chapter 17

10.7K 472 12
                                    

Jarinya menyentuh daguku untuk melihat ke matanya. Pancaran matanya teduh menenangkan, tidak sedingin biasanya. Berada di jarak sedekat ini membuatku bisa menghirup nafasnya yang berbau mint. Ia menatapku dengan serius, menunjukkan ekspresi yang membuatku gugup setengah mati.

"Aa.. Apa?" ucapku gugup.

"Would you be mine?"

***

Author POV

Letta melongo mendengarkan pertanyaan Romeo yang cukup membuat jantungnya berdebar. Dia senang? Entahlah, mungkin jika berada di jarak sedekat ini membuat jantungnya seketika melompat tapi juga dia masih sedikit trauma dengan masa lalunya. Masa lalu yang terlalu menyakitkan, ketika kau menyerahkan seluruh hatimu, perhatianmu, ketulusanmu dan dihancurkan begitu saja tanpa tersisa apakah kalian masih bisa percaya?. Jika kalian jadi dia apakah percaya pada kata akan semudah itu? Tidak. Karena kepercayaan adalah tonggak suatu hubungan.

Letta terkikik melihat wajah serius didepannya, ia mencoba meruntuhkan suasana yang baginya sangat awkard. Romeo menaikkan sebelah alisnya heran.

"What's wrong?" tanya Romeo heran.

"Bercandamu itu lucu, wajahmu juga. Ahh bila kamu ingin mengerjaiku jangan sekarang. Karena aku sedang dalam mood yang baik," ucap Letta seraya mencoba melepaskan tubuh mereka.

"Apa maksudmu?" Romeo heran, dari sudut mana ia bisa dikatakan bercanda? Bahkan dirinya saja tak pernah melakukan hal seperti ini pada yang lainnya. Apakah gadis didepannya ini tak dapat melihat ketulusannya?

Kikikan Letta berubah menjadi tatapan datar pada Romeo. Bukannya ia tak mau percaya, tapi hal seperti ini membuatnya takut. Takut terjadi untuk kedua kalinya.

"Maafkan aku Romeo, aku tak bisa." ucap Letta dengan nada datar. Tapi entah mengapa saat mengucapkan itu hatinya terasa sakit, seakan tak terima dengan jawaban yang keluar dari mulutnya sendiri.

Deg!

Dada Romeo seakan tertimpa besi yang tajam. Menyakitkan!

"Tapi mengapa? Kau tak percaya pada perkataanku?"

"Ya," jawaban singkat yang didengar Romeo, membuatnya mengerti kenapa gadis ini menolaknya. Ia memaklumi karena belum lama mereka saling kenal. Tapi bukankah cinta bisa datang tiba-tiba?

"Apa yang bisa kulakukan agar kau percaya kalau aku menyayangimu dengan tulus? Apakah aku harus mengambil pisau dan membuka jantungku?" godanya pada Letta. Letta mengerjap menatap Romeo bingung. Kalau dengan cara itu cukup menggelikan. Bukannya terbukti malah yang terjadi adalah pembunuhan.

Dasar!

Dia mulai berpikir.. berpikir.. berpikir.. Aha!

"Menyelamlah ke laut sana!" ucap Letta yang sebenarnya hanya mengada-ada. Ia hanya ingin keluar dari suasana seperti ini. Dan rupanya berbeda dengan tanggapan Romeo yang serius, ia melepaskan pelukannya dan menatap Letta datar.

"Jadi aku harus menenggelamkan diriku untuk mendapatkan kepercayaanmu? Baiklah" ucapan Romeo kini membuat Letta khawatir. Ketika melihat Romeo yang berjalan kearah bibir laut ia ingin mengejar, tapi egonya mengkhianatinya.

Romeo dengan langkah lebarnya memasuki air laut tanpa melepas pakaiannya, membuat celananya yang telah terkena air selutut menjadi basah. Di tepi Letta bertambah khawatir ketika air laut sudah menelan Romeo sampai ke pinggangnya.

"Romeo!" teriakan demi teriakan untuk menggagalkan aksi itu percuma, Romeo tak sedikitpun menggubrisnya.

Sekarang air itu telah mencapai leher Romeo, membuat kekhawatiran Letta memuncak. Ah persetan dengan ego! Yang pasti ia sangat mengkhawatirkan laki-laki yang tengah 'membuktikan' perasaannya itu. Ia berlari menuju laki-laki itu, menerjangnya, memeluknya dari belakang. Membuat Romeo sedikit terjengkang akibat perlakuan bar-bar gadis yang sedang memeluknya. Mereka terdiam dengan posisi seperti itu sampai terdengar isakan kecil dari Letta. Romeo segera memalingkan badannya dan kaget melihat wajah sembap Letta. Ia menangkupnya dengan tangan yang sudah dingin untuk menghapus aliran sungai kecil di wajah Letta.

My Possesive PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang