Balikan sama kamu? Maaf, aku nggak mau remedi.
[.]
"Gue bakalan ngelupain Kalva, Van."
"Lo udah ngomong gitu beberapa hari yang lalu." Vanya menjawab dengan mulut sedikit terbuka. Jadi terdengar lirih di telinga Ann.
"Iya, cuman ini beda," imbuh Ann.
Vanya tak menjawab. Selain ia tahu arah pembicaraan ini, Vanya tidak mau merusak masker wajah yang baru lima menit terpasang.
"Gue ikhlasin Kalva buat lo, Van."
Akhirnya Ann mengatakan hal itu. Namun Vanya masih diam. Cewek berzodiak libra itu menunggu kelanjutan dari ucapan Ann.
Atau lebih tepatnya, melihat sampai mana batas kesabaran Ann.
Chessa Andini yang berumur tujuh belas tahun ini, tersenyum masam. "Gue sayang sama lo, Van. Lo udah kayak saudara gue sendiri. Gue nggak mau rasa suka gue ke Kalva ngehancurin persahabatan kita."
Vanya sebenarnya berniat membuka mata yang sedari tadi tertutupi irisan mentimun, tapi ia lebih memilih menjadi pendengar untuk sekarang.
Lagipula, Vanya sedang membayangkan wajah lugu Ann saat mengucapkan tiap kalimat itu. Manik mata yang biasanya cerah pasti berubah sendu.
"Maaf, gue benar-benar nggak tau kalau lo...," Ann tercekat, Vanya masih setia menunggu kelanjutan itu, "suka sama Kalva."
"Maaf juga kalau kemarin gue nguping obrolan lo sama Jasmine."
Tepat saat kata Jasmine disebutkan, Vanya langsung bangun dari tidur dan tertawa terbahak-bahak. Ia teringat kejadian kemarin.
"Lo ketawa Van," ucap Ann.
"Iya gue tahu, soalnya gue ngakak aja gara-gara...," Vanya tak melanjutkan saat melihat jari telunjuk Ann menunjuk wajahnya. "WAHH MASKER GUEEEEEEE!"
Vanya berlari ke meja rias di samping lemari putih milik Ann. Ia menggerutu sambil mengentakkan kaki.
"Masker gue jadi pecah-pecah nih."
"Masih untung masker lo yang pecah. Barusan gue berniat ngelempar kaca itu ke wajah lo biar ikut pecah sekalian," jawab Ann agak nyelekit.
Vanya menoleh ke belakang. Ia mendengus beberapa saat, lalu kembali duduk di samping Ann.
"Lagian kenapa sih lo ketawa. Gue ngomongnya udah serius nih."
"Jangan serius-serius, nanti baper," gurau Vanya. Tapi langsung dibalas pukulan bantal oleh Ann.
"Apa lo mau kita bersaing secara sehat?" tuntut Ann. Sepertinya masih mau membahas masalah ini.
Alis milik Vanya terangkat. "Lo ngomongin apa sih sebenarnya?"
Ann mendecak. Rasanya mau melempar Vanya dari balkon kamar. "Kalva, Kalva Mahendra. Itu yang lagi kita bahas sekarang."
"Terus?"
"Ya Allah berilah kesabaran hambamu ini," Ann berteriak frustrasi sambil menggigit bantalnya.
Vanya puas bisa membuat sahabat dari awal masuk SMA ini kesal. Lagian, Ann suka ngambil kesimpulan tanpa cari tahu.
"Gue nggak suka sama Kalva, Ann sayang."
Kalimat itu berhasil membuat Ann menatapnya lekat-lekat. Ia kecewa. Manik hitam Vanya mengatakan kalau ia jujur. "Lo bohong!"
"Bohong apanya, Ann? Gue bicara sejujurnya. Dan lo sendiri bisa lihat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepai [10/10 END]
Short StorySepai [kk] : pecah menjadi kecil dan terserak ke mana-mana. ___ "Ikuti kata hati lo." Perempuan itu menggelengkan kepala, menolak percaya. "Lo pasti bisa. Lo tahu kan, hati nggak pernah salah?" "Ya, lo benar. Tapi gue yang salah kalau maksain diri b...