari kamar. Mengaduk isi ransel tersebut dan mengoperasikan benda yang dia cari. Ponsel. Hal pertama yang dia lakukan adalah menghubungi Heechul. Dia akan bersikap lebih waspada sekarang, itu satu-satunya cara agar bayinya tetap terlindung. Dengan tubuh gemetar dan mata yang terus menatap kearah pintu –berjaga kalau-kalau Hyukjae tiba-tiba masuk- dengan tatapan gusar.

"Halo?"

"Oppa, ini aku. Dia.. dia menemukanku. Aku takut." Nara mencicit.

"Aishh, memang seharusnya aku tidak mengizinkanmu menginap disana. Dia pasti mudah menebak keberadaanmu." Heechul tak kalah cemas. "Bagaimana keadaanmu sekarang? Kau baik-baik saja? Apa aku perlu kesana untuk menjemputmu?"

"Besok.. besok kau jemput aku. Sekarang keadaanku baik-baik saja. Dia bahkan bersikap lembut padaku. Dia juga menciumku, tapi hal itu justru membuatku takut. Oppa, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau kehilangan bayiku." Nara tanpa sadar merengek, menangis mengiba meminta pertolongan. Entahlah, sekarang yang ada hanya ketakutan dan hasrat untuk melindungi bayinya.

"Lebih baik kau istirahat. Jika kau tidur sendiri, kunci saja pintunya dari dalam agar dia tidak bisa mengganggumu. Besok aku akan menjemputmu tepat pukul 9 di basement apartemen."

Nara mengangguk cepat. "Aku mengerti."

Dia dengan segera berlari kearah pintu, menguncinya. Langkahnya menjauh meskipun matanya masih menatap kayu berwarna cokelat mengkilat di depannya. Berangsur napasnya teratur, dia memegangi kepalanya yang terasa pening sebelum akhirnya kembali terduduk di tepi tempat tidur. Ya Tuhan, kenapa hidupnya menjadi penuh ketakutan seperti ini?

===ooo===

Hyukjae berdiri di depan pintu kamarnya sejak lima menit yang lalu. Menatapnya penuh fokus. Kejadian lima menit yang lalu, yang membuatnya terpaku ditempatnya saat ini tidak pernah terlintas dipikirannya. Telinganya dengan jelas mendengar bunyi kunci berputar tepat ketika tangannya nyaris menyentuh kenop. Dia sengaja tidak bertanya, berteriak, atau lebih parahnya mendobrak. Dia memilih berdiri disana, satu meter di depan pintu. Wanita itu.. membuat sebuah jarak yang tidak pernah dia bayangkan.

Berselang satu jam, pria itu sudah duduk di balik meja kerjanya. Hanya duduk malas menghadap jendela besar, menatap pemandangan malam atau terkadang menatap pantulan bayangannya sendiri. Dia mulai menyadari sesuatu. Tentang keberadaan wanita itu yang membuatnya sulit menjauh. Pikirannnya menginginkan hal itu, tapi tindakan dan perasaan yang dia miliki menginginkan hal yang sebaliknya. Ada bagian lain dari hatinya yang menginginkan wanita itu tetap berada disisinya. Sejak mengenal wanita itu, hasrat memiliki wanita lain sirna begitu saja tanpa dia sadari.

Kim Heechul atau pun Lee Donghae, rasanya dia ingin mengurung Nara di apartemen agar tidak bertemu dengan dua makhluk adam itu. Mereka seolah membawa sebuah ancaman bagi dirinya. Ancaman yang bahkan seharusnya tidak perlu dia takutkan. Nara istrinya, dibandingkan dengan siapa pun dialah pemilik sah wanita itu. Hyukjae mendengus pelan sebelum memutuskan untuk beranjak. Dia ingin melihat istrinya. Dia ingin menatap wajah istrinya. Yah, dia tekankan sekali lagi. Istrinya.

Meski pun sedikit ragu, tapi akhirnya Hyukjae memutar kunci yang sudah tertancap di lubangnya. Memutarnya dua kali lalu membuka pintu tersebut dan menutupnya lagi. Menguncinya lagi dengan kunci yang sama. Sedikit bersyukur karena kunci yang di dalam –dengan cerobohnya- digenggam oleh Nara. Hyukjae berbaring menyamping, saling berhadapan dengan Nara yang sudah tertidur pulas. Malam ini wanita itu mengenakan gaun putih yang dibelikan ibunya saat mereka menikah. Wanita itu terlihat lelah. Hyukjae memberikan satu kecupan di kening Nara kemudian memeluknya. Matanya mulai terpejam. Hatinya mendadak merasa tenang. Melupakan Kim Heechul, Lee Donghae dan mengabaikan emosi dari sisi lain dirinya.

REMEMBER YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang