PART 2

4.9K 111 1
                                    

Ehm ehm... Mana readers nyaaaa???? Mana vote nyaaa.... Issshhhh....

Ceritanya baru akan dimulai, itu hanya segelintir cerita tentang Laura.. Bagaimana ceritanya jadi I Love My Artist, nanti.. Sabaarr... Tebarkan dulu Vote nya... Akan ku lanjut.. Maaf typo.. Maaf absurd, maaf ga jelas

________________

Jam 9 pagi ini aku sudah berada di kampus kara tidak ingin absen untuk kesekan kalinya kepada dosen pembimbingku, Queenna dan Catherine sahabatku sedang duduk menikmati sarapan mereka di kantin, aku berjalan lambat ke arah mereka langsung ku ambil sepotong sandwich milik Cath dan memasukkan nya cepat ke dalam mulutku,

"Heii itu suapan terakhirku...." teriaknya, mencoba menggapai mulutku, aku tidak peduli, tetap saja kukunyah dan ku telan habis, Cath melotot ke arahku, aku tersenyum lebar dan duduk di sebelahnya, ritual sarapan Cath berakhir setelah potongan terakhir sandwich nya aku makan, dia berkomat-kamit membaca mantra gerutuannya ke arahku, lalu memainkan ponselnya

"Kau kemana saja ? Selalu pulang duluan tanpa mengabari kami" Queen menggigit roti lapis nya menatapku, memang beberapa hari belakangan aku bahkan hanya tersenyum saat dua sahabatku itu memanggilku, fikiranku kacau

"Maaf.. Ada masalah sedikit, awalnya, aku rasa sedikit.. Tapi jadi banyak..." kusedot minuman ringan di botol milikku

"Maksudmu?" Queen menyilangkan tangannya di meja kantin

"Ya.. Masalah besar, tapi tidak apa, tidak akan mempengaruhi kecantikanku.." jawabku mengibaskan rambut coklat muda ku, Queen memutar bola matanya, dan Cath mendelik ke arahku, kemudian melanjutkan aktifitas nya menatap layar ponsel, entah apa yang dia lihat, tapi dia seperti sangat menikmatinya

Mata kuliah pagi ini ku lewati dengan fikiran yang tidak pada tempatnya, tubuhku disini, hati dan fikiranku di rumah, memikirkan kondisi ibu yang berubah total beberapa hari ini, tidak seperti saat ayah ada,benar-benar membuyarkan konsentrasi belajarku, seperti semalam aku melihatnya sedang menyendiri di ruang televisi, benda datar itu menyala, tapi ibu tidak menontonnya, tatapannya kosong, sebagai anak tertua, aku merasa benar-benar tidak berguna, saat ibu membutuhkan ku untuk menyelesaikan masalah ini, aku masih berkutat dengan kuliah ku

"Nona Johnson... Nona Johnson..." seseorang memanggilku, aku menoleh ke kanan dan ke kiri masih dengan samar,mencari orang yang dengan tega mengganggu lamunanku

Cath yang duduk disebelahku menyikut lenganku perlahan, aku menatapnya

"Di depan.." mimik bibirnya membuatku mengerutkan kening seketika

"Nona Johnson... Siapa yang kau cari??" nada suara itu meninggi membuatku menatap Dosen pembimbingku yang beracamata tebal sedang menatapku tajam

"Eh..eh.. Maaf pak.. Saya fikir ada orang lain yang memanggil saya..." menggaruk tengkukku kikuk

"Kau fikir alam bawah sadarmu yang memanggil??" tanyanya, membuat beberapa mahasiswa di kelas ku terkekeh geli

"Kalau kau tidak menyukai mata kuliahku, silahkan keluar..!!" dia membetulkan letak kacamata nya dan kembali ke whiteboard meneruskan materi yang sedang ia jelaskan

Aku menghembuskan nafas perlahan, jelas tidak mungkin saja aku meninggal kan kelasnya, kelas yang akhirnya akan mengantarku pada titel sarjana hukumku

I Love My ArtistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang