"Selamat pagi tuan putri" ucap Sellysa tersenyum sambil membawa nampan.
Fara terkekeh melihatnya "Apaan si lo! Stop call me tuan putri!"
Sellysa tertawa "Kamu kan memang tuan putri, rambut kamu panjang, kulit putih mulus, cantik, mandi harus disuruh, baju dicariin, make up dibantuin, makanan diambilin, --"
"Stop it!" Teriak Fara malu, ia mengerucutkan bibirnya.
Sellysa menambah tawanya dan menyodorkan segelas energen "Aku seneng ko ngelakuin itu. Tapi sampe kapan kamu kayak gini? Kapan mandirinya? Kalah kamu sama anak SD."
Fara menerimanya kasar "Bawel amat si lo! Ya tunggu gue selesai menata hati gue! Baru gue siap buat ngejalanin hari-hari gue!"
Sellysa tersenyum menatapnya. Setelah bertemu dengan keluarganya waktu itu, Fara semakin tak ingin lepas dari Sellysa. Bahkan Sellysa harus tinggal di kamarnya dan tak boleh kemana-mana selain ada yang penting.
"Far, kamu ga benci keluarga kamu kan?" tanya Sellysa hati-hati.
Fara menggeleng sambil mengunyah roti nya. "Gue gak pernah benci mereka. Gue cuma nyesek aja, giliran gue butuh mereka, mereka malah sibuk seakan ninggalin dan ngelantarin gue gitu aja. Dan gue masih belum punya muka dua kali buat ketemu mereka lagi"
Sellysa mengernyit, "Maksud kamu?"
"Lo lupa? Gue masih merasa kotor, dan merasa gak pantes jadi keluarga ini lagi" ucapnya sendu.
"Ohhh maaf. Tapi kamu ga mau kan merasa kotor terus?"
"Iya gue akan melupakan itu, dan mengingat lo terus."
Sellysa mengerjapkan matanya mencerna kata-kata Fara. "Crazy" ucapnya ketika menyadarinya.
Fara tertawa geli dan menyodorkan sesendok sup padanya.
"Apa?" tanya Sellysa.
"Makan lah bego. Lo belom makan pasti!"
Sellysa menggeleng namun satu paksaan membuatnya membuka mulut sambil berdecak kesal.
Jadilah mereka makan bersama dengan Fara yang menyuapi Sellysa.
***
Feri memijit pelipisnya. Ia ingin segera pulang ke rumahnya.
"Ra, kamu bisa back up pekerjaan saya? Saya ingin cuti beberapa hari ke depan. Kepala saya rasanya sakit sekali" kata Feri pada sekretarisnya.
"Bisa pak, saya juga kasihan melihat bapak yang lelah sekali sejak keluarga bapak mengalami musibah"
Feri tersenyum miris "Maaf ya Ra, saya jadi menyerahkan tugas-tugas ini sama kamu. Kalo ada yang tidak kamu mengerti atau kamu tidak sanggup hubungi saya saja. Lagipula tidak semuanya saya serahkan sama kamu. Ada beberapa berkas yang memang harus saya yang kerjakan. Sudah ya kalo gitu saya pulang dulu." ucap Feri menyampirkan jasnya di bahu dan menuju pintu.
Dara menuju meja Feri "Baik pak. Selamat beristirahat. Selamat malam."
Feri tersenyum lelah "Kamu jangan pulang terlalu malam. Terimakasih ya Dara. Selamat malam."
Feri melajukan mobilnya sampai rumah. Ia rindu rumah dan keluarganya, terutama cewek yang sedang menjadi dokter pribadi adiknya. Bibirnya tersenyum tipis. Entah mengapa cewek itu menarik perhatiannya.
Feri mengetuk pintu dan disambut oleh bi Lilis. "Mama papa mana bi?" tanya Feri sambil mencium tangan bi Lilis.
"Sudah tidur den, den Feri tumben pulang kesini."
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOG CINTA
RomanceKelulusan Sellysa Anastasya menjadi Sarjana Psikologi adalah suatu hal yang sangat membanggakan untuk dirinya sendiri dan tentunya keluarga tercintanya. Sellysa Anastasya S.Psi Sebuah nama yang telah tersemat gelar yang mengagumkan. Ia yakin tak kan...