Usai sarapan bersama, Feri pamit untuk pergi ke kantornya. Tapi, saat dia baru melangkahkan kaki beberapa jengkal dari pintu, datang seorang wanita cantik yang langsung memeluknya.
Sellysa melihat hal itu dari belakang, hatinya berdesir.
"Anya? Ngapain?" tanya Feri bingung.
Anya tersenyum manis, "mau ketemu kamu dong, Babe."
"Aku mau ke kantor nih, buru-buru."
"Tunggu dulu, sebentar aja. Aku mau ngomong penting," tahan Anya.
Feri menghela napas, "ngomong apa?"
"Nanti siang kita makan bareng, ya. Kita obrolin tentang pernikahan kita," ujar Anya sambil menggandeng lengn Feri dengan mesra.
Sellysa yang dari tadi memperhatikan mereka berdua, membulatkan matanya kaget. Ia tak menyangka akan mendengar hal seperti ini, ia kira pernikahan mereka batal mengingat curhatan Feri kemarin. Sellysa menahan air matanya dan lari ke kamarnya.
Ia menghela napas panjang di atas kasurnya. Entah mengapa rasanya ingin sekali menangis yang kencang.
Namun, saat air matanya akan keluar, Fara masuk dan duduk di sebelahnya. Sellysa menatapnya berusaha tersenyum.
"Kenapa, Far?"
Fara menaikkan alisnya, "lo yang kenapa?"
"Aku? Gak kenapa-kenapa, kok."
"Bohong."
Sellysa menghela napas.
"Gue tau, kok. Lo abis nontonin Mas Feri sama tunangannya kan? Tadi gue juga ikut nonton," ujar Fara tepat sasaran.
Sellysa terdiam.
"Sel, kalo emang Mas Feri tetep nikah sama Mbak Anya, lo harus ikhlasin, Sel," ucap Fara menasehati.
Lagi-lagi Sellysa terdiam.
"Move on, Sell. Masih ada gue buat lo."
Sellysa mendelik. Ia memalingkan wajahnya. Kemudian berkata, "Far, sebenernya aku tau kode-kode yang selalu kamu kasih ke aku. Tapi, Far kita ini sama-sama perempuan," jelas Sellysa menegaskan.
Fara kaget dengan ucapan Sellysa, ia berusaha mengontrol dirinya, "eh? Emang maksud gue gimana?" tanyanya pura-pura tidak tahu.
"Nggak usah ngeles, Far. Aku masih inget pernyataan kamu waktu di pantai. Kamu bilang suka sama aku," ujar Sellysa.
Kini gantian Fara yang terdiam.
"Far, mungkin perasaan kamu memang nggak salah yang bilang bahwa kamu nyaman dan suka sama aku. Tapi, kamu yang salah paham dengan perasaan kamu sendiri," lanjutnya.
Fara hanya bisa terdiam.
"Sekarang, aku nggak bisa membiarkan kamu semakin salah paham dengan perasaan kamu. Aku harus jelasin biar kamu gak salah arah. Far, kamu harus dengerin. Aku sangat tulus waktu ngerawat kamu saat depresi. Mungkin memang aneh atau aku yang gak tau malu nginep di rumah kamu padahal aku bukan siapa-siapa. Aku cuma mahasiswa yang baru lulus, tapi berani-beraninya menanggung pasien seperti kamu."
"Aku ngga tahan setiap kamu teriak-teriak waktu masih depresi, aku takut kamu jadi gila. Makanya, aku berusaha memberikan semua waktu aku buat kamu, buat nenangin kamu saat depresimu kambuh. Jadi, aku memaksa untuk tinggal di sini saja. Mungkin, emang cara kayak gini tuh nggak ada di dalam pelajaran psikolong yang pernah aku pelajari. Anehnya aku malah terjebak oleh bales dendam konyol kamu dan perasaan ke Mas Feri yang nggak bisa aku singkirkan."
"Far, aku kasih tau. Perasaan kamu buat aku itu gak lebih karena dulu hanya aku yang bisa hadapin kamu. Kamu cuna kagum sama aku. Tapi kamu menyalah artikan itu dengan bilang kalo kamu suka aku. Kita sama-sama perempuan, Far."
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOLOG CINTA
RomanceKelulusan Sellysa Anastasya menjadi Sarjana Psikologi adalah suatu hal yang sangat membanggakan untuk dirinya sendiri dan tentunya keluarga tercintanya. Sellysa Anastasya S.Psi Sebuah nama yang telah tersemat gelar yang mengagumkan. Ia yakin tak kan...