#BAG 7 (TERUNGKAP)

4K 146 29
                                    

Suasana tampak hening, menunggu kepastian dokter tentang keadaan Alvin. Semua yang ada diluar ruangan tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, Rio sudah mengirim pesan kepada ibunya mengabarkan bahwa alvin masuk rumah sakit.

Sejujurnya, dia belum siap bertemu dengan ibunya. Bukannya dia tidak tau terimakasih ataupun tidak tau diri, hanya saja perkataan ibunya malam itu masih terngiang dikepalanya, banyak hal yang masih rumit dia fikirkan.

Kalau mengingat itu Rio menjadi rindu kepada orang tua kandungnya, andai saja tempat peristirahatan terakhir orang tuanya ada disekitar rumahnya pasti setiap hari dia kesana, tapi makam orang tuanya berada di kalimantan.

Ify memandangi sekitar, mulai dari Rio yang menundukkan kepalanya mungkin dia akan secemas itu kalau kakaknya yang berada didalam, Gabriel dan Cakka yang tetap diam tanpa suara, serta Sivia yang terlihat cemas dengan menggiti ibu jarinya. Ify belum pernah melihat Sivia secemas ini, kecuali saat kakaknya kecelakaan pada saat lomba balapan motor.

Sivia memang memiliki kakak bernama Septian hanya saja dia meninggal sekitar 2 tahun lalu saat dia kelas 3 SMP saat itu Ify benar-benar melihat sisi lain Sivia, bukan lagi Sivia yang ceplas-ceplos dan selalu bercerita panjang lebar.

Tentang Gabriel dan Cakka setau Ify, Gabriel memang sosok yang sangat dewasa. Gabriel anak tunggal dari keluarganya, keluarga Gabriel termasuk menengah keatas dia diberikan banyak fasilitas oleh kedua orang tuanya, hanya saja kedua orang tuanya sibuk dengan dunianya masing-masing ibunya yang berprofesi seorang model dan ayahnya seorang pemilik perusahaan membuat gabriel sering menginap dirumah Rio ataupun Cakka dari situlah mereka benar-benar dekat.

Dan tentang Cakka, yang Ify kenal Cakka adalah sosok yang begitu humble , dia juga pendengar yang baik, dia memiliki kakak laki-laki yang kuliah disemster akhir dan Cakka dia orang yang sangat perhatian kepadanya dan sahabatnya yang lain.

***

Keheningan yang tercipta diluar ruangan tiba-tiba terpecah, ketika terdengar deru langkah yang memburu kearah ruangan Alvin.

"tante..." ucap Cakka, Rani-ibu Alvin dan Rio yang sudah tiba dirumah sakit, mengangguk sebagai sapaan.

"Rio.." ujar sang ibu, Ify yang duduk disamping Rio secara reflek berdiri, hanya saja Rfy merasa tanganya ditarik oleh Rio, ify mengangguk menandakan bahwa dia akan tetap tinggal.

Rani mendekat kearah Rio, mengusap kepalanya dengan penuh sayang. Gabriel dan Cakka yang memang tau apa yang terjadi mereka hanya menjadi penonton dan Sivia terlihat bingung, sedangkan Ify sedikit bingung dengan perlakuan Rio.

"alvin masih ditangani dokter tan..." kata Rio

"Mami, Rio" ujar sang ibu menegaskan, Rio hanya dia dan menggeleng.

"tetaplah jadi kakak yang baik, mami sayang denganmu" ujar Rani lalu memeluk anaknya

Ify merasa genggaman tangannya semakin kuat, sedikit-nya Ify sepertinya paham dengan permasalahan Rio saat ini. Terdengar suara pintu yang terbuka, dokter yang menangani Alvin sudah keluar ruangan.

"gimana dok?" ujar Rani tetap tenang.

"tidak apa-apa bu, dia hanya terlalu capek dan sepertinya dia terkena angin malam"

"baiklah, terimakasih dok"

"sama-sama bu, jangan lupa di ambil obatnya" ujar dokter itu, dan dibalas anggukan oleh Rani.

"sebaiknya tante dulu yang masuk" kata Gabriel

"lebih baik kita semua masuk, sepertinya Alvin akan baik-baik saja kalau bertemu kalian"

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang