TIBA tiba Pek li Peng teringat akan sesuatu dan berkata kembali: "Toako, sewaktu berada didalam istana terlarang tempo hari engkau telah berhasil mendapatkan sebuah kotak kayu, selama ini belum pernah kita buka kotak kayu tersebut, siapa tahu kalau isi kotak itu adalah suatu benda yang amat berharga sekali?"
"Secara tiba2 kenapa kau teringat akan persoalan itu??"
"Sedari dulu sudah kuingat akan persoalan itu, hanya saja berhubung selama beberapa hari ini toako selalu rajin melatih ilmu silat dan bersiap siap untuk membantu enci Gak, maka karena takut mencabangkan pikiranmu, selama ini tak berani kuungkap lagi"Di atas kotak peti itu berukiran sebuah lukisan sang Buddha, rupanya isi dari kitab tersebut adalah sejilid kitab sembahyangan.
Pek li Peng segera gelengkan kepalanya,
"Aku masih ingat pintu besi yang digunakan untuk menyimpan kotak kayu itu rupa belum pernah dibuka orang, seandainya didalam Istana Terlarang benar2 terdapat barang yang paling utuh maka kotak kayu itulah merupakan benda yang paling utuh, karena orang yang masuk kedalam istana terlarang mendahului kita itu sama sekali pernah memasuki ruang batu tersebut"
"Sedikitpun tidak salah! "
"Semoga saja sepasang pedagang dari kota Tiong-ciu dapat menyimpan kotak kayu secara
baik2."
Kedua orang saudaraku itu selama hidup paling gemar mengumpulkan, emas perak intan permata, karena itu orang persilatan diberi julukan sepasang pedagang dari kota Tiong ciu kepada mereka berdua, menurut apa yang diketahui harta kekayaan yang dimiliki kedua orang itu boleh dibilang bisa menandingi kekayaan suatu negara. Hanya saja beberapa tahun belakangan ini sifat mereka agaknya mengalami perubahan besar, terhadap harta kekayaan mereka sudah tidak begitu tertarik lagi"
"Semoga saja mereka tidak membuka kotak tersebut karena perasaan ingin tahu"
Keesokan harinya baru saja fajar baru saja menyingsing diufuk timur, dari sebuah jalan kecil gunung Heng san munculah dua orang imam
Seorang adalah imam berjubah hijau yang mempunyai jenggot hitam sepanjang dada sedang yang lain adalah seorang imam cilik yang menyoren sebilah pedang pada punggungnya.
Langkah kedua orang imam tersebut amat lambat sekali, sambil menuruni bukit tersebut sepasang matanya berputar kian kemari menikmati keindahan alam yang terbentang disekeliling tempat itu.
Sesudah melakukan perjalanan sejau belasan li, akhirnya sampailah kedua orang itu disebuah persimpangan jalan.
Terdengar imam baju hijau itu berkata dengan suara lirih;
"Peng ji ayoh kita percepat perjalanan kita, mungkin kota Heng yang sudah tidak terlalu jauh
lagi"
"Eeeei. lihatlah bukankah dari sana muncul manusia?? Sambung sang imam cilik dengna cepat.
Rupanya imam tua berjenggot hitam itu bukan lain adalah hasil penyaruan dari Siau Ling, sedangkan imam cilik itu adalah penyaruan dari Pek li Peng, sigadis yang cerdas itu.
Siau Ling segera menengadah keatas, tampaklah olehnya dua ekor kuda berlari dengan cepatnya menghampiri mereka, dalam sekejap mata pendatang itu sudah berada dihadapan mereka bedua.
Pada kuda pertama duduklah seorang pemuda berusia dua puluh tujuh delapan tahunan dengan sebilah pedang tersoren diatas punggungnya dan pakaian ketat membungkus tubuhnya, orang itu bukan lain adalah Chan Yap Cing dari partai butong.
Pada kuda yang kedua duduklah seorang pria kekar berwajah persegi dengan mata besar, alis tebal, hidung mancung serta penuh cabang diatas wajahnya, dia bukan lain Loo ji dari Tiong lam ji hiap yakni Teng It Lui adanya.
Siau Ling merasa amat gelisah sekali, pikirnya didalam hati.
"Kenapa kedua orang ini bisa sampai disini?? Apa mau mereka??
Berpikir demikian, ia segera merentangkan tangannya dan menghadang jalan pergi kedua orang itu.
Tatkala menyaksikan ada seorang imam berjenggot hitam menghadang jalan perginya, Chan Yap Cing segera menarik tali les kudanya, diiringi suara ringkikan panjang kuda itu angkat sepasang kaki depannya keudara, dengan begitu lari sang kuda yang amat cepatpun berhasil ditahan.
Teng It Lui pung menarik tali les kudanya namun binatang itu tetap melanjutkan terjangannya hingga mencapai dua tiga tombak kedepan sebelum akhirnya berhenti pula.
Sesudah mengalami banyak pengalaman dan kejadian besar, tabiat Chan Yap Cing tidak seberangasan tempo dulu lagi. Diamatinya sebentar wajah Siau Ling, kemudian sambil loncat dari atas kuda ia memberi hormat dan menegur,
"Toatiang, ada urusan apakah engkau menghadang jalan pergiku?? Apakah aku boleh tahu??
Siau Ling tersenyum.
"Aku adalah Siau Ling, Chan heng! Engkau hendak pergi kemana??" serunya. "Apa?? Engkau adalah Siau Ling?" tanya Chan Yap Cing dengan wajah sangsi dan tidak percaya.
"Sedikitpun tidak salah, aku adalah Siau Ling. Masa Chan heng tidak dapat mengenali suaraku
lagi???"
"Siau heng mengapa engkau memakai pakaian jubah seorang imam???"
Siau Ling mengawasi sejenak sekeliling tempat itu, lalu balik bertanya dengan suara lirih;
"Apakah Chan heng masih tetap tidak percaya??"
"Walaupun siaute masih dapat mengenali suaramu sebagai suara dari Siau heng. Akan tetapi aku tidak berani meyakininya seratus persen!"
"Chan heng datang kemari hendak mencari siapa?" "Kami datang kemari hendak mencari Siau heng???"
"Rupanya ada persoalan penting yang hendak disampaikan kepadaku" pikir Siau Ling didalam hati,
Sesudah termenung sebentar lalu berkata.
"Aku benar2 adalah Siau Ling, didepan situ ada rumah seorang petani mari kita sebuah ruangan dari mereka, setelah siaute membuktikan asal usulku yang sebenarnya kita baru berbicara lagi, bagaimana??? setuju bukan??"
"Ehmm! memang sudah seharusnya begitu "jawab Chan Yap Cing sambil mengangguk:
Chan Yap Cing segera mendekati Teng It Lui serta menyampaikan maksud sianak muda itu. dan berangkatlah keempat orang itu menuju kerumah seorang petani.
Semua padri didalam rumah petani itu telah pergi kesawah, yang ada dirumah tinggal sang nenek dengan menantunya.
Chan Yap Cing segera meminjam sebuah ruangan, disanalah Siau Ling segera melepaskan penyaruannya serta memperlihatkan raut wajah aslinya.
Sesudah mengetahui bahwa orang yang dihadapinya bukan lain adalah Siau Ling dengan cepat Chan Yap Cing menggenggam tangan kanan sang pemuda sambil berkata:
"Sepasang pedagang dari kota Tiong-ciu hanya mau mengatakan bahwa Siau tayhiap pada saat ini sedang berada digunung Hengsan, mereka tak mau menerangkan berada di gunung Hengsan sebelah mana, suheng kami mengajak mereka untuk datang kemari mencari Siau heng akan tetapi kedua orang itu tidak bersedia dalam, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa secara diam2 suhengku segera mengutus siaute serta Teng Ji hiap untuk berangkat kegunung Heng san untuk mencari jejak Siau tayhiap. Gunung Heng san begitu luas mencapai ratusan li dengan puncak yang tak sedikit jumlahnya, kami benar2 tidak mempunyai keyakinan untuk berhasil menemukan diri Siau tayhiap, sungguh tak nyana dtengah jalan kita bisa saling berjumpa muka, rupanya Thian benar2 telah memberi jalan terang kepada umatnya."
Siau Ling mengenakan kembali jenggot palsu serta penyaruannya, kemudian baru berkata;
"Chan-heng, engkau bersusah payah datang mencari diriku, apakah ada urusan penting yang hendak disampaikan kepadaku?"
"Aaaai.! kalau bukan keadaan yang amal mendesak dan terpaksa, tidak nanti suhengku begitu gelisah dan cemas untuk bisa bertemu dengan Siau tayhiap."
"Sekarang suhengmu berada di mana?? dan bagaimana dengan situasi didalam dunia persilatan??"
"Sejak Siau tayhiap berangkat menuju ke bukit Bu gi san, gerakan yang dilakukan perkampungan Pek-hoa san cung semakin hebat dan brutal. Dimanapun mereka melakukan bentrokan dan keonaran, banyak jago2 silat yang dijagal oleh mereka. Tetapi partai partai besar serta perguruan kenamaan diseluruh kolong langit rupanya sudah mulai menyadari bahwa mereka tak bisa berpeluk tangan belaka, jikalau tidak melakukan perlawanan maka perkampungan Pek hoa san cung pasti akan menelan mereka bulat2 ditambah pula dalam dunia persilatan sudah seringkali tersiar berita bahwasanya jika perkampungan Pek hoa san cung berulang kali menderita kekalahan ditangan Siau tayhiap, hal ini membuat semangat mereka bertambah besar."
Tiba2 ia memperendah suaranya dan melanjutkan lebih jauh.
"Bahkan pihak Kuil siau lim pun sudah mulai menyadari, apabila tidak menggunakan kesempatan ini untuk mencegah ambisi serta kebrutalan dari pihak perkampungan Pek hoa sancung, kemungkinan besar dikemudian hari sudah tiada peluang lain untuk menghalangi kebrutalan orang2 itu lagi maka dari itu secara diam-diam mereka telah mengutus dua puluh kelompok jago lihaynya untuk bentrok dan bertempur melawan orang2 dari perkampungan Pek hoa san cung, hanya saja sampai detik ini mereka masih belum berani secara terang terangn berjuang dengan nama partai Siau lim.
Siau Ling menghela napas panjang setelah mendengan laporan tersebut, ujarnya: "Hal itu sama sekali tak ada gunanya, dalam setiap pantai besar serta perguruan besar yang ada dalam dunia pensilatan semuanya telah terselip mata2 dari perkampungan Pek-hoa-san cung, bagaimana ketatnya rahasia itu dipegang teguh, asalkan mereka melakukan pergerakan maka dengan cepatnya Shen Bok Hong akan mengetahui kejadian tersebut.
Chan Yap Cing mengambil keluar sekeping uang perak dan diletakkan diatas meja, kemudian berkata lagi:
"Suhengku serta Sun Locianpwee ditambah pula para jago lihay yang telah berkumpul dengan
kami bersama2 telah berangkat menuju ke propinsi Oulam ketika mendengar bahwa Siau tayhiap
telah memasuki gunung Heng san, sekarang mereka berada ditengah bukit Gi li san "
"Baik ! setelah bertemu dengan suhengmu dan Sun loocinpwee serta setelah kuketahui situasi dunia persilatan yang sebenarnya, kita baru mengadakan perundingan kembali."
Sesudah terhenti sebentar, dia melanjutkan:
"Didalam wilayah propinsi Oulam apakah terdapat pergerakan dari orang orang pihak perkampungan Pek hoa san cung ??"
"Kemarin serta pagi tadi aku serta Teng Ji hiap sudah dua kali bertempur dengan orang. Tetapi pihak lawan segera mengundurkan diri sesudah bertempur sebentar hingga kini kami berdua masih belum tahu apakah mereka adalah orang dari perkampungan Pek hoa sancung atau bukan.. "
Ia berpaling memandang sekejap kearah Teng Ji hiap. kemudian meneruskan lebih jauh
"Masih ada satu hal berhasil siau-te ketahui secara samar2 sesudah bertemu dengan suhengku nanti dia tentu akan membicarakannya dengan Siau tayhiap lebih jelas lagi."
Pada waktu itu Siau Ling sedang melangkah keluar dari ruangan, ketika mendengar perkataan itu ia segera menghentikan langkah kakinya sambil berkata:
"Persolan apakah itu?? dapatkah Chan heng memberitahukannya lebih dahulu kepadaku??"
"Dalam dunia persilatan telah tersiar kabar berita yang mengatakan bahwa Su hay Kuncu telah bekerja sama dengan pihak perkampungan Pek hoa san cung benarkah berita ini dan bisa dipercayakah kabar tersebut hingga kini masih sulit untuk dibuktikan kebenarannya"
"Mahluk yang sejenis akan berkelompok mungkin saja dalam keadaan yang terdesak pihak perkampungan Pek hoa sancung telah bekerja sama dengan Su Hay Kuncu.."
Dia tarik napas panjang, kemudian menambahkan:
"Kalau mereka telah bersatu padu hal ini jauh lebih baik lagi daripada kita musti repot2 untuk membasmi mereka satu persatu"
Teng It Lui yang selama ini tidak pernah buka suara tiba2 menyambung dari sisi kalangan;
"Aku lihat Sun locianpwee merasa kuatir dan murung sekali atas bekerja samanya pihak perkampungan Pek hoa san cung dengan Su hay Kuncu, dia orang tua yang selamanya gagah dan tidal gentar menghadapi segala sesuatu apapun, tetapi setelah mendengar berita itu secara tiba2 ia membungkam dalam seribu bahasa, lama sekali tidak bersuara dan batinnya tampak murung dan tersiksa sekali hal ini dengan jelas tertera diatas raut wajahnya."
"Berbicara dari keadaan dunia persilatan pada saat ini, baik perkampungan Pek hoa san cung maupun Su hay Kuncu merupakan dua kekuatan sesat yang paling berkuasa dalam dunia persilatan dewasa ini, jikalau kedua kekuatan sesat ini berkumpul jadi satu tentu saja berita ini amat mengejutkan hati, cuma dengan adanya kejadian ini mendatangkan kebaikan pula untuk
kita... " "Kebaikan apa ? "
"Dengan demikian maka siapa musuh siapa teman bisa terbagi dengan jelas sekali, dan didalam pertarungan yang akan berlangsung kemudian kita bisa secara langsung membasmi mereka hingga seakar akarnya"
Teng It Lui maupun Chan Yap Cing tidak tahu kalau Siau Ling sudah memasuki istana terlarang dan ilmu silatnya telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, ketika mendengar perkataan pemuda itu amat besar sekali, terpaksa mereka hanya membungkam dalam seribu bahasa.
"Mau kita berangkat! "seru Pek li Peng kemudian.
Karena kurang hati2 ia telah menggunakan suara dari gadisnya.
Timbullah kecurigaan dalam hati Chan Yap Cing, dengan pandangan mata yang tajam ia menatap wajah Pek li Peng tanpa berkedip, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun akhirnya maksud itu dibatalkan.
Siau Ling segera tersenyum dan berkata.
"Oooh yaa... Siau te sudah lupa memperkenalkan kalian berdua.."
Sambil menuding kearah Pek li Peng lanjutnya.
"Dia adalah nona Pek li.. "
Kemudian sambil memandang kearah Chan Yap Cing serta Teng It Lui tambahnya kembali, "Dia adalah Chan Yap Cing tayhiap, sedang yang itu adalah Teng It Lui salah satu dan Tiong lam ji hiap"
"Menjumpai saudara berdua "kata Pek li Peng kemudian sambil menberi hormat.
Baik Chan Yap Cing maupun Teng It Lui sama2 balas memberi hormat dan tidak berbicara lagi.
Siau Ling tahu andaikata dia mengatakan asal usul Pek li Peng, maka kedua orang itu tentu akan bertanya ini itu tiada hentinya, dan diapun pasti akan bicara panjang lebar, oleh sebab itu pemuda itupun tidak menerangkan panjang lebar.
Sambil alihkan pokok pembicaraan kesoal lain ujarnya.
"Kalian berdua boleh melakukan perjalanan lebih dahulu dengan menunggang kuda, aku serta nona Pek li akan menyusul dari belakang, sewaktu datang kalian berdua mendapat hadangan ditengah jalan, waktu kembalipun pasti ada pula yang menghadang jalan pergi kalian aku serta nona Pek li segera akan menyusul sambil melihat siapakah sebenarnya pihak lawan itu"
"Kami akan menuruti perintah "jawab Chan Yap Cing, habis berkata ia putar badan lebih dahulu,
Teng It Lui mengikuti dibelakang Chan Yap Cing, dengan cepat kedua orang itu berlalu lebih dahulu dengan menunggang kuda menuju kearah depan.
Sedangkan Siau Ling serta Pek li Peng mengikuti dibelakangnya dengan berjalan kaki.
Kedua belah pihak tetap mempertahankan jaraknya pada posisi sepuluh tombak
Setengah harian melakukan perjalanan tiada peristiwa apapun yang terjadi, ketika malam menjelang datang sampailah mereka didalam sebuah kota yang kecil.
Meskipun kota itu kecil dan terdiri dan seratus keluarga belaka, akan tetapi berhubung letaknya strategis dan merupakan jalan utama yang didahului oleh para pedagang dan pelancong maka suasana dikota itu ramai sekali, diantara ratusan keluarga ada belasan diantaranya merupakan penginapan serta rumah makan.
Teng It Lui serta Chan Yap Cing segera memasuki sebuah rumah penginapan yang paling besar.
Siau Ling lihat rumah penginapan itu besar sekali, pada tingkat bawah adalah rumah makan yang cukup mentereng, pada saat itu delapan bagian diantaranya sudah terisi oleh tetamu.
Teng It Lui serta Chan Yap Cing segera turun dan kuda, setelah tali les kudanya diterima pelayan, merekapun mengambil kursi yang dekat dengan pintu depan.
Perlahan lahan Siu Ling masuk pula kerumah makan itu, ia memilih sebuah meja disudut ruangan, secara diam2 diawasinya semua tamu yang berada didalam rumah makan itu dengan pandangan tajam.
Tamu yang berada dalam rumah makan itu terdiri dari aneka ragam manusia, dari pedagang yang berperut gede sampai kuli2 kasar yang berbadan kekar dan berbaju kain biasa.
Dengan sorot mata yang tajam Siau Ling menyapu sekejap seluruh rumah makan itu, ternyata tidak nampak seorang jago persilatanpun yang ada disitu, diam2 ia jadi tercengang, pikirnya:
"Apakah pihak perkampungan Pek hoa san cung masih belum tahu tentang masuknya rombongan Bu Wie toatiang kedalam wilayah propinsi Ou-lam??"
Sementara ia sedang berpikir, tiba2 terdengar suara derap kali kada berkumandang memecahkan kesunyian, disusul berhentinya dua ekor kuda jempolan didepan pintu rumah makan.
Diatas kuda duduklah seorang nenek tua serta seorang nona yang berusia antara enam tujuh belas tahunan.
"Toako! aku lihat asal usul kedua orang itu rada kurang beres", bisik Pek-li Peng dengan suara lirih.
Siau Ling alihkan sorot matanya menyapu sekejap sekeliling tempat itu, terlihatlah nenek itu berwajah jelek sekali dengan muka yang penuh keriput, sedangkan gadis itu berwajah cantik dengan alis yang lentik, mata bening dan pipi berwajah semu merah.
Nenek tua itu memandsng pula sekeliling tempat itu, kemudian perlahan lahan berjalan menuju kemeja yang masih kosong disamping tempat duduk Chan Yap Cing serta Teng It Lui.
Berhubung gadis muda itu berwajah cantik jelita sedangkan nenek tua itu jeleknya luar biasa hingga boleh dibilang manusia paling jelek diantara orang jelek lainnya, keadaan yang amat menyolok itu segera menimbulkan perhatian khusus dari semua tamu yang berada didalam ruangan itu.
Walaupun kuda tunggangan merka sudah diterima oleh pelayan dan dibawa masuk ke dalam istal kuda, akan tetapi berhubung rumah makan itu sedang ramai ramainya maka sekalipun kedua orang itu sudah duduk amat lama, tidak tampak seorang pelayanpun yang datang menghampiri mereka.
Rupanya nenek tua itu sudah tidak sabaran, ia mendeprak meja keras2 sambil berteriak: "Eeei dalam rumah makan ini masih ada manusia yang hidup atau tidak. .?" Seorang pelayan buru2 lari menghampiri sambil berseru:
"Loo thay thay"
Nenek tua bermuka jelek segera tertawa dingin, tukasnya:
"Apakah kalian memandang aku sudah tua dan tak sanggup membayar rekening ini ??" Sambil berteriak dia merogoh kedalam sakunya ambil keluar sekeping emas murni dan dibuang keatas meja, sambungnya:
"Cukup tidak uang itu untuk membayar ongkos makan dan tidur kami nenek dan cucu berdua
?"
Emas murni tersebut paling sedkit beratnya ada sepuluh tahil jangan dibilang rumah makan dikota kecil, sekalipun rumah penginapan yang tersohor dikota besarpun masih cukup untuk bersantap dan menginap selama setengah bulan lebih.
Sambil tertawa paksa, pelayan itu segera berkata:
"Heeehh-heeeh engkau siorang tua jangan marah, kani membuka rumah makan tentu saja mengharapkan tamu dalam jumlah yang banyak, terus terang saja rumah makan kami memang terlalu ramai sehingga pelayanan kurang memadai, harap engkau jangan marah"
"Hmm ! sekarang sediakan empat macam sayur yang lezat dengan dua kati arak wangi" seru sang nenek jelek sambil tertawa dingin.
Pesanan arak itu mengejutkan semua orang yang ada dalam ruangan, mereka tak mengira kalau dua orang perempuan itu bisa menghabiskan arak sebanyak dua kati dalam sekali tegukan.
Rupanya nenek jeiek itu ada maksud menarik perhatian orang, dengan suara keras kembali ia berseru;
"Ini hari aku sinenek tua sedang merasa merasa amat gembira pelayan ! malam ini berapa banyak tamu yang ada disini ? dan berapa uang arak serta uang sayur yang harus mereka bayar ?? aku sinenek tua akan membayarnya untuk mereka "
Pelayan itu nampak tertegun, lalu berkata
"Engkau orang tua benar benar pandai bergurau"
"Setiap patah kata yang kuucapkan adalah kata2 yang sejujurnya, apakah kau anggap aku sinenek tua tak mampu untuk membayarnya? "
""Sekalipun engkun banyak uang, juga tidak seharusnya dihabiskan dengan cara ini. "bisik sang pe!ayan.
Nenek jelek itu jadi marah sekali, teriaknya keras-keras,
"Aku nenek tua punya uang banyak, lagi pula uangku ini didapatkan secara halal dan bersih sedikitpun tidak berbau darah, kenapa aku tidak boleh membuangnya menurut keinginan
hatiku??"
Maksud pelayan itu berbisik dengan suara lirih sebenarnya bermaksud untuk mencari muka dihadapan nenek tua itu, tetapi setelah nenek tua itu berteriak keras pelayan itu malahan merasa tak dapat turun dan panggung buru2 sambungnya.
"Uang adalah milikmu, mau dipergunakan secara bagaimana tentu saja aku tak dapat mencampurinya... baiklah! akan kuturuti kehendakmu itu"
Nenek tua bermuka jelek itu tertawa terahak2
"Haaaaa...haaaaah...haaaaah.... ini hari ada berapa banyak tamu didalam rumah makanmu ini??? berapa banyak makanan yang telah dihabiskan, rekening mereka semua boleh ditagih atas namaku"
Pelayan itu mengerutkan dahinya.
"Sudah hampir dua puluh tahun lamanya hamba bekerja sebagai pelayan, teman atau sahabat karib menjamu temannya setiap hari sering terjadi ditempat ini, tetapi belum pernah kujumpai ada pelancong menjamu orang yang tak pernah dikenalnya, bahkan sekaligus membayar rekening dari ratusan orang, coba biar hamba tanyakan dulu kepada majikan, bagaimana caranya memperhitungkan rekening ini"
Kalau sang nenek jelek berteriak2 bagaikan disekitar situ sama sekali tak ada orang lain, sebaliknya gadis cantik itu tak pernah ikut berbicara barang sepatah katapun juga, ia duduk disamping dengan senyuman menghiasi bibirnya. seakan2 peristiwa yang demikian anehnya itu sudah terbiasa sekali baginya.
Dengan suara bisik Pek li Peng segera berkata:
"Gerak garik, situa dan simuda yang satu jelek satu cantik ini aneh sekali bahkan sama sekali tidak biasa, entah mereka datang dari mana??? kita tak usah makan makanan dari kedua orang
itu"
Chan Yap Cing serta Teng It Lui pun melototkan sepasang matanya bulat2, ditinjau dari raut wajah mereka nampaknya kedua orang itupun tercengang dan tidak habis mengerti terhadap gerak gerik nenek dan cucu yang aneh itu.
Beberapa saat kemudian pelayan itu sudah muncul kembali dihadapan nenek jelek tersebut.
Tidak menunggu pelayan itu buka suara, nenek jelek tadi sudah bertanya lebih dahulu.
"Apa yang dikatakan oleh majikannu?"
"Menurut majikan kami, belum pernah ia berjumpa dengan kejadian seperti ini, tetapi engkau orang tua yang punya uang, kalau memang engkau hendak menjamu semua tamu, tentu saja hambapun tidak leluasa untuk menghalanginya, cuma rumah makan kami adalah tempat yang penting serta didatangi oleh tamu dari pelbagai lapisan masyarakat menurut majikan kami, banyak diantaranya yang tidak suka dijamu orang, oleh karena itu hamba harus bertanya dulu, seandainya ada orang tidak ingin dibayar olehmu, terpaksa akupun tak bisa berbuat apa apa"
Nenek tua bermuka jelek itu berpikir sebentar, lalu menjawab.
"Baik, coba tanyakan dahulu berapa banyak orang yang tidak suka dijamu oleh diriku."
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa pelayan itu berseru dengan suara lantang.
"Toa-ya dan Kek-koan sekalian, Lo hujn ini hendak menanggung rekening arak dan sayur
kalian, kami tak bisa mengambil keputusan maka tolong tanyakan adakah diantara kalian yang
tidak bersedia dibayari oleh nyonya tua ini ?"
Terdengar seseorang dengan suara yang serak dan berat segera berseru lantang.
"Selamanya aku siorang tua tidak pernah makan nasi yang datangnya tidak diketahui ujung juntrungnya"
Suara lain segera menyambung pula dengan nyaring.
"Aku bisa membayar rekeningku sendiri, tak usah orang lain membayarnya bagiku."
Siau Ling segera alihkan sorot matanya, tampaklah orang pertama yang buka suara itu berbadan kate kecil dan kekar logat suaranya berasal dari daerah Su chuan celana panjang dan pakaian pendek dari dandanannya bisa diketahui bahwa dia adalah seseorang yang biasa bekerja sebagal Piausu.
Orang kedua berbadan tinggi besar dan memakai pakaian ringkas dengan sebilah golok besar tersoren pada punggungnya, usia diantara empat puluh tahunan, rupanya orang itu adalah seorang Busu yang sering kali melakukan perjalanan didalam dunia persilatan.
Tampaklah Pek li Peng segera bangkit berdiri dan berteriak dengan suara yang amat serak,
"Pelayan aku siorang pertapa biasanya hanya makan nasi yang kasar lauk pauk yang terbatas, akupun tidak bersedia dijamu orang lain"
Nenek bermuka jelek itu segera tertawa terkekeh2, serunya,
"Anak Yong.. ! coba tengoklah beberapa orang, toaya itu apa sebabnya mereka tidak bersedia dijamu oleh nenek!"
Perkataan semacam ini amat menyimpang dan kebiasaan orang, nenek tua itu dengan wajahnya yang amat jelek serta ucapannya yang begitu sesumbar membuat kebanyakan orang mengira bahwa dia rada sinting, yang aneh ternyata gadis cantik itu segera bangkit berdiri dan per-lahan2 maju kearah depan.
Mula mula ia mendekati manusia kate itu lebih dahulu, kepada manusia dengan logat daerah Suchuan itu ia membisikkan sesuatu kemudian pindah pula kehadapan pria kekar berbadan tinggi besar itu dan mengucapkan pula beberapa patah kata kemudian balik kembali ketempat semula.
"Nenek ! serunya dengan suara merdu, kedua orang toaya itu dengan memandang di atas wajah cucu telah bersedia untuk dijamu oleh nenek."
Nenek bermuka jelek itu menghela napas panjang.
"Aaaai.. ! bagaimanapun juga nenek memang sudah tua " sorot matanya segera di alihkan
keatas wajah Siau Ling dan Pek li Peng, kemudian menyambung:
"Masih ada dua orang toa ya itu, kenapa tidak sekalian kan katakan pula...??"
Yong ji mengamati sejenak wajah Siau Ling dan Pek li Peng, kemudian berkata;
"Nenek ! orang lain toh seorang pendeta kalau memang mereka tak bersedia kita jamu cucu lihat lebih baik kita tak usah terlalu memaksa "
"Aaah! kalau begitu kita akan kurang menghormati diri mereka kesanalah sebentar dan coba bicarakan kepada mereka berdua akan maksud hati nenek ini"
Agaknya Yong ji merasa segan tetapi dengan perasaan apa boleh buat akhirnya dia berjalan pula menuju kehadapan Siau Ling serta Pek-li Peng, setelah memberi hormat dan tertawa merdu katanya:
"Menjumpai toa ya berdua!"
Melihat gadis itu tersenyum dengan wajah yang cantik, dalam hati Pek li Peng merasa keki sekali, dengan ketus dia segera bertanya. "Ada urusan apa??" "Siau- li bernama Yong-ji" "Aku sudah tahu sejak tadi"
"Nenekku yang sudah tua adalah seorang hartawati yang kaya raya, tetapi berhubung ia terlalu menguatirkan keselamatan cucunya yang mendapat penyakit maka akhirnya nenekku itu jadi rada setengah sinting."
"Urusan itu sama sekali tak ada hubungannya dengan kami!" tukas Pek-li Peng dengan cepat.
Diatas raut wajah Yong ji yang cantik terlintas rasa gusar yang amat tebal, akan tetapi dalam sekejap mata telah lenyap tak berbekas, sambil tertawa ujarnya kembali,
"Berhubung penyakit sintingnya tidak begitu parah, maka seringkali penyakitnya itu kambuh"
"Sayang kami guru dan murid sama sekali tidak mengerti akan ilmu pengobatan, karena itu kamipun tak dapat memeriksakan penyakit nenekmu itu"
"Tidak menjadi soal, penyakit sinting itu hanya kambuh setiap setengah tahun satu kali, dikala penyakitnya tidak kambuh maka dia ada bicara ada tertawa, sikapnya ramah tamah sekali, tetapi kalau penyakitnya sedang kambuh maka apa yang dpikirkan ingin sekali dilakukan sampai dapat, sekarang dia hendak menjamu semua tamu yang ada disini, tetapi hanya kalian berdua saja yang belum bersedia"
"Tentang soal itu kami sudah mengetahuinya tukas Pek li Peng sambil ulapkan tangannya harap nona suka menyampaikan kepada nenekmu, katakan saja maksud baiknya akan kami terima didalam hati saja, sekarang perut kami belum lapar, setelah beristirahat sebentar kami harus melaku kan perjalanan kembali"
Tidak menanti Yong ji berbicara lagi, Pek li Peng segera ulapkan tangannya menyuruh ia pergi.
Yong ji merasa apa boleh buat, terpaksa dia balik kembali ketempat semula.
"Yong ji! Apakah kedua orang toaya itu tidak bersedia dijamu oleh nenek??" tanya nenek jelek
itu.
Yong ji menggeleng.
"Selamanya kaum imam memang paling keras kepala, sukar untuk menundukkan hati mereka" "Sungguhkah perkataanmu itu?? tanya nenek bermuka jelek dengan alis berkerut. "Tentu saja sungguh!"
"Heeeh.heeeh.heeeh..."nenek tua itu tertawa dingin, "aku lihat engkau sibudak tidak berbicara dengan hati sungguh2!"
"Aku telah berusaha dengan sekuat tenaga tapi imam itu tak bersedia, apa yang dapat kulakukan lagi???"
Nenek tua itu mendengus dingin dan tidak mengajak Yong ji untuk berbicara lagi, sambil melemparkan sekeping uang emas ke tangan pelayan itu tanyanya: "Cukupkah uang emas ku?" "Hamba rasa cukup tidak kurang"
Nenek tua bermuka jelek itu segera bangkit berdiri ambil menuding kearah Siau Ling serta Pek li Peng serunya
"Kecuali dua orang imam itu, yang lain akan kujamu semua, rekening mereka boleh ditagih atas namaku."
Siau Ling merasa gerak gerik dari nenek serta cucunya itu aneh dan kukoay, membuat orang sukar untuk menduga apa yang hendak mereka lakukan, setelah memandang sekejap kearah Pek li Peng ujarnya sambil tertawa.
"Dibawah kolong langit yang begini luasnya benar benar terdapat banyak kejadian yang serba aneh, bahkan ada pula orang yang mengidap penyait suka membuang uang, sungguh luar biasa
sekali"
"Menurut pendapatmu benarkah mereka bersungguh sungguh hencal menjamu orang?" tanya Pek li Peng.
"Gerak gerik serta tingkah laku mereka aneh serta sukar diraba dengan mata telanjang, tetapi kalau dilihat dari uang emas yang sudah diserahkan kepada sang pelayan rupanya jamuan itu benar benar akan berlangsung.
"Budak itu baru berusia belasan tahun akan tetapi gerak geriknya seperti siluman sekilas memandang sudah dapat diketahui bahwa dia adalah manusia yang aneh, aku tak akan sudi dijamu oleh mereka berdua"
Siau Ling alihkan sorot matanya, dia lihat baik nenek tua bermuka jelek maupun perempuan cantik itu sedang mengalihkan sorot matanya mengawasi kearah mereka, pemuda itu segera angkat cawan utuk menutupi separuh bagian wajahnya dan mempergunakan kesempatan itu dengan ilmu menyam paikan suara bisiknya,
"Peng ji, nyonya tua serta gadis muda itu tampaknya menaruh perhatian khusus kepada kita, hati hatilah sedikit dan jangan sampai terkena sergapan mereka"
Pek li Peng tertawa
"Setiap kali kulihat tampang dari budak setan itu hatiku lantas keki dan mendongkol sekali kalau mereka berani menyergap diriku, ini hari aku pasti akan menjagal nenek dan cucunya itu sampai mampus."
Dalam hati Siau Ling lantas berpikir:
"Dihari2 bisa Pek li Peng selalu penurut dan halus sekali, tetapi sayang rasa cemburunya terlalu besar, sukar kalau dibandingkan dengan kebesaran jiwa enci Gak"
Sementara diri masih berpikir, tiba2 terdengar seseorang dengan suara yang tinggi lengking berteriak keras:
"Hey pelayan...sayur dan arak kalian kurang bersih, aduuuh..sakit sekali perutku" "Seorang pelayan buru buru lari menghampiri dan berseru: "Toa-ya, mungkin penyakit lamamu kambuh kembali."
Siau Ling alihkan sorot matanya kearah orang itu, terlihat olehnya orang itu berdandan sebagai seorang kusir kereta kuda, ikat pinggangnya berwarra biru dengan sepatu terbuat dan rumput, alis matanya segera berkenyit, pikirnya:
"Orang ini sama sekali tidak mirip dengan orang persilatan, tentu saja ia tak akan berani mempermainkan pihak rumah makan"
Sementara otaknya masih berputar, tiba terdengar jeritan kesakitan berkumandang datang dari sebagian bear tamu yang berada dirumah makan itu mereka pada bangkit berdiri dan memegangi perut sendiri sambil berteriak teriak keras.
"Keadaan ini sedikit kurang beres, pikir Siau Ling didalam hati kecilnya, kenapa secara tiba2 orang orang ini bisa sakit perut semua... sungguh aneh sekali!"
Ingatan kedua belum selesai berkelebat dalam benaknya terlihatlah manusia kate dari wilayah Suchuan serta pria kekar berdandan busu itupun bangkit berdiri sambil memegangi perutnya sendiri.
Kedua orang itu sama2 mengerti akan ilmu silat, rupanya pada waktu itu mereka sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk melakukan perlawanan, akan tetapi sesudah bangkit berdiri mereka tak kuasa menahan diri dan segera berteniak keras. Teriakan pertama disusul oleh teriak2kan berikutnya membuat suasana jadi amat ramai.
Siau Ling segera menyingkirkan cawan air teh itu sambil berbisik
"Jangan minum air teh itu lagi"
Sorot matanya dialihkan keatas wajah Teng It Lui serta Chan Yap Cing, terlihatlah kedua orang itu mengerutkan dahinya rapat2 jelas merekapun sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan rasa sakit yang menyerang perut mereka.
"Pengji!" bisik Siau Ling dengan suara lirih, apakah engkau merasakan sesuatu yang kurang beres"
Pek li Peng menggeleng.
"Aku merasa baik sekali dan sama sekali tidak merasa sakit atau penderitaan apapun juga!" sahutnya.
Dalam pada itu nenek tua bermuka jelek itu sudah berteriak dengan suara lantang:
"Hmm.. apakah katian semua mengira makanan yang dijamu oleh aku sinenek tua adalah makanan yang enak disantap??"
Sebenarnya seluruh ruangan telah diramaikan oleh jeritan kesakitan yang berkumandang memenuhi seluruh tempat, sesudah nenek bermuka jelek itu buka suara suasana jadi hening dan sepi namun suara rintihan yang amat lirih masih berkumandang tiada hentinya.
Ternyata sebagian besar para tamu yang berada dalam ruangan itu sudah tak kuat berteriak lagi saking sakitnya, banyak diantaranya yang berjongkok diatas tanah ada pula yang merangkak2 atau berguling2 menahan rasa sakit ang tiada taranya itu, sepasang tangan mereka sekuat tenaga ditekan pada lambungnya sendiri dengan napas yang terengah2
Siau Ling segera bangkit berdiri dan berjalan kehadapan nenek tua bermuka jelek itu dengan langkah lebar, tegurnya dengan nada dingin:
"Nyonya tua !"
Nenek tua bermuka jelek itu berpaling dan memandang sekejap kearah Siau Ling kemudian bertanya:
"Apakah toa ya sudah berubah pendirian dan ingin dijamu pula oleh aku sinenek tua ??"
Siau Ling berusaha keras untuk menekan hawa gusar yang berkecamuk didalam dadanya, ia menjawab dengan nada dingin:
"Tanpa kulihat bagaimna caranya Lo hujin turun tangan namun racun keji telah kau sebarkan kedalam sayur dan arak dari semua orang yang ada dalam ruangan ini, caramu turun tangan keji betul2 hebat dan luar biasa sekali, membuat aku merasa amat kagum".
"Haaahh haaaahh haaahh... " Nenek jelek itu tertawa terbahak bahak, "akan tetapi aku sinenek tua berbuat demikian bukanlah tanpa didasari oleh sebab2 tertentu".
Siau Ling tertawa dingin.
"Aku percaya semua orang yang berada didalam rumah makan ini sebagan besar tak pernah mengikat tali permusuhan ataupun perselisihan dengan dirimu, mengapa engkau turun tangan keji diatas tubuh mereka? Lo hujin, aku ingin tahu dimanakah letak alasanmu"
Nenek tua bermuka jelek itu tertawa ewa:
"Sekarang saking sakitnya mereka sudah tak bertenaga untuk berteriak kembali inilah kesempatan yang paling baik bagi kita untuk bercakap cakap..." katanya.
Siau Ling memasang telinga dengan seksama, sedikitpun tidak salah ia sudah tidak mendengar suara rintihan lagi, bahkan yang terdengar tinggal suara dengusan tipis yang terengah engah belaka.
Sorot matnya segera dialihkan kearah Teng It Lui serta Chan Yap Cing, tampaklah keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi seluruh mereka, hanya saja kedua orang itu telah mengerahkan segerap kemampuan yang dimilikinya untuk menahan rasa sakit yang menyerang tubuh mereka itu.
Terdengar nenek tua bermuka jelek itu berkata:
"Kalau seseorang sudah timbul nafsu serakahnya, maka dia harus diberi ganjaran dengan suatu penderitaan yang cukup berat"
Setelah tertawa ter-bahak2, sambungnya lebih jauh:
"Tetapi seandainya mereka seperti halnya dengn dua orang toaya ini sedikitpun tidak punya rasa serakah dan tak bersedia pula dijamu oleh kami berdua, maka sudah tentu saja mereka selamat dari keracunan"
Mendengar perkataan itu Siau Ling segera berpikir dalam hati kecilnya:
"Andaikata Peng ji tidak merasa cemburu dan muak terhadap nona itu, mungkin pada ssat ini akupun sudah keracunan dan menderita seperti halnya dengan orang2 itu"
"Dalam hati berpikir demikian diluaran ia menjawab dengan nada dingin,
"Lo hujin telah melepaskan racun keji kedalam tubuh orang2 yang sama sekali tak ku kenali ini, ebtah apakah maksud serta tujuanmu??"
"Haaah...haaahh...haaahh... pepatah kuno mengatakan: membuang uang melenyapkan bencana, asal merea bersedia menyumbang sejumlah uang dengan sendirinya sakit perut yang dideritanya itu akan sembuh dengan sendirinya"
Bicara sampai disitu nenek tua bermuka jelek itu berhenti sebentar, senyum yang semula menghiasi bibirnya seketika lenyap tak berbekas, dengan wajah adem dia berkata.
"Toa-ya apakah engkau tidak merasa bahwa pertanyaan yang kau ajukan sudah terlalu
berlebihan??"
"Belum pernah kujumpai cara mencari uang dengan cara seperti ini!" Yong-ji yang selama ini membungkam segera tertawa cekikikan dengan merdunya. "Dan ini hari engkau akan terbuka matanya untuk menyaksikan kejadian aneh ini!" sambungnya.
Siau Ling memandang sekejap ke sekeliling tempat itu, lalu berkata kembali
"Pada saat ini mereka semua telah kesakitan sehingga sama seka tak dapat bergerak lagi apakah Loo-hujin bersiap sedia untuk merampok mereka secara habis2an??"
"Selamanya aku sinenek tua tak sudi menyusahkan orang dengan jalan kekerasan aku hendak memaksa mereka untuk serahkan sendiri harta kekayaannya secara sukarela"
"lewat beberapa saat lagi rasa sakit perut yang mereka derita akan jauh lebih berkurang" sambung Yong ji dari samping, pada saat itu bukan saja mereka dapat berbicara bahkan bergerak pula cuma sepeminuman teh kemudian sakit perutnya akan kambuh kembali, bahkan rasa sakit pada saat kedua kalinya ini satu kali lipat lebih hebat dan rasa kesakitan yang pertama kali, jikalau ada orang yang tidak takut mati kesakitan sudah tentu tak usah mengeluarkan uang untuk lenyapkan bencana itu"
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan suara yang tinggi dan keras rupanya sengaja diucapkan agar semua orang yang berada didalam ruang rumah makan itu dapat mendengar semua.
Terdengar nenek bermuka jelek itu berkata lantang:
"Yong-ji cepat ambil keluar kantong uang kita sekarang sudah tiba saatnya bagi kita untuk menarik uang"
Yong-ji mengiakan dan segera bangkit berdiri, lewat beberapa saat kemudian ia telah masuk kembali kedalam ruangan sambil meletakkan sebuah kantung besar ditas meja. Nenek tua bermuka jelek itu bangkit berdiri ujarnya:
"Baik! sekarang kita akan mulai menarik uang "
Per-lahan2 ia berjalan kehadapan Teng It Lui serta Chan Yap Cing ujarnya:
"Kalian berdua memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, selama ini tak kudengar suara rintihan barang sekejap pun, apakah kalian bersedia mengeluarkan uang untuk membeli obat pemunah??"
Pada saat itu baik Teng It Lui maupun Chan Yap Cing sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan rasa sakit dalam perutnya, oleh sebab itu dua orang jago tersebut tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Nenek tua bermuka jelek itu tersenyum katanya:
Ilmu silat yang kalian miliki amat lihay, dengan sendirinya harga yang kuajukan pun harus agak tinggi... "
Dia alihkan sorot matanya kearah Teng It Lui, lalu berkata lebih jauh:
"Badanmu tinggi kekar dan berotot rasanya seratus tahil perak tidak terlalu banyak"
Teng It Lui melototkan sepasang matanya bulat2 dia cuma bisa memandang kearah nenek tua
bermuka jelek itu tanpa sangup mengucapkan sepatah katapun..
Sorot mata nenek tua bermuka jetek itu dialihkan pula keatas wajah Chan Yap Cing ujarnya
kembali:
"Jago gagah yang begitu tampan serta berusia masih amat muda, kalau sampai mati rasanya teramat sayang sekali, dua ratus tahil perak tidak terlalu mahal untukmu"
Tenaga dalam yang dimiliki Chan Yap Cing serta Teng It Lui amat sempurna, meskipun mereka telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan daya kerja racun keji itu, akan tetapi mereka rasakan bahwa racun yang bersarang ditubuh mereka itu aneh sekali, daya tekannya kian lama kian bertambah besar semakin mereka melawan, racun itu menyerang makin ganas, terpaksa kedua orang itu tak berani mengendorkan diri hingga tak sepatah katapun yang sanggup diucapkan keluar.
Terdengar nenek tua bermuka jelek itu berkata kembali:
"Kalau memang kalian berdua tidak menampik itu berarti sudah menyetujui dengan harga yang aku sinenek tua ajukan bukan ??"
Sinar matanya segera dialihkan keatas wajah gadis genit itu dan berkata kembali: "Yong ji waktunya sudah hampir tiba!"
"Sudah hampir, paling banter tinggal sepeminuman teh lagi" jawab Yong ji setelah termenung sebentar.
"Perkataan yang aku nenek tua ucapkan sudah terlalu banyak lagipula aku sudah tua dan jelek kalau ucapanku terlalu banyak mungkin orang lain tak bersedia untuk mempercayainya aku lihat lebih baik engkau saja yang berbicara ! Thian menghendaki umatnya hidup secara damai dan membantu mereka yang sedang menderita melihat kalian bakal mampus bagaimanapun juga kami berdua terpaksa harus turun tangan untuk memberi pertolongan!"
Yong ji tertawa dengan suara merdu ia segera berseru.
"Toa-ya empek dan paman sekalian, aku harap dengar baik2 perkataan yang hendak kuucapkan ini lewat beberapa saat kemudian sakit perut yang kalian derita bakal berkurang, pada waktu itu kalian semua dapat berbicara dan bisa bergerak pula namun itu bukan berarti rasa sakitnya telah hilang sama sekali sebab keadaan itu bagaikan suasana tenang sebelum terjadinya badai dahsyat, lewat seperempat jam kemudian rasa sakit akan menyerang tubuh kalian untuk kedua kalinya, pada saat itu rasa sakit yang bakal kalian derita beberapa kati lipat lebih dahsyat dan menderita daripada sakit yang untuk pertama kalinya ini"
Sorot matanya menyapu sekejap kearah nenek tua bermuka jelek itu, kemudian sambungnya lebih lanjut.
"Nenekku adalah seorang manusia berbaik budi yang tak tega menyaksikan semua manusia hidup tersiksa dan menderita dihadapannya tanpa memberikan pertolongan karena itu beliau telah mengambil keputusan untuk turun tangan memberi pertolongan kepada kalian semua, disini telah tersedia obat2an yang akan diberi nilai menurut bentuk manusianya masing2, kalau saudara sekalian ingin sembuh silahkan merundingkan harga obat itu dengan nenekku sendiri, uang diserahkan obat boleh segera diterima sebaliknya bila ada yang tidak ingin disembuhkan kamipun tidak akan memaksa, tapi ada satu hal hendak kuterangkan lebih dahulu, waktu yang tersedia bagi kami berdua untuk berada disini amat terbatas sekali, bagaimanakah keputusan kalian harap segera diberikan"
Siau Ling yang berada disamping kalangan, pada saat ini telah mengerti sama sekali sebab musabab semua orang yang ada dalam rumah makan itu bisa pada sakit perut bukan lain adalah hasil permainan gila dan nenek serta cucunya ini, dengan cara inilah rupanya mereka mencari harta.
Hanya ada satu hal yang membuat Siau Ling tak habis mengerti, yakni sampai sekarang ia masih belum memahami cara apakah yang telah dipergunakan oleh kedua orang itu sehingga dalam waktu singkat beberapa puluh orang tamu dalam rumah makan itu bisa bersama2 keracunan.
Setelah mengalami pelbagai badai dan pertarungan besar, pengalaman yang dimiliki Siau Ling pada saat ini boleh dibilang luas sekali, sebelum ia berhasil mengetahui bagaimana caranya mereka turun tangan sianak muda itu tak berani turun tangan secara gegabah, ia hanya berdiri, disamping kalangan sambil menyaksikan semua tingkah laku kedua orang itu.
Beberapa saat kemudian tampaklah seorang hartawan gendut yang berperut besar seperti "cukong" sambil memegang petut sendiri perlahan lahan berjalan maju kedepan katanya:
"mau membeli sebutir obat pemunah!"
Dengan sorot mata yang tajam nenek tua itu menatap sekejap kearah orang itu, kemudian sahutnya:
Toa tauke banyak uang dan kaya seratus tahil perak tak boleh kurang setengek pun!"
Tapi sekarang aku tidak membawa uang Perak sebanyak itu!"
Kalau begitu serahkan saja semua barang berharga yang kau bawa Sekarang!"
Tauke gendut itu tak bisa berbuat apa apa terpaksa ia lepaskan sebuah Begiok dua lembar daun emas serta sisa uang perak sebanyak dua puluh tahil dan diletakkan diatas meja.
Perlahan2 diri dalam sakunya nenek jelek ambil keluar sebuah kotak kayu yang kecil dan membuka penutupnya dari saku dia sambil keluar sebutir pil berwarna putih lalu diserahkan ketangan tauke gendut tadi.
Obat itu segera ditelan kedalam perut dan tauke gendut itupun merasakan sakit perutnya langsung sembuh, dengan wajah berseri ia segera berlalu dan rumah makan itu.
Secara beruntun para tamu lainnya dalam rumah makan itupun segera pada bangkit berdiri untuk minta obat, nenek itupun buka harga menurut penilaian dandanan dari orang iu, paling sedikit sepuluh tahil dan paling tinggi ratusan tahil, tapi ada pula yang cuma dua tiga tahil perak belaka, dalam sekejap mata sebagian besar orang yang ada dirumah makan itu sudah mendapat obat dan berlalu, kini yang tersisa tinggal Siau Ling, Pek li Peng, Teng It Lui, Chan Yap Cing, manusia kate dari propinsi Su chuan serta busu berbadan kekar.
Dalam pada itu karung goni yang berada diatas meja telah penuh dengan pelbagai macam perhiasan serta uang, jumlah ditaksir berada diatas seribu tahil lebih, Siau Ling segera berkata
"Nyonya tua, aku lihat uang perak sebanyak itu sudah cukup untuk membiayai penghidupan kalian berdua selama beberapa bulan"
Dengan sorot yang amat tajam nenek jelek itu menatap wajah Siau Ling tanpa berkedip, kemudian ujarnya:
"Kalau pandangan mataku tidak meleset toa ya adalah seorang manusia yang paling berharga didalam rumah makan ini selembar jiwamu bisa dinilai dengan emas seratus tahil, sayang sekali toa-yaa tak bersedia menerima jamuan makan dariku.."
Sementara itu mnusia kate dari propinsi Suchuan telah maju kedepan sambil bertanya.
"Aku siorang tua aku berapa tahil?"
"Haahh...haaahh...haaahh tidak banyak, tidak banyak lima puluh tahil perak sudah lebih dan cukup!" jawab nenek jelek itu sambil tertawa.
Rupanya rasa sakit yang menyerang perut manusia kate dari propinsi Su chuan itu sudah tak dapat ditahan tanpa banyak cingcong sambil keluar lima puluh tahil perak untuk ditukar dengan sebutir obat pemunah.
Pada waktu itu rasa sakit gelombang kedua sudah mulai bekerja, dengan langkah ter-buru2 busu berbadan kekar itu segera lari menghampiri nenek jelek itu sambil serunya tergagap. "Berapa nilaiku untuk membeli obat penawar itu??"
"Engkau?? Seratus tahil perak tidak bisa kurang" jawab nenek jelek itu sambil tertawa ewa.
Pria kekar berbadan busu itu tidak menawar lagi. Sambil menggigit bibir dia ambil keluar seratus tahil perak dan ditukar dengan sebutir obat pemunah.
Nenek jelek itu memandang sekejap kearah uang perak yang bertumpuk-tumpuk diatas meja, lalu ujarnya.
"Yong ji, bungkuslah uang perak itu dalam satu kantungan!"
Kemudian sorot matanya dialihkan keatas wajah Siau Ling dan menambahkan lebih jauh, Too ya, aku lihat engkau begitu terpesona oleh caraku mengumpulkan uang?" "Lo hujin menggunakan cara begini rendah dan terkutuk untuk mengobati penyakit orang, aku lihat engkau benar2 seorang tabib yang paling busuk dikolong langit" Sesudah berhenti sebentar, sambungnya kembali;
"Akan tetapi kalau dibandingkan dengan para bandit yang merampol barang kemudian membunuh korbannya, perbuatan ini boleh dibilang rada mendingan.. " Nenek itu kontan tertawa dingin.
"Too ya, aku harap engkau lebih baik mengurusi dirimu sendiri dan janganlah mencampuri urusan yang sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan dirimu"
Sorot matanya beralih memandang sekejap kearah Teng It Lui sertah Chan Yap Ching, kemudian katanya,
"Kalian berdua dapat mengandalkan tenaga dalam yang kalian miliki untuk bertahan sampai sekarang, kesempurnaan tenaga murni yang kalian miliki benar-benar membuat hatiku merasa amat kagum, akan tetapi aku harus segera berangkat, waktu yang kumiliki sudah tidak terlampau banyak lagi!"
Teng It Lui maupun Chan Yap Ching masih tetap menggertak giginya rapat2 dan sama sekali tak mau menyerah kalah.
Selama ini Siau Ling tidak berhasil melihat jelas bagaimanakah caranya nenek jelek itu melepaskan racunnya, karena itu ia tak berani bertindak secara gegabah, tetapi sekarang keadaan serta situasilah yang mendesak ia tak dapat mengulur waktu lebih jauh sekarang keaddaan serta situasilah yang mendesak ia tak dapat mengulur waktu lebih jauh segera ujarnya:
"Lo hujin, bagaimana kalau aku yang mewakili kedua orang pendekar itu untuk buka suara?"
diluar ia berkata demikian, dalam hati diam2 ia berpikir, seandainya sepasang pedagang dari kota Tiong ciu berada disitu niscaya asal usul dari nenek jelek itu dapat diketahui olehnya.
Dalam pada itu Yong ji telah membenahi karung goni itu rupanya mereka siap untuk tinggalkan tempat itu.
Tiba-tiba dari balik mata nenek tua yang bermuka jelek itu memancar keluar serentet cahaya tajam yang menggidikkan hati, sambil menyapu sekejap kearah Siau Ling katanya;
"Selama aku mengobati penyakit orang, selalu kulaksanakan dengan suatu peraturan yang
tertentu!"
"Apakah peraturanmu itu?"
"Kalau ada orang yang bermaksud mewakili seseorang untuk membayar jumlah uang yang harus dibayar olehnya, maka harga yang kuajukan akan sepuluh kali lipat lebih tinggi daripada harga yang semestinya, aku sudah membuka tarif tiga ratus tahil untuk ekdua orang itu, jika too ya ingin mewakili mereka untuk membayar rekening tersebut, maka uang yang harus engkau bayar adalah tiga ribu tahil perak, atau tiga ratus tahil emas murni, too ya! Engkau merasa tidak keberatan bukan untuk membayar jumlah seperti apa yang kukatakan barusan?"
"Duduk kedudukan yang mereka miliki tiga ribu tahil perak memang tidak terhitung banyak, akan tetapi pada saat ini pinto tidak membawa uang kontan.
"Too ya boleh menggunakan benda berharga lainnya benda berharga lainnya untuk membayar rekening tersebut.
Perlahan lahan Siau Ling cabut keluar pedang pendeknya dari dalam sakunya, mencekalnya dalam genggaman ia bertanya; "Pedangku ini bisa laku berapa?"
nenek bermuka jelek itu memandang sekejap kearah pedang pendek yang berada dalam genggaman Siau Ling, kemudian jawabnya :
"Too ya, silahkan engkau saja yang membuka harga!"
perlahan lahan Siau Ling maju dua langkah kedepan, dan berkata kembali ;
"Lo hujin, bagaimana kalau engkau periksa dahulu pedang mustika miliku ini, kemudian barulah buka harga??"
"Pedang itu memang pedang mustika aku sudah mengenalinya dalam pandangan yang pertama
tadi"
"Pedang mustika tiada terlnlilai harganya, kalau aku buka harga sepuluh laksa tahil perak rasanya tidak terlalu banyak bukan?"
"Haaaah...Haaaah... haaaahh... tidak banyak, sedikitpun tidak banyak" jawab nenek bermuka jelek sambil tertawa terbahak-bahak cuma sayang saat menjual pedang yang too ya lakukan bukanlah saat yang tepat... "
"Bagaimana tidak tepatnya?"
"Kalau diwaktu biasa, sepuluh laksa tahil perak tidaklah terlalu tinggi, tetapi harga itu kalau digunakan untuk menyelamatkan dua lembar jiwa manusia, wah.. ! kamilah yang rugi besar" sambung Yong ji yang berada disamping dengan cepat.
Sekali lagi Siau Ling maju selangkah kedepan, katanya;
"Nona, bukalah suara dan tawar dong!"
Yong ji memandang sekejap kearah nenek bermuka jelek itu, lalu berkata;
"Oh... ! nenek bagaimana kalau kita tawar dua ribu sembilan ratus tahil saja?"
"Baik kita tawar dua ribu sembilan ratus tahil! Jawab nenek bermuka jelek sambil tertawa.
Ia melirik sekejap kearah Siau Ling kemudian sambungnya;
"Kalau engkau menambah seratus tahil perak lagi, kami segera akan serahkan obat pemunah tersebut kepadamu!"
Siau Ling telah berhasil menguasai situasi yang menguntungkan, segera ujarnya;
"Apakah kalian berdua tidak merasa bahwa cara kalian terlalu ganas!"
tangan kanannya didorongkan kedepan, pedang pendek bergeletar menusuk ketubuh nenek tua itu sementara telapak kirinya dibabat kedepan menghajar dara cantik itu.
Setelah Siau Ling turun tangan nenek bermuka jelek itu baru menyadari bahwa mereka telah bertemu dengan musuh tangguh, sebelum serangan pedang mencapai sasaran, segulung desiran angin tajam yang sangat kuat telah mengancam depan dadanya ia segera mendengus dingin dan meloncat mundur lima depa kebelakang.
Yong ji adalah seorang gadis muda yang kurang pengalaman, ia tak tahu sampai dimanakah kelihayan dari Siau Ling, dengan keras lawan keras ia sambut datangnya serangan tersebut.
"Blam...!" di tengah benturan yang amat keras, lengan kanan Yong ji tergetar sampai kaku dan linu, secara beruntun ia mundur sejauh empat lima depa kebelakang, kalau bukan benturan pada sebuah meja mungkin badannya bakal mundur lebih jauh lagi kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Budi Ksatria - Wo Lung Shen
AcciónDALAM kisah "RAHASIA ISTANA TERLARANG" diceritakan bahwa Shen Bok Hong didesak oleh It-bun Han Too untuk menelan buah beracun sebagai syarat bagi dibukanya pintu istana terlarang. Shen Bok Hong ketua dari perkampungan Pek Hoa Sanceng yang terdesak a...