Bab 2 - Sial!

15.5K 598 10
                                    

Letta POV

Hari ini hari pertama aku pindah ke SMA Bangsa 01 di kelas XII. Ulangi kata XII cetak tebal dan miringkan kata itu oh ya dan jangan lupa garis bawah, sebenarnya aku tak mau pindah di detik detik pelepasan, tapi apa daya tangan tak sampai. Ketika aku sedang bersantai di apartemenku tiba tiba..

Flashback On         

JDERRR.. JDERR.. "LETTA BUKA PINTUNYA SEKARANG" kata orang itu yang terdengar seperti panik.

Sepertinya aku mengenali suara itu.. Apa jangan jangan bang Reno mampir? Ah mungkin hanya halusinasiku saja. Tidak mungkin bang Reno jauh jauh dari Indonesia ke Italia hanya untuk mengedor pintuku kan? Apa itu orang gila yang suaranya mirip dengan orang yang kukenal? Apa itu teroris? Jika itu benar. Oh God save me please

"Buka pintunya sekarang Alettaa Robin Jhonson. Gue orang yang paling nggak sabar! Jadi buka pintu sialan ini atau gue dobrak?!!" katanya dengan suara 'lembut' yang membuat bulu kudukku meremang. Dan jujur aku adalah orang yang mudah takut, menangis, ataupun sifat kekanakan lainnya. Tapi aku ya aku, bukan dia atau mereka.

Pelan-pelan ku buka pintu apartemenku. Kutemukan dia, Reno, kakakku yang memasang tampang sangarnya.

Oiya! Aku lupa! Untung sudah prepare. Hari ini aku mau pulang kampung dikarenakan sang baginda raja a.k.a paps gue 'nyuruh' tinggal di sana meninggalkan segala kenangan indah yang kita lewati bersama..

PLAK!!

OKE!

ABAIKAN.

"Sudah sampai? Ayo! Lo lama banget sih bang" ucapku cuek dan berlalu darinya dengan membawa koperku. Aku memang sudah tau ini akan terjadi karena perjanjian antara aku dan daddy yang hanya memperbolehkanku tinggal diluar negeri selama 2 tahun. Tapi, apakah harus se-lebay ini? Dia kan cuma menjemputku, kenapa harus seperti itu tampangnya?

"KAU BANGKE SEKALI LETTAAAA!" Teriak kakakku yang sudah kutinggal duluan.

"CEPATLAH! KAU INI LELAKI TAPI BERJALAN SAJA TAK LEBIH CEPAT DENGAN SUSTER NGESOT!" Ku membalas teriakannya sambil cekikikan tak jelas.

"Dasar perempuan! Berlaku seenak jidat, menyebalkan, bla bla bla" gerutunya.

"Aku mendengar itu abangg" balasku dengan menekan kata abang.

"Ya! Kau memang gadis yang sangat super duper menyebalkan!" katanya dengan semangat 45 nya.

"Tapi kau tetap menyayangi gadis yang sangat super duper menyebalkan ini kannn?" godaku yang langsung mendapat pelototan mata darinya. Diapun hanya mendengus dan memutar bola matanya.

Flashback Off

Tanpa sadar aku tersenyum sendiri mengingat hal itu. Tiba tiba kurasakan sebuah tangan di dahiku.

"Tidak terasa panas" ujar bang Reno.

"Apakah kau merasakan pusing?"

Kugelengkan kepalaku dengan cepat. Eh kok aku menurut saja?

"Tapi kok seperti orang gila" gumamnya yang masih terdengar di telingaku.

Aku masih diam saja tak mengerti.

Satu...

Dua... Kenapa dia menghitung?

Ti.. "OMAYGAD. JADI LO NUDUH GUE ORANG GILA YANG SENYUM SENYUM SENDIRI BANG?!" ujarku dengan memasang tampang kaget, emosi, atau apalah. Dia hanya menganggukan kepalanya menatapku dengan tatapan polos seperti anjing minta makan! Wah minta ditabok ya bang?!

"Sialan lo bang!" ujarku kelewat gemas sambil menarik satu pipi dan makanan njepit hidungnya keras. Ya! Ingin rasanya kucakar wajah polos itu!

"Aaaaaaaa aduh duh" dia mencoba meronta. Tapi maaf saja tanganku bagaikan mendapat hidayah menjadi sangat kuat ketika aku meluapkan emosiku.

"Cukup! Atau lo mau gue turunin  disini?" tanyanya dengan suara yang menurutku bagaikan kucing yang terjepit. Coba saja kalian jepit hidung kalian sambil bicara.

"Jahat banget lo sama adek sendiri." ucapku yang masih 'memegang' hidungnya.

"Lepas anjirr gue nyetir begok!" dan akupun melepaskan tanganku.

"Hhahahhaha. Muka lo bang! Sumpah demi dora yang nggak pernah ganti model rambut! Muka lo kayak pantat monyet bang! Merah!" kataku tertawa keras.

Dia hanya mendengus. Dan melanjutkan mengantarku ke sekolah hari ini. Di sisa perjalanan, aku selalu menggoda abangku dengan sekedar menyolek dagunya, menyuruhnya ikut bernyanyi bersamaku, ataupun menggodanya dengan alasan Kak Hilma, gebetan kak Reno.
Setelah 20 menit perjalanan, akhirnya sampai di gerbang sekolahku.

"Jaga diri baik-baik. Jangan banyak berulah!" kata kakakku sambil mengusap rambutku.

"Memangnya gue anak kecil apa." gerutuku sambil mengerucutkan bibirku.

"Lo tuh emang gadis kecil abang, akan selalu seperti itu dear" katanya yang sedikit menyentuh hatiku. Aku menatapnya dengan senyuman dan mengecup kedua pipinya.

"Jangan lupa jemput gue ya bang. Ntar gue mau belanja" kulihat dia mau protes yang kubalas dengan senyuman terpalsu nan manisku, dan si babangku hanya tersenyum dan mengangkat jempolnya pasrah.

*****

Aku seperti memasuki penjara, bukannya sekolah. Tatapan mereka membuatku risih. Apa mereka belum pernah melihat bidadari? Ya aku memang cantik, dan aku tak mau munafik.

"Apakah kau tahu dimana ruang kepala sekolah?" tanyaku pada siswi yang kebetulan lewat disampingku.

"Oh. Ya kau lurus saja setelah itu belok kanan 5 langkah  belok kiri lantai dua belok kiri lurus terus belok kiri naik kelantai tiga belok kanan 10 langkah." ucapnya dengan senyum tulus.

Aku menganga, apa orang ini tadi menjelaskan letak kantor kepsek atau menjelaskan berita cuaca? Bege kali ya.

"Kayaknya lo kebingungan" ucapnya. Dan aku menganggukan kepalaku sambil sedikit merapikan rambutku pertanda aku malu.

Yaiyalah elonya ngomong apa gimane gue aja gak ngerti!. Gerutuku dalam hati.

"Ayo gue anter sebagai calon temen yang baek." ajaknya bersemangat.

Kenapa nggak dari tadi aja sih? Gerutuku didalam hati kesal.

"Oh iya namaku Ralline Wijaya. Panggil saja aku Allin." Ucapnya dengan senyum sumringah. Aku hanya tersenyum tipis.

"Aku Aletta Robin Jhonson. Panggil saja Letta atau Alet, terserah asal jangan Robin maupun jhonson. Itu sedikit menyebalkan" ucapku sambil tertawa.

Dia juga tertawa bersamaku. Kami menyusuri koridor bersama, mengobrol tentang apapun. Hingga..
BRAAKK..

"Loe!!!"

*****

My Possesive PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang