Jangan ingin tahu, kemudian mencari tahu. Karena jatuh cinta berawal dari dua hal sederhana itu
-Chessa Andini
[.]
Perlahan mata Ann yang menutup mulai membuka. Ia mengusap matanya kasar saat pandangan masih buram. Sedikit demi sedikit keadaan sekitarnya mulai terlihat. Ia jelas tahu kalau ini di UKS.
Ann melihat seorang cowok sedang memasukkan P3K ke lemari kecil berwarna putih yang tergantung di dinding.
Ia masih memunggungi Ann, tapi walau begitu Ann tahu betul siapa dia. Cewek kelahiran tujuh belas tahun silam ini bangun dari tidur untuk menyandarkan tubuhnya di dinding.
Cowok itu bahkan tidak sadar bila si pasien sudah terbangun. Ann kesal karena semua tak sesuai ekspetasinya. Untuk mengalihkan perhatian cowok di depannya, ia terpaksa berdeham keras.
Cowok itu berbalik. Ia memamerkan senyum khasnya. Berjalan mendekati Ann sambil membawa segelas teh hangat untuk Ann.
Wajah Ann bersungut-sungut. Kalau cowok ini peka pada keadaan, harusnya dia tahu kalau bibir Ann sudah maju saking kecewanya.
"Minum." Cowok itu memberikan teh tadi pada Ann, tapi Ann memilih melipat tanganya ke depan dada.
"Lo ngapain di sini?!" tanya Ann, tak suka.
Cowok itu meraih tangan Ann, sambil tersenyum meletakkan gelas tadi ke telapak tangan. "Lo minta tolong ke gue tadi. Makanya gue tolongin."
Ann mendecih. "Gue nggak minta tolong sama lo!"
"Lo pingsan waktu gue lewat, apa coba kalau nggak minta tolong? Caper?" Cowok ini semakin menyebalkan di mata Ann saat dagunya terangkat, seperti mengejek.
"Bodo amat! Yang jelas gue nggak minta tolong sama lo!"
Cowok yang tadi disebutkan Ann dengan ciri-ciri berambut ikal ini malah terkekeh. "Tapi lo bikin gue khawatir, Chess."
Biasanya pipi Ann akan menghangat bila ada yang menggodanya. Hanya saja pria ini, oke kita panggil dia Genta, malah membuat Ann ingin menyiramnya dengan teh hangat.
"Nggak usah baper," Genta mengacak puncak rambut Ann yang dikucir, "gue udah punya pacar, Chessa."
Ya, memang hanya Genta saja yang bandel memanggilnya Chessa, padahal Ann sudah memperingatkan.
Ann menyentak tangan Genta. "Ya ampun, untung ya kita udah putus. Rasanya gue pengin muntah denger omongan lo barusan!"
Oh iya, sudahkan Ann menyebut kata mantan di deskripsinya tentang Genta Januar? Kalau belum, itu karena Ann tidak mau mengingat yang lalu-lalu.
Masa depannya adalah Kalva. Walau bisa dibilang Ann adalah masa suram bagi Kalva.
"Tapi seenggaknya lo pernah sayang, 'kan?" Alis Genta naik turun tiga kali, dengan senyum khas om-om genit.
"Jijik!"
Kini, pandangan Ann dan Genta berganti ke arah pintu. Di sana sudah ada Vanya yang kini mengganti kaus olahraga dengan baju putih abu-abu.
"Ann, kepala lo, oke? Aduh gue udah mukul lo pakai buku tulis kemaren, sekarang itu kepala kena bola voli. Lo nggak amnesia, 'kan?" tanya Vanya panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepai [10/10 END]
Krótkie OpowiadaniaSepai [kk] : pecah menjadi kecil dan terserak ke mana-mana. ___ "Ikuti kata hati lo." Perempuan itu menggelengkan kepala, menolak percaya. "Lo pasti bisa. Lo tahu kan, hati nggak pernah salah?" "Ya, lo benar. Tapi gue yang salah kalau maksain diri b...