Amerika Serikat
4 Bulan Kemudian
Kara sebenarnya masih dalam tahap recovery akibat operasi yang dijalankannya beberapa bulan lalu. Namun kondisinya sudah lebih baik dibandingkan saat ia terbangun setelah tindakan operasi dilakukan karena pada saat itu kondisi Kara sangat lemah dan dirinya tidak pernah menyangka akan berada di tahap ini yaitu dapat bertahan melewati semua yang menyakitkan baginya, tentunya ia sangat bersyukur kepada tuhan.
Sang bunda sangat bersyukur sekali bahwa sang anak mendapatkan pendonor tulang belakang yang sesuai dan cocok dengan Kara, padahal sulit sekali menemukan pendonor yang sesuai dan cocok apalagi pendonor tersebut adalah orang asing yang tidak memiliki hubungan keluarga sama sekali, mungkin ini jawaban dari doa-doanya selama ini sehingga anaknya mendapatkan pendonor yang sesuai.
"Bunda, kapan kita boleh pulang? Sudah hampir 4 bulan lebih aku di rumah sakit. Aku bosan bunda."
"Sabar sayang."
"Tapi bun, aku mau pulang secepatnya."
"Iya sayang nanti bunda bakalan bicarain soal kepulangan kamu sama dokter terlebih dahulu."
"Secepatnya bun."
"Kamu kangen sama view dari apart kita ya?" tebak sang bunda.
"Iya sih bun aku kangen liat view dari balkon apart tapi ada yang lebih aku kangenin lagi dari itu. Aku kangen pulang ke Indonesia bunda"
"Apa tuh? Makan makanan Indonesia?"
"Kalau soal itu sih aku tinggal minta bunda aja buat masakin. Bun aku kangen sama Ayden dan keluarganya, aku mau pulang ke Indonesia." lirih Kara
"Asataga sayang kamu harus sabar, fisik kamu belum pulih sepenuhnya sayang. Bunda tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Lebih baik kita tinggal disini dulu ya sampai beberapa bulan kemudian." jelas sang bunda.
"Kara gamau bunda. Kara bingung jawab semua pertanyaan Ayden nantinya, kenapa Kara tidak pulang ke Indonesia selama berbulan-bulan bunda."
"Kalau urusan itu biar bunda yang kasi tau Ayden sayang."
"Tapi Kara gamau Ayden tau keadaan Kara yang sebenernya bun, Kara gamau dianggap sebagai cewe lemah yang penyakitan dan menyedihkan oleh Ayden."
"Ayden bukan tipikal orang seperti itu bukannya." ucap sang bunda sambil bertanya untuk memastikan.
"Memang bun Ayden bukan tipikal orang seperti itu. Aku gamau Ayden peduliin aku karena kasian dengan keadaan aku yang sebenarnya bun." jawabnya.
"Sayang, kalau kamu sayang dan cinta sama Ayden lebih dari sahabat bunda sangat amat minta tolong untuk melupakan perasaan yang kamu miliki. Bunda gamau anak bunda yang cantik ini kecewa dan patah hati kalau ternyata Ayden tidak membalas perasaan kamu sayang."
"Bunda, soal hati kita tidak akan pernah bisa memilih untuk suka kepada siapa." lirih Kara.
"Memang benar. Bunda sangat paham dengan hal itu, namun sebelum rasa sayang kamu semakin membesar kepada Ayden bunda harap kamu bisa menghentikan semuanya. Bunda mau kamu anggep Ayden sebagai kakak kamu saja tidak lebih dari itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In New York
Teen FictionAku tidak pernah menyangka dengan semua kebenaran yang ada dihadapanku sekarang, rasa kesal, kecewa, dan bahagia mencampur menjadi satu. Ya, aku kecewa dengan yang apa yang bunda sembunyiin soal keluarga kita selama ini tapi aku juga bersyukur sekal...