#01 Smile

104 5 2
                                    

Aku menutup pintu kamar itu dan berjalan menjauh. Aku benar-benar merindukannya saat ini, kalau saja aku bangun lebih pagi pasti aku bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengannya. Tapi waktu sudah menunjukkan kepastian bahwa aku pasti terlambat (lagi) hari ini. Jadi aku memutuskan untuk meraih ransel biru mudaku dan berjalan kearah basement.

"Angel? Are you okay? Kok mata kamu sembab lagi? "

"Sembab? Mungkin kakak salah lihat. Aku cuma kurang tidur kok."

"Mana mungkin kurang tidur. Kenapa? Masih marah? Gak mau cerita sama aku?"

Aku memutar arah pandanganku kearah mobil hitam yang masih terparkir rapi dan terkunci. Aku spontan mengambil kunci yang tergantung di tangannya.

"Angel, please. Mungkin kamu ga percaya sama aku, tapi aku yakin kamu ga baik-baik aja."

Aku meletakkan barang-barangku dan membuka pintu besar itu. Dan dia mengikutiku.

"Aaron tahu soal ini?"

Aku terdiam.

"Ini tentang Aaron?"

Aku melepaskan genggaman tangannya yang membuatku merasa gelisah.

"Pasti soal si playboy itu kan? Siapa lagi coba yang bisa dengan gampangnya ngerusak hubungan orang lain sampai kaya gini?"

Dia membuka pintu basement dan berjalan kearah taman.

"Tau gak sih ini udah jam berapa? Kok malah bengong sendirian di taman sih? Kalau memang gak akan nganterin yaudah, aku juga bisa naik taxi."

"Sampai kapan sih kamu mau ngejauhin aku? Aku udah jelasin kan, aku ga bermaksud..."

Ucapannya terhenti ketika seseorang dengan jas hitam berjalan kearah luar. Saat itu juga, dia menarikku ke dalam mobil dan langsung menyalakam mesin. Dia menjalankan mobil sambil menatap tajam ke arah spion.

☀☀☀

Seperti yang sudah aku perkirakan, aku terlambat untuk kesekian kalinya. Sebenarnya ada hal positifnya, sih. Aku jadi tidak perlu mengikuti upacara. Lagipula aku memang tidak membawa topi.

Aku berjalan di lorong yang sepi, semua orang sudah ada di kelasnya masing-masing. Ketika aku akan mengetuk pintu, seseorang memegang pundakku dan itu sangat mengejutkanku.

Brandon.

Si juara kelas yang sampai sekarang masih menjadi pacarku.

"Aku ada kompetisi fisika hari ini. Aku udah bilangkan?"

Yaampun! Aku baru ingat! Aku sudah berjanji untuk menemaninya belajar pagi ini dan aku malah terlambat.

"Kamu baru datang? Kenapa?"

"Tadi aku ada..."

"Masalah?"

"Hmm.. Bukan, cuma percakapan keluarga biasa kok."

"Keluarga? Rumah? Memangnya kamu punya? Bukannya keluarga kamu itu cuma orang-orang yang saking sibuknya sampai ga pernah ngobrol? Dan bukannya rumah kamu itu cuma tempat tidur aja?"

Aku terdiam dan kali ini aku tidak bisa menahan air mataku.

Brandon memegang tanganku dan itu membuatku merasa lebih baik. Dia memberikanku sebuah amplop lalu memintaku untuk masuk ke kelas. Setelah melihatku masuk ke kelas, dia pergi.

Ms. Chelsea memandang kearahku dan menggeleng. Ketika aku ingin meminta maaf atas keterlambatanku, ia justru menggeleng dan langsung memintaku untuk duduk.

Grace dan Cella langsung mengedipkan mata dan aku pun duduk di antara mereka. Sepertinya, pelajaran Ms. Chelsea tidak akan kuperhatikan sama sekali. Aku membuka amplop berisi ticket dengan tambahan kertas kecil bertuliskan : "You need some happiness. Saturday, 17th Dec. I'll pick you up at 7."

☀☀☀

Aku tidak konsentrasi belajar sama sekali hari ini. Sepulang sekolah aku langsung pergi menuju kantin dan menemui Aaron. Aku melirik kearah meja yang biasanya ditempati olehnya. Tidak ada.

"Sampai kapan sih lu mau digantungin gini sama dia?" Tanya Cella.

"Iya. Katanya udah sama Brandon, tapi kok kalau pulang sekolah gini masih nyari Aaron?" Lanjut Grace.

Aku hanya bisa tersenyum kearah mereka.

"Kasian kali si Brandon, dia kan udah berusaha bikin lu nyaman. Gak kaya si playboy itu tuh. Udah deh kita pulang aja, yuk!" Ajak Cella sambil menarik tanganku.

Aku pun menuruti kemauan mereka walaupun aku tidak yakin keputusanku ini benar. Lagipula Aaron memang tidak menepati janjinya untuk menemuiku.

Aku merasa nyaman jika berada diantara mereka, walaupun kepribadian kami berbeda-beda.  Tapi perbedaan justru dapat menyatukan, kan?

"Eh, lu kapan move on? Tadi pagi baru dapet surat dari pacar, masa siangnya ketemuan sama mantan? Gila aja kali udah dapetin cowo smart dan high class kaya Brandon masih ngejar-ngejar cowo playboy, stupid, dan ..."

"Apa? Lu mau ngatain gue apalagi, Cel?"

Aaron.

"Dan jahat kaya lu," Cella melanjutkan ucapannya dengan nada santai.

Aaron mendekat kearahku. Dia memegang kepalaku lalu tertawa. Entah ada apa yang lucu, tapi apapun itu, aku merindukan masa-masa menyenangkan seperti ini.

"Mau segimanapun lu jelek-jelekin gue di depan Angel, dia bakalan tetep sayang sama gue, Cel. Jangan lupain itu. Aku bener, kan?"

Aku menunduk dan seharusnya aku tidak diam saja ketika diperlakukan seperti ini. Tapi dia tahu kalau aku memang sedang sangat membutuhkannya, dan dia hadir.

"Udahlah, cowo freak itu gaakan bisa bikin kamu move on dari aku. Jadi mendingan kamu stop sama dia. Gaada fungsinya juga, babe."

Sebenarnya aku setuju dengan kata-katanya. Brandon memang tidak bisa menggantikan posisi Aaron untukku, meskipun semua orang tahu, Aaron membawa banyak dampat buruk untukku.

Tapi selama beberapa tahun menjalani hubungan dengan Aaron, aku sudah berulang kali memergokinya berjalan dengan perempuan lain. Bahkan dengan Cella. Itu alasan tekuat yang berhasil membuat Cella benar-benar membenci Aaron.

Aku tidak bisa mengatakan apapun, pertemuanku dengan Aaron terasa benar-benar tidak berguna.

"Cell, gue duluan ya, ada janji nih sama cowo baru. Gapapa kan?" Pertanyaan Grace memecah keheningan diantara kami. Cella mengangguk dan menarik tanganku.

Dan aku tetap tidak bisa memutar bola mataku dari senyumnya. Senyum yang sempat menjadi milikku. Senyum yang dulu selalu menemaniku. Senyum yang sekarang seharusnya sudah terganti dengan senyuman yang lebih sempurna.

Laughing when I'm Breaking Apart ( Manu Rios, You & Cara Delevingne ) #loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang