"Nggak usah ditekuk gitu mukanya." ledek Lyan, sambil mencolek dagu Letta.
"Papa pergi ke Singapore buat ikut meeting, beberapa hari ke depan." jelas Letta.
"Oh." jawab Lyan. "Terus masalahnya apa? Kenapa lo marah-marah?"
"Ih Lyaaan! Aku nhgak mau ditinggal sama papa."
"Iya iya, gue tau kalo lo lagi mesra-mesranya sama bokap lo." Lyan mengacak-acak rambut Letta.
"Ih nggak usah..."
"Letta pulang!" seru seseorang, sambil menarik tangan Letta dengan kasar, sampai Letta berdiri.
"Lo?" pekik Letta. "Apa-apan sih? Lepasin gue!" Letta meronta melepaskan genggaman tangan Arka di tangan kirinya.
Lyan yang melihat Letta merintih kesakitan, berusaha melepaskan Letta dari Arka. "Lepasin tangan cewek gue!" serunya.
"Hak gue buat ngatur hidup adik gue!" balas Arka, menjauhkan Letta dari Lyan.
"Dia adik lo?!" pekik Lyan. "Nggak! Nggak mungkin!" elaknya.
"Jadi kalian udah saling kenal?" pekik Letta, tak kalah kaget melihat Lyan dan Arka.
"Nggak mungkin kalo Letta itu adik lo!" elak Lyan lagi. "Bertahun-tahun gue kenal sama lo, dan yang gue tau, adik sama bokap nyokap lo masih tinggal di Kendal. "
"Lo salah, Yan!" sergah Arka. "Bokap nyokap gue pindah ke Jakarta sejak beberapa bulan yang lalu. Dan adik gue, Khanza, yang dulu sering gue certain sama lo itu ternyata malah sekarang jadi cewek lo."
"Lepasin Letta!" seru Lyan saat melihat Letta menangis, meronta kesakitan, tanpa memperdulikan penjelasan Arka.
"Setelah gue ngabisin lo!" jawab Arka. Sedetik kemudian, ia mendaratkan sebuah pukulan di wajah Lyan, yang membuat Lyan tersungkur ke pasir.
"Kak Arka berhenti!" rengek Letta yang semakin deras mengeluarkan air matanya.
"Kalo dengan lo mukulin gue, lo bisa lembut sama Letta, gue rela mati babak belur karena lo pukulin." ucap Lyan dengan suara parau karena Arka terus memukulinya.
Arka menarik kerah baju seragam Lyan hingga cowok berwajah timur tengah itu kembali berdiri walaupun dengan sempoyongan.
BUGH!!
Arka memukuli wajah Lyan dengan tangan kanannya. "Gue benci lo yang selalu jadi ranking 1 di kelas!"
Lyan semakin tak bisa menjaga keseimbangannya setelah mendapat pukulan itu.
"BERHENTI KAK!! LYAN BISA MATI KALO LO TERUS MUKULIN DIA!!" teriak Letta yang semakin histeris.
BUGH!!
Arka tak menggubris teriakan Letta yang berdiri beberapa meter darinya. Ia terus menghujani wajah Lyan dengan pukulan yang bertubi-tubi. Dan sekarang, ia tak hanya memukuli Lyan, tapi ia juga menarik kerah baju seragam Lyan, hingga Lyan sesak nafas. "Gue benci lo yang selalu jadi nomor satu!! GUE BENCI LO YANG SEMPURNA DI MATA ORANG-ORANG!!"
SREEEEETTTT!!
Arka mendorong tubuh Lyan hingga Lyan jatuh terseret di pasir. "JANGAN DEKETIN LETTA LAGI! KARENA SAMPE KAPANPUN, GUE BAKAL MISAHIN KALIAN BERDUA!!" Arka berlalu meninggalkan Lyan yang setengah sadar, dan menarik Letta agar mengikutinya.
Lyan mencoba bangkit dan menguasai keseimbangannya kembali. Namun sayang, rasa sakit di kepala dan punggungnya telah behasil membuatnya kembali terbaring lemah di pasir pantai. Hingga pandangannya berubah menjadi gelap, dan hanya gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nobody's Perfect
RandomSaat beribu kata tak mampu terucap.. Saat cinta harus bertentangan dengan persahabatan.. Saat cinta harus bertarung melawan ego.. Juga saat hati harus belajar mengartikan kata 'IKHLAS'