PC 6

1.2K 78 0
                                    

"Gimana perkembangannya Fara, Sell?" Tanya Feri sambil menyuapkan roti ke mulutnya.

"Membaik ko mas, dia udah mulai membuka diri sama saya. Tapi katanya dia masih menata hatinya, belum siap ketemu sama mas Feri dan orangtuanya." Jawab Sellysa.

Sellysa mengunyah nasinya, ia tidak biasa sarapan roti, menurutnya itu tidak mengenyangkan.

Feri memperhatikan Sellysa yang makan dengan lahap. Ia tertawa pelan "Kamu lahap banget makannya Sell. Pasti Fara sering ngerepotin kamu ya sampe kamu ga makan-makan."

Sellysa tertawa pelan "Engga kok mas, justru Fara selalu ngingetin saya makan, malah saya disuapin sama dia. Tapi setiap sarapan dia nyuapinnya roti mulu, saya ga kenyang makan gituan"

Feri tersenyum tipis "Fara selalu gitu Sell, saya jadi kangen dia. Kamu ga bisa mempertemukan saya dengan Fara? Tolong bujuk Sell, saya mohon" ucap Feri dengan nada sendu dan menggengam tangan Sellysa.

Perlakuan Feri membuat Sellysa deg-degan "Saya udah nyoba mas, tapi jawabannya selalu sama. Dia masih berusaha menata hatinya dan ngelupain kejadian itu mas"

"SELLYSAAAAAAA" Sellysa dan Feri kaget mendengar teriakan itu, mereka langsung berlari menuju kamar Fara.

"Kenapa si Far?" tanya Sellysa setelah membuka pintu kamar Fara yang disambut pelukan dari Fara.

"Lo kemana aja Sell? Jangan tinggalin gue sendiri" kata Fara dengan suara parau, kamarnya kini sudah acak-acakan.

Sellysa balas memeluknya "Aku ada di bawah tadi Far, sorry. Aku laper soalnya, lagipula ada mas Feri juga."

Fara membeku ditempat, dia melepas pelukannya dan menatap seseorang yang berdiri di ambang pintu. Feri menatapnya sendu. "Sellysa, gue mau lo tutup pintunya" ujarnya dingin.

"Far, mas Feru baru aja dateng semalem, kamu gak kangen sama dia?"

Fara mengernyitkan dahinya "Terus kenapa? Gue cuma pengen lo tutup pintunya, ga nyuruh dia pergi."

Sellysa tersenyum sumringah, dia langsung menarik Feri yang termangu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.

Keadaan canggung seketika. Lalu Feri langsung memeluk Fara. "Far, gue kangen sama lo"

Fara meringis "Kangen? Bukannya lo yang ninggalin gue?"

Feri melepaskan pelukannya dan menatap Fara "Gue gak maksud ninggalin lo Far, gue sibuk, dan gue nyesel udah ngelantarin lo. Harusnya gue selalu ada buat lo. Maafin gue Far."

Fara tersenyum sinis "Penyesalan emang dateng belakangan mas. Gue ngerasa kalian gak merhatiin gue lagi. Kenapa si mama dan papa dan juga lo sibuk ngurusin kerjaan disaat gue lagi butuh kalian? Gue kaya orang asing tau gak dirumah ini?! Kalian ninggalin gue terus, bahkan mama sama papa udah pergi lagi kan sekarang? Jangan dipikir gue ga tau. Kalian malah ngirim orang-orang gak jelas buat ngurusin gue. Mungkin kalian pikir gue gila, tapi mungkin itu emang bener si. Kalo aja Sellysa ga bertahan, mungkin gue udah gila beneran dan jadi psikopat sekarang. Kenapa ga daridulu Sellysa? Gue muak sama orang-orang cemen kaya mereka. Otaknya cuma duit!"

Feri tersenyum senang, setidaknya Faranya telah kembali perlahan. Ia memeluk Fara lagi "Gue minta maaf Far."

"Maaf lo bakalan gue terima kalo lo keluar dari kamar gue sekarang juga!" ucap Fara.

"Loh ko gitu si Far?" tanya Feri keheranan. Sellysa juga bingung dibuatnya.

"Dalam itungan kelima. Satu! Dua!"

"Far, Far, kenapa dah?" tanya Feri tak setuju.

"Tiga! Empat!" Fara tetap meneruskan hitungannya. Sellysa dan Feri bertatapan dan saling mengernyitkan dahinya.

PSIKOLOG CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang