Amerika Serikat
Kara tiba-tiba terbangun dari tidurnya karena silaunya cahaya matahari yang mulai masuk menyinari ruangannya. Namun bundanya sudah tidak berada diruangan. Ia pun mengambil ponselnya untuk menghubungi bundanya.
Sambil menunggu bundanya membalas Kara sibuk memainkan ponsel miliknya, sebenarnya Kara bosan sekali terbaring lemah disini. Gadis itu ingin sekali melakukan aktivitas seperti biasanya.Gadis itu selalu berperang dengan pikirannya sendiri. Mengingat penyakit yang di deritanya ia takut jika umurnya sudah tidak panjang lagi, ia tidak takut akan kematian tetapi yang Kara takuti adalah meninggalkan bundanya sendirian. Kara tau bunda dan dirinya tidak memiliki siapa-siapa lagi, ya Kara adalah penguat bunda selama ini dan sebaliknya bagi Kara bunda adalah orang yang bikin Kara bisa kuat dan bertahan menjalani ini semua. Jika diberi umur panjang Kara ingin membahagiakan orang-orang disekitarnya terlebih dahulu dan sebaliknya jika sisa umur Kara sudah tidak panjang Kara harus membuat mereka semua yang sayang sama Kara ikhlas menerima kepergiannya.
Tiba-tiba ponsel Kara berbunyi, Kara sudah senang sekali karena ia yakin pesan itu dari bundanya dan ternyata itu adalah pesan notifikasi masuk dari Ayden.
Kara terkekeh sendiri setelah melihat chat dari Ayden. Ia sangat yakin Ayden kangen bermain dengannya tapi karena Ayden memiliki gengsi yang sangat tinggi mana mungkin ia langsung mengatakan bahwa kangen dengan Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In New York
Teen FictionAku tidak pernah menyangka dengan semua kebenaran yang ada dihadapanku sekarang, rasa kesal, kecewa, dan bahagia mencampur menjadi satu. Ya, aku kecewa dengan yang apa yang bunda sembunyiin soal keluarga kita selama ini tapi aku juga bersyukur sekal...