Gini, masalahnya move on nggak semudah itu. Pindah hati nggak semudah mindahin kaki lo ke rumah tetangga
-Abdule
[.]
Rasanya adem banget waktu ke mushola sekolah buat cari pahala malah dapet bonus ketemu Kalva.
Itu yang kini sedang dirasakan Ann.
Malah sekarang, Ann bermimpi bila Kalva menjadi imam untuk dirinya.
Ann itu memang nggak pernah capek sakit hati. Padahal baru kemarin bilang mau move on lah, ngehindari Kalva lah, nge-unfoll Kalva di ig lah, tapi ujung-unjungnya bakalan kalah sama satu senyuman Kalva.
Jadi sifat Ann itu bakalan ngerasa yakin bisa move on kalau lagi patah hati, tapi mendadak amnesia sama apa yang dia bilang kalau kembali jatuh hati.
Kalau Tuhan tahu Kalva bukan yang terbaik untuk Ann, harusnya Tuhan nggak perlu bikin Ann jatuh sampai mau jalan aja pakai ngesot kayak gini.
Ann nggak mau bikin mamanya kecewa karena putri semata wayangnya yang waktu kecil diajarin berdiri, mendadak jadi lumpuh hanya karena jatuh cinta.
Yang jelas itu semua nggak nyata, cuman pengandaian aja.
"Kemarin ngomong mau ngelupain Kalva pakai penekanan. Sekarang disenyumin aja langsung berubah jadi lembek. Gitu aja terus sampai lemari dari Narnia dipinjem Doraemon buat pergi ke Pixie Hollow supaya bisa ketemu sama Tinkerbell."
"Jadi kesimpulan dari omongan lo barusan apa?" tanya Ann pada Vanya, agak sewot.
"Mustahil, Ann. Mustahil buat lo bisa ngelupain dia." Vanya beranjak dari duduknya sambil menepuk-nepuk bagian belakang rok.
Ann melengos. Ia masih membuat ikatan dengan tali sepatunya. Beberapa detik yang lalu komplotan Kalva baru saja lewat, meninggalkan area mushola.
"Bantu diri," pintanya, memberikan kedua tangan untuk ditarik oleh Vanya.
Sambil memutar kedua mata, Vanya membantu sahabat-yang-masih-baper-sama-Kalva itu berdiri.
"Lo cuman nggak lihat usaha gue aja, Van." Bahkan Ann masih bisa membela.
Vanya mendecak, mengikuti langkah Ann yang berjalan beberapa meter di belakang Kalva CS.
"Usaha? Usaha lo bilang? Kalau ada usaha ada hasil Ann. Usaha lo cuman ngomong doang nggak ada hasilnya. Mending lo diem aja, nggak usah ngomong tapi langsung niat dalam hati, dan lo bisa ngukur sendiri apa hasilnya bisa lo raih atau enggak."
"Lo mah nyela mulu, nggak pernah dukung gue." Kini muka Ann dibuat sedih, seakan ia pemeran protagonis yang tersakiti.
"Gue dukung lo, Ann, gue dukung. Tapi kalau nggak ada niat dari lo, itu semua nggak akan terlaksana."
"Iya gue niat, tapi kalau besoknya gagal ya jangan salahin gue."
"Nggak ada niat yang gagal, kecuali lo nya dari awal nggak ada kemauan, dan pesimis sama keyakinan lo."
Ann mendesah. Pandangannya terlempar jauh ke depan di mana kini ia melihat Kalva sedang bercanda dengan teman-temannya.
Sekali lagi, Ann berharap Kalva bakalan menoleh ke belakang. Meninggalkan secuil senyum untuk Ann. Tapi, mau sampai kapanpun itu semua hanya sebatas harapan.
Kalva masih tidak bisa diraih.
Ann membayangkan hal-hal kecil yang ia lakukan untuk Kalva.
1. Mem-follow instagram Kalva demi mendapat follback (padahal Ann sengaja memasang gembok di instagramnya agar Kalva penasaran) tapi sampai sekarang nggak difollback.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepai [10/10 END]
Krótkie OpowiadaniaSepai [kk] : pecah menjadi kecil dan terserak ke mana-mana. ___ "Ikuti kata hati lo." Perempuan itu menggelengkan kepala, menolak percaya. "Lo pasti bisa. Lo tahu kan, hati nggak pernah salah?" "Ya, lo benar. Tapi gue yang salah kalau maksain diri b...