Malam ini bintang memilih untuk tak menunjukkan dirinya. Bahkan bulanpun lebih memilih untuk menyembunyikan sebagian dirinya dibalik awan.
Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang lebih gelap dengan guyuran hujan yang pastinya tak akan sendirian. Ia pasti akan membawa angin yang begitu kencang malam ini.
Mata yang berisikan pupil berwarna abu-abu itu tak bisa berhenti untuk terpejam. Menghirup udara malam dalam kesunyian yang ia ciptakan sendiri.
Menikmati suasana malam di sebuah danau yang terbilang cukup jauh dari kawasan rumahnya. Namun sepertinya itu tak akan menjadi penghalang untuk dia.
"Hhhh! Andaikan aja saat itu gak pernah ada. Aku yakin,aku juga pasti nggak bakalan ada hingga sekarang. Mungkin aku udah mati dan gak bisa melanjutkan hidup. Huftt!! Percuma..yah percuma!"
Mecca seketika menghentikan aktivitasnya. Ia lalu berdiri dan segera beranjak dari tempat yang dipenuhi oleh kunang-kunang tersebut.
"Darimana aja kamu? Kok baru pulang?" Tanya seorang wanita paruh baya yang berada di atas kursi roda,ketika ia baru saja menutup pintu rumahnya.
Mecca tak menjawab. Ia memilih untuk tak menghiraukannya,dan segera beranjak meninggalkan wanita tersebut. Namun,belum sempat ia menjauh. Tiba-tiba sebuah tangan menahan pergelangan tangannya.
"Apa sebegitu gak pentingnya mama di hidup kamu? Mama cuma pengen tau nak,kamu itu darimana?"
"Kamu tuh anak gadis. Nggak baik keluar sampe semalam ini."
Mecca menoleh ke arah wanita paruh baya tersebut. Ia lalu tersenyum simpul sebelum melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman wanita yang melahirkannya itu.
"Dan apa sebegitu pentingnya,saya di hidup anda? Saya rasa tidak! Lebih baik anda memikirkan suami anda yang hingga sekarang belum pulang. Mungkin itu lebih penting."
"Mecca! Jaga omongan kamu nak! Dia papa kamu!"
"Papa? Bahkan saya ngerasa udah gak punya papa. Karena apa? Karena saya gak pernah mendapati kasih sayang dari seorang papa. Saya gak pernah merasakannya,lantas apakah saya masih bisa dikatakan memiliki seorang papa? Saya rasa tidak!" Ujar Mecca dengan lantang yang membuat mamanya terdiam sembari menatapnya sendu.
"Saya permisi,saya mau istirahat! Selamat malam.." Ucap Mecca sembari berbalik ingin beranjak pergi.
"Kamu berubah nak! Mama gak bisa ngerasain sosok Mecca yang seperti dulu." Ucap mamanya sendu.
Mecca menghentikan langkahnya. Terdiam sebelum ia mengucapkan sebuah kalimat yang seketika membuat mamanya tak bisa berkutik apapun.
"Hhh! Bahkan saya pun meraskan hal yang sama. Saya juga udah gak bisa merasakan keluarga yang seperti dulu lagi. Dan sekiranya,seorang Meccanilla telah mati!"
Mecca meninggalkan wanita paruh baya tersebut yang telah berlinang air mata. Sampai sekarang pun,ia masih tak menyangka bahwa anak satu-satunya tersebut akan berubah seperti orang yang sangat asing untuk ia kenali.
'Maafin Mecca ma!'
***
Mecca yang baru saja turun dari angkutan umum,segera mempercepat langkahnya sembari menaikkan volume musik yang terdengar dari headphonenya.
Kejadian semalam,membuatnya harus terlambat memejamkan mata. Bahkan ia baru bisa tertidur ketika jam telah menunjukkan pukul tiga dini hari. Dan ia harus segera kembali bangun pada jam lima subuh.
Baru saja ia menapaki kakinya di koridor,tatapan para siswa dan siswi langsung tertuju padanya. Bahkan sudah terdengar dengan jelas bisikan-bisikan dari mulut para siswa.