Part 9

471 37 3
                                    

Akhdan mengangguk mengerti. "Oh iya, ngomong-ngomong, Letta kemana? Kayaknya om belum ngeliat dia dari tadi." tanyanya, sambil menatap Darrell dan Vino bergantian. Lagi.

Darrell dan Vino kembali saling menatap. Mereka berpikir untuk memberikan jawaban yang tepat untuk Akhdan. Dan akhirnya...

"Tadi waktu minta tolong Darrell buat nyari Lyan, katanya dia nggak enak badan, om. Makanya dia belum bisa ke sini." dusta Darrell.

Akhdan mengangguk, tanda mengerti. "Tadi waktu om telepon dia, kayaknya emang lagi nggak enak badan. Soalnya suaranya rada serak, nggak kayak biasanya." tambahnya.

"Serak karena kebanyakan nangis kali, bukan nggak enak badan." batin Vino.

***

"Kenapa lo ngurung Letta sih? Nggak perlu sampe segitunya juga kali!" omel Alex, saat Arka menceritakan kejadian yang sebenarnya.

"Hak gue kali!" sergah Arka santai.

Malam itu, setelah puas menyakiti Letta, Arka menghabiskan sisa malamnya di bengkel temannya dan Alex.

"Eh gue udah suka sama Letta tuh udah lama ya, jadi lo..."

"Justru karena itu gue ngurung Letta." sela Arka.

"Maksud lo?" pekik Alex.

"Pantes aja Letta milih Lyan, lo bego banget gini." gumam Arka.

"Nggak usah banyak bacot! Buruan jelasin ke gue!" cecar Alex.

Arka pun menjelaskan tujuannya mengunci Letta di kamar. "Jadi gitu."

"Bagus juga ide lo." puji Alex sambil tersenyum.

"Gue kan nggak..."

Drrt..Drrt..Drrt..

Handphone Arka bergetar menandakan ada yang meneleponnya. Ia pun segera mengangkat telepon itu. "Halo." sapa Arka di telepon.

"Halo, kak?" jawab seseorang di ujung telepon.

"Iya, ada apa?" tanya Arka.

"Kakak bisa nganter aku jenguk Kak Lyan nggak besok?"

"Aduh, De, besok kan kakak pemadatan materi buat olimpiade minggu depan. Kamu lupa?"

"Oh iya, maaf, kak, aku lupa." jawab Dea, orang yang menelepon Arka. "Kakak lagi dimana?"

"Di kamar ngerjain tugas." dusta Arka. "Udah dulu ya De? Nice dream."

Arka memutus sambungan telepon itu secara sepihak. Entah mengapa, malam itu ia sedang tak ingin di ganggu oleh Dea.

"Kamar? Ngerjain tugas?" ulang Alex. "Bohong banget sih lo?"

***

Hari itu pun tiba. Hari dimana Lyan menjalani operasi transplantasi sumsum tulang belakang.

Sudah sekitar tiga puluh menit operasi itu berlangsung. Akhdan yang menunggu sejak tadi pun tak pernah beranjak jauh dari depan ruang operasi, tempatnya menunggu.

"Belum selesai, om?" tanya Vino, yang baru saja kembali dari ruang perawatan Teguh.

"Belum." jawab Akhdan, sambil menyandarkan punggungnya ke dinding.

"Semoga operasinya lancar ya, om." ujar Vino, mengulum senyum yang terlihat ia paksakan.

Akhdan menepuk bahu Vino pelan. "Om yakin mereka hebat." jawabnya sambil tersenyum.

Nobody's PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang