four

62 31 3
                                    

Kezia menyingkap selimutnya malas, saat mendengar bunyi deringan jam wekernya yang memekakan telinga. Tangan Kezia hampir terjulur mematikan jam wekernya yang sangat mengganggu itu, saat dirinya tersadar akan ucapan Keira tadi malam.

Kezia mengucek matanya sambil mencoba mengumpulkan nyawanya.

Toktoktok

Suara ketukan pintu membuat Kezia membuka suaranya dengan meneriaki orang yang ada di balik pintu tersebut, mengatakan bahwa dirinya sudah bangun.

Kezia melingkar dengan spidol berwarna merah mudanya pada kalender yang tergantung tepat disebelah pintu kamar mandinya, yang menunjukan hari sabtu. Setelah itu Kezia langsung bergegas untuk mandi.

-----

Suasana bandara memang selalu ramai dengan orang yang akan berangkat ke tempat tujuan mereka masing-masing, ataupun orang-orang yang pulang dari kunjungannya di tempat tertentu.

Kezia dan Keira sudah berdiri di tempat kedatangan luar negeri, menunggu Papa mereka yang baru pulang dari perjalanan bisnisnya.

Kezia sedari tadi menggenggam tangannya gugup, karena ini adalah pertama kalinya untuk Kezia melihat Papanya kembali, setelah perceraian kedua orang tuanya beberapa tahun silam.

Keira yang menyadari kegelisahan Kezia mencoba menenangkan Kezia dengan menggenggam tangannya, dan mencoba berkata lewat matanya bahwa semua akan baik-baik saja.

Saat Kezia masih berdebat dengan dirinya sendiri, Keira sudah menatap sesosok laki-laki dengan asisitennya yang mengekori di belakangnya sambil membawakan barang-barang mereka.

"Papa." Panggil Keira pelan, membuat Kezia menegang di tempatnya. Kezia bahkan tak mampu mengangkat kepalanya melihat Papanya.

Kezia merasakan gerakan dari sampingnya, jadi Kezia mencari tahu apa yang sedang terjadi. Laki-laki tadi yang dipanggil Papa oleh Keira sedang memeluknya erat dengan senyum keriputnya yang membuat Kezia sadar sudah banyak waktu yang berlalu dan terbuang, bahkan Kezia hampir lupa bagaimana wujud Papanya, jika saja foto keluarga di kamarnya ditiadakan.

Sesaat laki-laki itu memandang Kezia dalam, Kezia terdiam di tempatnya saat laki-laki itu sudah memeluknya erat.

"Kamu sudah besar ya sekarang." Perlahan isakan terdengar keluar dari mulut Kezia, dia membalas pelukan Papanya sama erat. Keira yang memerhatikannya tersenyum senang.

Seandainya semua bisa kembali seperti semula saat Papa dan Mamanya masih bersama, saat dirinya dan Kezia masih sedekta nadi. Seandainya. Batin Keira.

----

Sehabis dari bandara Keira, Kezia, Papanya serta asisten Papanya singgah ke supermarket untuk membeli bahan-bahan untuk pesta BBQ malam nanti. Papanya bilang ingin mengadakan pesta BBQ dengan kedua anak gadisnya, Kezia dan Keira juga diijinkan untuk membawa teman sekolah mereka, agar nanti pestanya jadi meriah.

Kezia mendorong pelan troli yang sudah terisi setengahnya itu.

"Apaan lagi yang mau dibeli, Kei?" Tanya Kezia membuat Keira memalingkan tatapannya kea rah troli belanjaan.

"Udah semua deh kayaknya, tapi entar kita ke tempat snack dulu ya!" Ujar Keira semangat, berjalan mendahului Kezia yang hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap kakaknya yang sangat fanatic dengan makanan ringan.

Saat troli belanjaan milik Kezia dan Keira mengantri di kasir, Papanya datang dan memberikan sejumlah uang untuk membayar belanjaan mereka.

Saat belanjaan selesai dihitung dan dibayar, Kezia menggambil dua kantong belanjaan untuk dibawanya, sedangakan dua kantong sisanya dibawa Keira.

FOOLS (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang