6

2K 128 0
                                    

Setitik air mata lolos begitu saja dari netra Ametysht milik ku. Aku tidak bisa menahan gejolak kesedihan ini. Aku menangis pilu, hatiku terasa sakit. Aku bodoh...

"Anata maafkan aku, aku ibu yang buruk. Anak ku sudah kubunuh oleh diriku sendiri... maafkan aku, maafkan aku," aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku sendiri. Tubuhku bergetar dan aku benar-benar terguncang dengan berita ini.

Suamiku masih diam dan terlihat frustasi, aku tidak bisa menenangkan baik diriku maupun suamiku. Aku bingung, pikiranku kosong...

Cklekkk

"Hin-... Ya ampun Hinata, tenangkan dirimu Hinata," seorang wanita berjas putih memelukku erat. Aku hanya bisa membalas pelukannya dengan sangat erat tanpa berkata sepatah katapun.

"Naruto, kau jangan seperti itu. Justru di sini yang salah itu kau dan juga dalam kondisi seperti ini wanita yang paling terluka!" ujar wanita itu yang kupikir pasti Ino. "Naruto! Kau dengar tid-,"

"Diam kau Ino! Semua ini salah nya! Kalau saja ia mengatakannya padaku, aku pasti akan mengerti!" Ujar Naruto dengan kesal.

"Asal kau tau Naruto... Hinata sudah selalu berusaha untuk mengatakannya. Tapi kau selalu saja sibuk dengan perusahaanmu! Sialan kau!" Bentak Ino dengan wajah memerah menahan kesal.

Naruto hanya diam tidak menjawab ataupun merespon. Hanya diam dengan wajah frustasi. Aku yang tidak tahan dengan wajahnya itu, akhirnya menghapus air mataku dan melepas pelukanku terhadap Ino.

"Arigatou Ino-chan," aku berterima kasih lalu bergeser perlahan ke arah suamiku. Aku tidak tahan dengan wajahnya yang sedih, kesal, frustasi. Pasti berat untuk dirinya karena begitu juga dengan diriku.

"Anata... sudah, jangan menangis," aku mengusap air mata yang mengalir banyak dari pipi tirus nya. Aku sadar ia begitu kurus sekarang, pasti ia jarang makan. Aku begitu terpukul melihatnya.

Aku juga merasa sedih dan sangat terpukul tetapi aku jauh lebih tidak tega melihat dirinya yang menangis. Karena baru kali ini aku melihatnya menangis.

Tetapi sepertinya ia baru tersadar dan tanganku ditepisnya. Setelah itu ia beranjak keluar, meninggalkan aku dengan Ino di ruangan itu. Aku hanya bisa terdiam dan kembali menangis dengan hebat.

Ino terlihat tidak tega dan membantu ku untuk merubah posisi duduk ku menjadi tidur. Aku masih menangis dan Ino juga terlihat meneteskan air mata.

"Maafkan aku Hinata, aku tidak banyak membantu..." wanita itu mengusap pucuk kepala ku.

Dan aku hanya bisa meringkuk dengan menyedihkan. Aku hanya punya satu kata yang jelas tercetak dalam otakku...

Menyesal...

To be continued

A/n : blablabla swedeihhhh T_T

Hurt [Naruto Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang