#BAG14

536 29 2
                                    

Tidak ada yang salah dengan kehidupan, tidak ada yang mengira orang dilahirkan seperti apa, oleh siapa ataupun dengan keadaan sehat atau sakit. Manusia tahu itu takdir itu, tapi yang pasti adalah berusaha, bersyukur dan terus menjalani kehidupan.

Tidak ada yang pernah tahu sampai kapan umur manusia akan berakhir, mungkin yang awalnya sehat ataupun yang telah sakit dan berakhir.

Alvin.

Jika boleh memilih dia ingin sehat dan berlari, menjalani kehidupan yang normal kemudian memiliki mimpi tanpa rasa cemas karena banyak kemungkinan yang akan terjadi dihidupnya.

Alvin sudah sadar, tapi keadaannya tidak membaik. Dia hanya mengandalkan alat bantu yang sudah terpasang sejak dia masuk rumah sakit. Teman-temannya datang secara bergantian untuk menghibur Alvin dan meyakinkannya bahwa dia akan baik-baik saja setelah ini.

Alvin tersenyum melihat Rio datang sepulang sekolah, akhir-akhir ini rumah sakit sudah menjadi rumahnya karena Alvin ada disana.

"Mami pulang dulu ya, mau ambil baju kalian berdua.. tunggu adiknya ya, Rio!?" Ujar Rani pada anak sulungnya itu. Ayahnya sudah kembali bekerja jadi sekarang tinggal Rani dan Rio yang menjaga Alvin.

Rio mengiyakan kemudian duduk tepat disamping adiknya itu. Akhir-akhir ini pikiran Ro benar-benar kalut, otaknya tidak bekerja sama sekali dan sering melamun. Rio hanya memikirkan Alvin dan tanggung jawabnya sebagai seorang kakak.

"Kenapa?" Tanya Alvin dengan suara yang sangat pelan, Rio menggeleng.

"Mikirin adek gue" Alvin tersenyum simpul.

"Gue akan pulang segera jangan khawatir"

"Kerumah kan?" Alvin mengangguk. Pikiran Rio berkecamuk, berusaha mencari solusi atas situasi Alvin saat ini.

Rio menoleh ketika suara pintu ruang rawat Alvin terbuka dan ternyata ada Gabriel dan Cakka yang udah nongol didepan pintu. Ah tidak hanya mereka berdua tapi ada Ify disana.

"Masuk..."

"Waw jagoan..." Celetuk Gabriel dan Cakka, Alvin tertawa pelan. Mereka berdua selalu memanggil Alvin jagoan ketika ia terbaring di rumah sakit.

Ify melirik Rio, entah mulai kapan Ify merasa jauh dengan kekasihnya sendiri. Sejak Alvin masuk rumah sakit, Rio bahkan tidak menghubunginya sama sekali. Ify tahu Alvin adalah segalanya bagi Rio, tapi sekali saja Ify beeharap bahwa Rio melihatnya. Melihat kekhawatirannya ketika ia berada disituasi seperti ini.

"Ayo bicara diluar" Ujar Ify, Rio mengangguk dan mereka pamit untuk berbicara diluar sebentar.

Ify dan Rio duduk berdampingan tepat di depan ruang rawat Alvin. Mereka hanya diam satu sama lain.

"Kenapa tidak berbicara apapun?" Ujar Ify memulai pembicaraan.

"Fy sorry, gue bener-bener minta maaf" Jelas Rio.

"Bagi sama gue yo, lo gak sendirian. Gue pacar lo, jangan susah sendiri!" Tegas Ify.

"Maaf, gue gak bisa berbuat apapun yang bikin Alvin sembuh.... dia gak bisa sembuh" Lirih Rio.

"Terus gue? lihat gue juga yo!"

Rio menggeleng "Ayo kita break dulu"

"RIO!"

"Alvin lebih butuh gue fy, aku beneran takut nyakitin kamu" Jelas Rio.

Ify tidak habis pikir dengan jalan pikir kekasihnya ini. Ify hanya meninta Rio untuk berbagi kesakitannya bukan pergi dari hidupnya.

"Caramu kayak gini yang lebih bikin aku sakit" Tegas Ify.

"Lo tahu, lo tahu akan nyakitin gue tapi kenapa gini?" lanjut Ify.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang