PC 18

729 26 3
                                    

Sellysa menatap langit-langit kamarnya. Ia hanya memikirkan kata-kata Fara barusan. Ia bertanya-tanya apa yang dikatakan Fara itu benar atau anak itu sedang ngelantur.

Lagipula perasaan macam apa itu? Sellysa rasa Fara hanya merasa nyaman bersama dengannya, itu karena yang selama ini, selama ia depresi, hanya Sellysa yang ada untuknya. Jadi Sellysa memprediksi bahwa maksud Fara hanyalah ia nyaman berada dekat dengannya karena Fara sudah menganggapnya sebagai sahabat.

Ya. Pasti karena itu. Jika tebakannya salah, berarti Fara sudah melampaui batas.

Tapi ada satu hal yang mengganggunya sejak tadi. Itu adalah perasaannya sendiri yg terkadang merasa hangat jika berdekatan dengan Fara. Namun Sellysa hanya berpikir mungkin saja hal itu persis ketika ia bersama dengan Tania.

Lalu bagaimana kalau ternyata Fara menyukai dirinya sebagai lawan jenis? Oh itu tidak mungkin, karena jelas-jelas dia ini cewek sama seperti dirinya.

"Udahlah ya gue gak usah mikirin gituan, lagian mana mungkin Fara punya pikiran kayak gitu. Huft."

Sellysa menghela napas panjang dan bangun dari tempat tidurnya. Ia berjalan mengambil kerudungnya dan memakainya. Lalu ia keluar dari kamar menuju ruang keluarga Mahardika.

Setelah sampai tempat itu, dilihatnya dua orang yang begitu mirip sedang duduk di sofa yang mengarah ke tv. Sellysa menghampiri mereka dan tersenyum. Ia berusaha membuang semua pikiran anehnya tentang Fara.

"Jadi, kita mau nonton film apa?" tanya Sellysa.

"Kamu maunya apa?" jawab Feri dengan pertanyaan lagi.

"Loh mas, saya tanya malah balik nanya" Sellysa mengerucutkan bibirnya kesal yang direspon tawa ringan oleh laki-laki itu.

Ia berjalan ke samping Feri dan duduk di sana. Ia melihat layar laptop yang sedang di utak atik oleh tangan Feri.

Tanda panah berhenti di cover film yang sedang booming bulan lalu. Sellysa mendelik menatap Feri.

"Mas mau nonton ini?" tanya Sellysa, dan Feri langsung mengangguk yang membuatnya tertawa geli.

"Saya gak mau ah. Mas, dengerin ya. Digombalin tanpa dinikahin itu, jahat." ucap Sellysa sambil menirukan gaya Cinta.

Feri terkikik geli mendengarnya, "Yaudah, kita nonton film action barat aja gimana?" tanyanya meminta persetujuan.

Fara dan Sellysa menganggukan kepalanya serempak. Mereka pun menonton film yang dipilih Feri dengan khidmat.

Belum ada seperempat film, Feri mengeluh kalau perutnya lapar. Ia meminta filmnya di pause sementara dia mengambil camilan di dapur.

Namun ketika ia hendak berdiri, Sellysa menahan tangannya, "Biar saya aja mas yg ambil" tawar gadis itu.

"Gak usah. Udah biar saya aja" tolak Feri dan segera meluncur ke dapur.

Sellysa menghela napas. Keadaan pasti akan canggung sekarang, mengingat ia langsung meninggalkan Fara ketika perempuan itu menyatakan perasaannya secara tersirat.

Sellysa menatap layar laptop di depannya seolah sedang asik menonton film.

"Mas Feri tadi ngajak ke Jogja sebelum lo dateng" ujar Fara tiba-tiba. "Dia pengen liburan katanya, mumpung kerjanya lagi free." lanjut Fara sambil menunggu respon orang yang diajaknya bicara.

Sellya melirik Fara yang sedang menatapnya. "Oh? Bagus dong. Kalian kan emang butuh liburan juga, hehe. Mas Feri setiap hari udah kerja, dan dia butuh liburan. Lalu kamu juga harus kembali menikmati indahnya dunia luar setelah 6 bulan mendekam di kamar, ya kan?" jawab Sellysa seadanya, namun tanpa ia sadari jawabannya cukup panjang.

PSIKOLOG CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang