DUGH!
"Aduh!!" rintih Lyan, saat ia tak sengaja menabrak tiang di depan kantin. "Yang naro tiang di sini siapa sih? Nggak tau gue mau lewat apa?" omelnya, sambil terus mengusap keningnya yang terbentur tiang beton penyangga.
Vino terbahak. "Elo yang bego! Udah tau ada tiang di depan, pake acara sok-sokan mau nyelonong ngelewatin tuh tiang segala! Emang enak kepala benjol?" ledek Vino, yang tidak berhenti tertawa.
"Rese' lo ya. Udah tau temen celaka, pake acara ngeledekin bukannya nolongin!" omel Lyan, yang sudah berdiri sejajar dengan Vino.
Vino masih terbahak saat menatap Lyan. "Emang gue pikirin? Udah, ayo buruan."
Lyan dan Vino pun akhirnya bergegas menghampiri Darrell yang sudah berada di kantin sejak tadi.
"Wah lo berdua bener-bener emang. Nggak tau gue hampir lumutan apa nunggunya?" omel Darrell, sambil mengaduk es teh miliknya.
"Muke lo jauh!" umpat Lyan. "Nggak tau temen celaka apa? Sampe sini bukannya nawarin minum, malah ngomel!" lanjutnya, sambil duduk di depan Darrell.
Darrell pun menatap Lyan dan Vino bergantian dengan tatapan heran. "Emang lo kenapa, Yan?" tanyanya.
"Nabrak cewek seksi." jawab Lyan ketus.
"Hah?! Serius lo?! Dimana tuh cewek sekarang?" tanya Darrell beruntun sambil celingukan seperti mencari kebenaran kalimat Lyan.
PLAK!!
Satu buah pukulan mendarat mulus di kepala Darrell.
"Kok gue dipukul?" tanya Darrel, sambil mengusap kepalanya yang dipukul oleh Vino.
"Lyan nabrak tiang, dodol!" jelas Vino.
"Yaelah gue piker cewek beneran kali." jawab Darrell kecewa.
"Eh Rell, lo tau nggak cewek yang tadi abis dari sini, yang pake scraft sama gelang warna ungu muda tadi?" tanya Lyan.
"Ngeliat gue." jawab Darrell santai.
"Lo tau dia siapa?" tanya Lyan lagi.
"Nggak tau. Emang kenapa?"
"Sohib kita yang satu ini kayaknya naksir sama tuh cewek deh, Rell." celetuk Vino sambil merangkul Lyan.
"Serius nih?" pekik Darrell antusias. Ia yang tadi duduk sambil menopang tubuhnya di meja kantin, kini menjadi duduk tegap.
"Bukan gitu, dodol!" omel Lyan, sambil melepas tangan Vino dari bahunya.
"Terus kenapa?" tanya Vino, menatap Lyan dengan kening berkerut.
"Kayaknya muka tuh ceweh nggak asing di mata gue." Lyan terlihat menerawang. Mencoba mengingat, siapa gadis yang tadi dilihatnya itu.
"Kok lo bisa bilang gitu? Emang lo pernah ketemu atau kenal gitu sama dia?" tanya Darrell.
***
Malam hari di suatu rumah di Jakarta, seorang gadis sedang menikmati hidangan makan malamnya.
"Rumah segede ini, tapi cuma gue doang yang nempatin." Ia kemudian berdecak sebal, sambil Mengaduk-aduk makanan dalam piring di hadapannya.
Letta Khanza Mahendra―nama gadis itu―memang sering berada sendirian di rumahnya. Gadis yang memiliki tinggi badan 162cm itu mempunyai kedua orangtua yang gila akan pekerjaan mereka. Ayah Letta ―biasa gadis itu dipanggil―adalah seorang direktur sebuah perusahaan swasta yang memiliki kantor cabang di seluruh Indonesia. Ia selalu pulang larut malam, bahkan sampai tak pulang demi pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody's Perfect
RandomSaat beribu kata tak mampu terucap.. Saat cinta harus bertentangan dengan persahabatan.. Saat cinta harus bertarung melawan ego.. Juga saat hati harus belajar mengartikan kata 'IKHLAS'