Chapter 3

3.7K 444 23
                                    

"Hupfh... Bosan"

Namja yang baru saja mengeluh itu menatap kesampingnya, keluar jendela. Dia sudah tiga hari berada di rumah sakit dan sangat membosankan untuknya.

CEKLEK

"Siang Changmin"

"Siang Kangta hyung" Jawab namja bernama Changmin itu tanpa melihat orang yag masuk kedalam kamar rawatnya

"Bagaimana kabarnu?"

"Bosan hyung, sepi"

Namja bernama Kangta itu tersenyum maklum, kamar rawat yang biasanya Changmin akan mendapatkan teman dikamar rawatnya tapi karena semua penuh dan ruang rawat ini yang kosong terpaksa Changmin ada disini. Padahal ada dua ranjang rawat lagi di kamar rawat itu.

"Keadaanmu bagaimana?"

"Baik, aku ingin pulang"

Kangta mendekat, dia membuat Changmin berbaring dan memeriksa denyut nadi serta detak jantung Changmin. Setelahnya dia mengganti cairan infus Changmin yang sudah menipis dan memberikan obat melalui infus.

"Luka lebammu masih terlihat" Ucap Kangta sembari menyentuh luka lebam pada pinggir mata sebelah kiri dan pinggir bibir Changmin

"Hum, sudah lebih baik"

"Hyung heran kau itu anak baik – baik tapi berkelahi"

"Aku juga tidak mau berkelahi hyung, apa bisa disebut berkelahi kalau aku tidak membalasnya?"

"Pasti ada alasannya bukan?"

Changmin menggelengkan kepalanya kemudian menatap kembali pemandangan disampingnya, melihat burung – burung itu terbang dengan bebas membuatnya merasa iri. Dia juga ingin bebes seperti yang lain. Dia ingin bisa merasakan semua hal tanpa takut penyakitnya yang sering kambuh.

"Hyung..." Panggil Changmin dengan lirih

"Ya?"

"Sampai kapan aku seperti ini?"

"Kenapa?"

"Aku hanya hidup untuk membebani Yunho hyung"

Kangta mengelus helaian rambut pasien yang sudah lama dia pegang, Changmin memang memilih dirinya untuk menjadi dokter yang menanganinya. Namja itu tahu bagaimana kesulitan yang dihadapi Changmin serta hyungnya.

"Berpikirlah positif Min, kau bisa hidup selama yang kau mau. Ingat impianmu, bukankah kau ingin menjadi dokter yang bisa menyembuhkan leukemia?"

"Hum... Tapi... Bagaimana jika aku sendiri sudah tidak mau hidup?"

Ucapan itu terdengar sangat serius ditelinga Kangta, kenapa sampai Changmin berpikiran seperti itu? Apa hidupnya sudah sangat sulit?

"Hey... Kalau kau pergi bagaimana hyungmu?"

"Aku hanya beban untuknya"

"Kau mungkin berpikiran seperti itu tapi hyungmu menganggapmu harta paling berharga karena hanya kau keluarganya bukan?"

"Hyung..." Sekarang Changmin menatapnya dengan mata berkaca – kaca

"Kau bisa membayangkan bagaimana sedihnya Yunho jika kau meninggalkannya? Dia sudah ditinggal kedua orangtua kalian lalu adik tersayangnya? Yunho sangat menyayangimu, bertahanlah demi Yunho"

Changmin mengangguk, sepertinya dia memang sudah salah membicarakan tentang kematian. Tidak seharusnya dia pesimis seperti itu. Dia ingat bahwa dia masih memiliki impian yang tinggi jadi seharusnya dia tidak berpikiran untuk menyarah dalam hidupnya.

BeginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang