Hai. Updetnya lama nggak?
Yaudah. Langsung lanjut aja right?!Enjoy.
*****
Ayam sudah berkokok dengan gagahnya. Cahaya matahari yang terang tengah mengintip malu melewati celah gorden yang masih tertutup di kamar seorang gadis yang tak lain adalah Letta. Gadis itu masih bergelung dengan selimut saat semua orang tengah melakukan aktivitasnya masing-masing dirumahnya. Masih dengan setengah sadar, ia mengambil ponselnya yang sejak tadi berdering kencang.
"Letta speaking," ujarnya masih dengan suara parau.
"OMG. WHAT DO YOU MEAN LETTA?!! KITA ITU MAU CHAMPING LETTA. DAN LO SAMA SEKALI BELUM PREPARE?!! STUPID!!" bentak seseorang dari sebrang telepon, ia adalah Arin. Gadis itu sudah jengah dengan kebiasaan Letta yang tak pernah Letta yang tadinya masih setengah sadar, kini membulatkan kedua matanya. Ia reflek melihat jam dinding kamarnya.
Mampus! 15 menit lagi!!
Tanpa mematikan telfonnya yang masih terhubung dengan Arin , Letta beranjak ke kamar mandinya dengan tergesa, memakai pakaiannya sembarangan, dan turun ke ruang makannya.
Disana telah duduk dengan tenang dan dengan santainya melakukan kegiatan makan tanpa tahu dibelakangnya telah terbentuk bom yang bisa saja meledak. Dengan kekesalannya yang mencapai ubun-ubun, Letta menjatuhkan bokongnya tepat didepang orang itu dengan keras sehingga menimbulkan bunyi decitan kursinya.
"Oh morning dear," ucap Renov dengan senyum sumringahnya.
"MORNING DEAR?!" ucap Letta sakartis. Ia benar-benar geram dengan kakak satu-satunya yang tak membangunkannya lebih pagi. Apa gunanya pelayan disini?
"Cepat makan dan akan kuantar kau ke sekolahmu dear," ucap Reno yang masih terkikik geli melihat wajah adiknya yang merah karna marah.
Letta hanya memutar bola matanya kesal dan melanjutkan makannya dengan cepat. Saking cepatnya membuat tenggorokannya tersedak makanan.
"Uhhuk.. Uhukk.." dengan cepat Letta meneguk minumannya sampai tandas. Sedangkan Reno mati-matian menahan tawanya karena tak ingin membuat adik kesayangannya semakin marah padanya.
"Kalo ketawa ya ketawa aja! Gausah di tahan gitu! Bikin tambah kesel tau nggak!!" ucapnya makin jengkel karena sikap kakakknya.
Reno hanya bisa berdeham untuk mengurangi sakit diperutnya, kemudian langsung menyambar kunci disebelahnya dan beranjak meninggalkan Letta yang wajahnya sudah merah padam.
"CEPATT LETTA ATAU KUTINGGAL KAU!" ucap Reno yang berteriak dari arah luar. Letta hanya memutar bola matanya malas seraya menggendong tas champingnya dan berjalan dengan malas.
*****
Sesampai di sekolahnya Letta, Reno memakirkan mobilnya di parkiran khusus di sekolah tersebut. Letta mengernyit heran.
"Loh lo kok parkir sini? Emangnya lo mau ngapain?" tanya Letta heran.
"Rahasia," ucap kakaknya sok misterius.
Letta lagi-lagi hanya memutar bola matanya, dan beranjak keluar dari mobil tanpa menghiraukan kakaknya. Ia berjalan melewati koridor mematikan, yaitu koridor yang kanan kirinya adalah kantor guru serta kantor kepala sekolah yang tak jauh dari koridor tersebut. Letta sempat merinding karena koridor yang begitu sepi dan dia berjalan di tengah layaknya adegan film horror. Letta mempercepat langkahnya ke arah gerbang sekolah karena pastinya Arin dan Alin akan marahinya karena kebiasaan buruknya.
Kalo Alin mah pasti diem nggak banya omong, kalo Arin behh ntar pasti malu-maluin deh! Batin Letta sambil mengusap wajahnya.
Dari kejauhan ia bisa melihat sahabatnya dan geng Romeo yang mungkin sedang menggoda para sahabatnya. Ia bisa tahu karena perbedaan mimik atau ekspresi di wajah mereka.
Tiba - tiba seseorang menariknya ke sebuah ruangan yang berada tepat disampingnya, ia mencoba berontak tapi terlambat. Ia sudah tak sadarkan diri karena sebuah sapu tangan menutupi pernafasannya. Sebelum kesadarannya menghilang, ia masih mendengar suara dibelakangnya.
Step 1 it's succes!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Prince
Fanfiction"Dia menyebalkan. Arogan. Pemaksa dann.. Tampan. Arrggh. Pokoknya aku membencinya!" Aletaa Robin Jhonson "Dia cantik. Bukan hanya kecantikannya tapi sifatnya yang kekanakan membuat hidupku lebih berwarna. Kan kujadikan dia julietku suatu saat nanti...