Believe And Confident

9.6K 898 58
                                    

"Aku menyukai Yunho"

"Benarkah?"

"Ya, aku memang menyukai Yunho!"

DEGH

Jaejoong memundurkan langkahnya setelah mendengarkan jawaban Junsu, dia tidak salah dengar bukan? Junsu menyukai Yunho... Yang ada dipikiran Jaejoong saat ini adalah lari dari sini, tidak mungkin dia masuk ke dalam kelas dan menganggap dia tidak mendengar apapun yang mereka bicarakan. Tidak!

Jaejoong membalikkan tubuhnya dan berjalan menunduk hingga tanpa disadari menabrak seseorang tapi dia tetap berjalan tanpa melihat siapa yang dia tabrak. Sedangkan namja yang dia tabrak mengedipkan matanya berkali – kali sebelum dia sadar siapa yang telah menabraknya.

"Jae hyung?" Lirih namja itu

Jaejoong berjalan cepat kearah gerbang sekolahnya, tidak memperdulikan bel sekolah yang sepuluh menit lagi akan berbunyi. Setelah sampai gerbang dia berlari ke halte bus terdekat, dia ingin menjauh dari sini. Tidak ingin berada dikawasan orang kaya itu.

Jaejoong langsung menaiki bus dan duduk dipaling belakang bagian bus kemudian menyandarkan kepalanya pada kaca bus, dia memperhatikan sekolah mewah nan megah itu dari dalam bus, harusnya dia sadar bahwa dirinya memang tidak pantas ada disana.

Dan soal Junsu...
Sungguh dia tidak tahu jika Junsu menyukai Yunho, Junsu sangat baik padanya. Memberikan saran dan selalu mendengarkan ceritanya yang berhubungan dengan Yunho. Tapi harusnya dia memang lebih sadar diri akan keadaan sekitar. Harusnya dia melihat bagaimana Junsu menatap Yunho, bagaimana perlakuan Yunho pada Junsu. Apakah Junsu merasa sakit hati setiap hari Jaejoong menceritakan hubungannya dengan Yunho?

Kenapa pula dia harus hadir diantara dua orang itu? Bagaimana bisa Jaejoong hadir sebagai orang ketiga diantara mereka. Tapi... Memangnya kenapa? Dia melakukan pernikahaan ini bukan karena cinta bukan? Tapi kenapa rasanya menyakitkan saat tahu temannya menyukai Yunho? Kenapa rasanya menyesakkan?

"Aku tidak menyukainya bukan? Aku hanya berusaha sebaik mungkin agar pernikahan kami tidak berakhir dengan cepat. Benar bukan?" Lirih Jaejoong dalam hatinya

Sekitar dua puluh menit Jaejoong turun dari bus, dia berjalan pelan menuju tempat yang dia kenal, sangat kenal. Menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, dia merindukan tempat ini padahal belum lama dia meninggalkan tempat ini.

Langkah kakinya terhenti saat dia sampai disebuah rumah minimalis dilapisi sebuah gerbang berwana coklat. Tangannya memegang tali tas sekolahnya dengan erat dan melihat gerbang itu dengan tatapan sendu. Haruskah dia masuk? Lalu apa yang dikatakan oleh mamanya jika dia masuk kedalam rumah?

Perlu waktu sepuluh menit bagi Jaejoong untuk beranjak dari tempat itu, dia akhirnya berjalan pelan kearah lain. Sebuah taman dekat rumahnya, taman tempat dulu biasa dia menyendiri atau tempat istirahatnya dikala lelah menyergapi tubuhnya. Jaejoong duduk disebuah ayunan dan menggerakkannya pelan.

Dia ingat pernah kemari saat dia benar – benar kelelahan karena mengerjakan tugas rumahnya yang menumpuk, saat dia diminta sang mama berbelanja dengan senang hati Jaejoong keluar dari rumah karena dengan begitu dia bisa beristirahat di taman walaupun pulangnya dia dimarahi karena terlalu lama berbelanja.

"Eomma... Appa... Bogoshippo..." Lirihnya kemudian menundukkan kepalanya

Jaejoong benar – benar merindukan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya, dia ingin bertemu dengan kedua orangtuanya walaupun itu hanya dalam mimpi. Jaejoong tahu dia sedang mengalami Home Sick, rindu pada rumah dimana ada appa dan eommanya berada.

"Hiks..."

Air matanya mengalir begitu saja saat memikirkan kedua orangtuanya belum lagi dia memikirkan Junsu kembali, dia merasa bahwa dirinya adalah orang jahat karena telah merebut Yunho tapi dia tidak mau menyerahkan Yunho begitu saja karena dia ingin rumah tangganya hanya terjadi sekali dalam kehidupannya.

PureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang