Riska sedang duduk di samping Teguh yang sedang tertidur pulas di tempat tidurnya. Ia tersenyum ketika mengingat obrolannya dengan Vino beberapa saat yang lalu.
"Maafin sikap gue selama ini ya, Ris? Nggak seharusnya gue kasar sama orang yang udah nolongin keluarga gue." sesal Vino, saat ia dan Riska sedang duduk di kantin rumah sakit.
"Nggak apa-apa kok. Seharusnya yang minta maaf sama lo itu gue, karena sikap gue yang nyolotin waktu di mall itu. Sorry ya?" balas Riska.
"Nggak masalah." jawab Vino.
"Temen?" Riska mengulurkan tangannya ke arah Vino.
Vino pun membalas uluran tangan itu. "Temen." jawabnya, sambil tersenyum.
"Kak Riska?" tegur Teguh, yang sejak tadi melihat Riska melamun.
"Eh Teguh? Kamu bangun, sayang? Kamu haus ya?" tanya Riska yang terlihat kikuk, sambil meraih gelas berisi air putih yang ada di beside table.
Teguh tersenyum melihat Riska yang salah tingkah itu. "Kak Riska tadi lagi ngelamunin Kak Vino ya?" selidiknya.
Riska pun semakin salah tingkah setelah mendengar pertanyaan Teguh itu. Namun, ia segera mencoba menguasai dirinya. "Ah nggak kok. Kata siapa kakak lagi ngelamunin Kak Vino?" dustanya, sambil mengarahkan gelas berisi air putih itu kepada Teguh.
"Kalo nggak ngelamunin Kak Vino, kenapa muka Kak Riska tiba-tiba berubah jadi merah waktu Teguh nyebutin nama Kak Vino?" selidik Teguh. "Kakak suka ya sama Kak Vino?"
***
"Sorry kalo gue udah nyakitin Dea." sesal Arka, saat ia dan Darrell sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit.
"Lo minta maaf langsung aja ke Dea." ujar Darrell.
"Terus lo?" Arka menatap Darrell.
"Gue udah nggak permasalahin hal itu, karena gue juga salah. Maafin gue ya?" Darrell mengulurkan tangannya ke arah Arka.
"Nggk ada yang perlu di maafin." Arka membalas uluran tangan itu sambil tersenyum.
"Nah! Kalo lo berdua akur dari tadi, gue kan gak harus masuk ICU lagi." celetuk Lyan, yang duduk di kursi roda yang di dorong oleh Letta.
Arka dan Darrell tertawa mendengar kalimat Lyan itu. "Sorry." sesal mereka berdua, bersamaan.
"Nah harusnya kalian kompak kayak gitu." ujar Letta, sambil mendorong kursi roda Lyan untuk mendekati Arka dan Darrell.
"Temen?" Lyan mengulurkan tangannya yang menghadap ke bawah, tepat di hadapan Arka dan Darrell.
Darrell pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, lalu meletakkan tangan kanannya di atas tangan Lyan. "Temen." jawabnya yakin.
"Temen!" Arka meletakkan tangannya tepat di atas tangan Darrell, lalu menatap Lyan dan Darrell bergantian.
"Kalo mau tosh, tungguin gue juga kali!" sergah Vino, sambil mendekati Lyan, Arka, Darrell dan Letta, lalu meletakkan tangannya di atas tangan Arka. "Temen! Forever!" serunya.
Mereka berempat saling merangkul satu sama lain, hingga membentuk lingkaran.
"Ehem! Ehem! Kacang sekilo sekarang berapa ya?" celetuk Letta, yang merasa tak di anggap.
Mereka berempat pun tertawa mendengar celotehan Letta.
"Ya ampun cewek gue!" pekik Lyan, sambil menggelengkan kepalanya. "Sini." lanjutnya, lalu merentangkan tangannya, berniat memeluk Letta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody's Perfect
RandomSaat beribu kata tak mampu terucap.. Saat cinta harus bertentangan dengan persahabatan.. Saat cinta harus bertarung melawan ego.. Juga saat hati harus belajar mengartikan kata 'IKHLAS'