PC 9

1K 51 0
                                    

"Hai cantik, nunggu lama yaa? Maaf ya hehe" Sellysa membuka pintu sambil membawa nampan berisi dua piring spaghetti. "Yuk yuk sini kita sarapan di balkon" dia menuju balkon diikuti Feri yang membawa nampan berisi tiga gelas jus mangga.

"Fara! Ngapain disitu? Sini bawa piring kamu" Sellysa sedikit berteriak memanggil Fara yang masih diam di tempatnya sedang memandang Feri. Seolah tau apa yang dipirkan Fara, Sellysa menoleh ke arah Feri yang sedang meletakan gelas di meja.

"Mas, kita berusaha biasa aja dong. Kasian Fara. Marahnya ditahan aja dulu ya." Sellysa sedikit berbisik pada Feri sambil tersenyum. Feri menoleh dan menghela napasnya lalu tersenyum simpul.

Feri mendekati Fara dan menatapnya tajam. Sedetik kemudian ia tersenyum. "Sini, gue bawain" Fara tersentak dari lamunannya ketika tangannya tak sengaja tersentuh tangan Feri saat Feri mengambil piring ditangannya.

Feri berjalan mendahului Fara yang masih diam ditempatnya seraya memandang punggung Feri. Ia beralih menatap tangannya. "Gue kangen sentuhan lo mas" gumamnya tanpa sadar. Lalu ia berjalan menuju balkon lalu duduk di bangku yang sudah disediakan.

"Okee, sebelum makan kita berdo'a dulu yaa. Berdo'a dimulai" Sellysa mengangkat kedua tangannya diikuti yang lain. "Selesai. Mari makan" ia mengusap wajahnya dan memulai makan.

Hanya suara dentingan sendok menyentuh piring kini yang terdengar. Sellysa jenuh dengan suasana ini. Ia memikirkan cara agar suasana tidak secanggung ini.

"Ekhmm.. Mumpung mas Feri lagi libur, gimana kalo kita jalan-jalan?" tanya Sellysa pada dua orang dihadapannya.

"Boleh" -Feri
"Nggak" -Fara

Sellysa menatap keduanya bingung. Lalu ia tersenyum jahil "Ciyee, kaka adek sehati banget. Jawabnya bisa barengan gitu" ia terkekeh geli. Feri tersenyum simpul, sedangkan Fara menatap lekat Feri, ia merasa ada yang berbeda dari mas nya itu.

Feri yang biasanya akan protes ketika pilihan mereka berbeda. Feri yang biasanya mengganggunya saat makan. Kini berbeda. Entah apa sebabnya itu, Fara tidak tahu.

Sellysa tak sengaja menangkap basah Fara yang sedang memperhatikan Feri. Ia sangat tahu apa yang dipikirkan Fara. Walaupun terhitung sebentar Sellysa melihat keduanya bersama, tapi ia bisa melihat bahwa keduanya sangat akrab dan suka menjahili satu sama lain, terutama Feri. Tapi kali ini Feri tidak melakukannya, dan Sellysa tahu alasannya.

"Mas Feri?" Feri menengok kearah Sellysa yang memanggilnya. Feri sedikit terkejut ketika telunjuk Sellysa berada tepat diujung hidungnya. "Kena deh, hahahaha" Sellysa tertawa sendiri karena ulah yang dibuatnya. Padahal itu garing. Terbukti hanya ia sendiri yang tertawa.

Sellysa menghentikan tawanya perlahan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Garing ya?"

"Banget" Fara melempar sedotan jusnya tepat mengenai kepala Sellysa yang membuat rambut gadis itu menjadi basah.

"Ihh Fara, gue baru keramas tadi!" Sellysa mencebik kesal sambil membersihkan rambutnya. Feri yang melihat kejadian itu berusaha menahan amarahnya. Ia tidak terima adiknya menjadi kasar begini. Terlihat jelas raut wajah Fara yang cuek dan tidak terlihat sedikitpun raut kejahilan disitu.

"Gak usah ngelucu lo" Fara mendengus kasar. Tak sengaja matanya menatap mata Feri yang kini sedang menatapnya tajam. Feri sudah tak tahan lagi, ia mengambil tangan Fara dan menyeretnya menjauh dari Sellysa.

"Ngapain?" tanya Fara melepas cekalan tangan Feri.

"Maksudnya apa tadi?"

"Maksud apa?"

"Tadi ngapain lo ngelempar sedotan ke rambut Sellysa? Lo tau sedotan itu kotor!" ucap Feri sampai urat disekitaran lehernya terlihat.

Fara menatap Feri lekat. Sudah lama ia tidak menatap mata itu lagi. Ada sedikit kerinduan yang dirasakannya.

PSIKOLOG CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang