Pernah ngerasa sendiri? Kesepian? Gak punya orang lain yang bisa dipercaya?
Sekarang gini deh, ini faktanya, berteman sama orang yang salah dan gak cocok sama kita, mau di satuin kaya gimana pun gak akan bisa nyatu.
Sama kaya aku dan Brandon. Brandon gila belajar, aku? Jangan ditanya.
Brandon orangnya polos banget? Aku? Ya, sejak pacaran sama Aaron yah jelas berbeda.
Brandon hobinya belajar terus? Aku? Huft.Dia tuh kaya robot. Program diotaknya cuma belajar. Pacarnya lagi down aja dia gak nyadar.
Aku kangen sama Aaron. Walaupun Aaron playboy akut, dia gak pernah segila belajar gitu. Jadi pastinya aku jarang banget ngerasa sendirian, karena dia selalu ada buat aku.
Rasanya kaya pacaran sama profesor, dia tuh udah pintar, tapi kok belajar terus?
Tapi, aku juga baru sadar. Sejak kesalahan yang aku dan Vano buat, kami berdua sekarang jadi kaya robot, deh.
Bangun pagi, pergi sekolah, pulang langsung tidur. Aku pingin sih bisa main sama dia lagi. Tapi sekarang, canggung banget. Buat ngobrol aja, kayanya udah gak ada kesempatan.
Dia memang selalu ngajak aku ngobrol duluan sih, tapi aku selalu nolak.
Jelaslah kenapa. Aku belum bisa move on. Banyak banget kenangan antara aku dan Vano. Bahkan lebih banyak dari kenangan aku dan Aaron yang 2 bulan pacaran.
☀☀☀
14 Februari 2015.
Aku berjalan ke arah kamar, membuka pintu, dan ..."Aku kayanya salah pilih warna ya? Aku dari bulan lalu nyari yang warnanya putih, tapi gak ada. Warna biru aja ya?"
Dia berjalan perlahan sambil meminta aku membuka box yang dia bawa.
Dress berlengan panjang berwarna biru pastel.
Belum selesai. Dia memegang pundakku, dan meletakkan kedua tangannya.
"Ini terakhir kalinya. Kamu tau, kan?"
Dia menyerahkan kotak kecil dan tersenyum.
Aku tidak menerimanya, aku terlalu gugup untuk melakukannya.
"Please."
Dia membuka kotak itu, dan ini semua aneh.
Cincin.
Apa maksudnya? Kenapa?
"Van? Maksud kamu apa sih? Kenapa harus kaya gini? Aku kan udah pernah bilang, kita harusnya ... "
"Berhenti. Kita harusnya berhenti."
Aku menggeleng dan mendorong tubuhnya.
"Stop. Jangan perlakuin aku kaya gini lagi. Ini valentine terakhir kita. Udah bertahun-tahun kita pacaran, dan sekarang semuanya harus berakhir. Jangan buat aku tambah sedih."
"Ini kesempatan terakhir aku. Aku gak akan punya kesempatan ini lagi. Ini perjanjian antara kita. Kita gak akan menjauh walaupun aku yakin, kamu pasti musuhin aku, Angel."
Aku menangis di hadapannya. Dia memelukku. Aku...
Memeluknya.
Ternyata dia juga mengenakan cincin yang hampir sama. Aku tidak yakin aku bisa berhenti memacarinya.
Dia akan selalu ada di hatiku. Dia akan tetap menjadi bagian dalam hatiku. Bahkan, dia sudah berhasil menjadi bagian dalam hidupku.
Aku tidak tahu apa yang membuatku begitu sedih. Seharusnya aku senang. Dia akan menjadi kakakku.
Tapi, aku mencintainya bukan sebagai keluarga. Aku memang mencintainya, tapi sebagai seseorang yang membuatku jatuh cinta padanya.
"7 Juli 2012, kamu berjalan sendirian, dan aku datang. Aku datang karena aku menyukai kamu. Kamu tahu itu.
16 Juli 2012, aku benar-benar menyayangi kamu. Kamu masih percaya, kan? Dan ditanggal itulah kita memulai semua ini.
14 Februari 2015. Hari ini. Aku masih menyayangi kamu. Bahkan aku sudah mencintai kamu. Lebih dari aku mencintai diriku sendiri.
16 Februari 2015. Dua hari lagi. Kita resmi menjadi saudara. Dan aku rasa, kita memang harus mengakhiri semuanya, sama seperti keinginan kamu. Jadi, aku berhenti. Ini mungkin jadi perjuangan terakhirku.
Aku tidak bisa melawan orang-orang di sekitar kita.
Aku sudah menjadi seorang Alexander Vanno yang resmi menjadi robot.
Maaf, Angel. Aku gagal."
Aku tidak tahu apa yang membuatku diam.
Aku bahkan tidak bisa menangis.
Aku terlalu lelah untuk mencegah.
Aku terlalu sedih untuk menangis.
Aku terlalu gagal untuk berhenti.
Aku tidak bisa. Tidak akan pernah bisa.
Aku mohon, jadikan ini sebuah mimpi.
Aku mohon, bangunkan aku besok dengan keadaan yang lebih baik.Dia duduk di samping tempat tidurku. Menunduk dalam diam.
Aku berjalan ke arahnya. Dia mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"Angel. Aku janji. Gak akan ada orang yang bisa gantiin posisi aku. Walaupun kamu berhenti sama aku, aku gak akan pernah berhenti sama kamu."
Aku duduk di sampingnya. Memandangi wajahnya.
Dia memelukku. Rasanya benar-benar nyaman, namun menyakitkan. Tidak seperti biasanya.
Bisakah kita memilih jalan kita sendiri? Bisakah kita mengubah keinginan orang lain?
Mungkin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Laughing when I'm Breaking Apart ( Manu Rios, You & Cara Delevingne ) #love
FanfictionBanyak orang yang tidak pernah mengerti bagaimana rasanya jadi seorang Gabrielle Angeline. Sekarang, bagaimana caranya aku menjelaskan kehidupan pahitku kalau bukti yang kalian lihat di sekitarku menyatakan bahwa kehidupanku benar-benar menyenangkan?