17

2.4K 40 1
                                    

"ENGKAU harus selamatkan dahulu ketiga orang rekanku, kecuali membebaskan mereka dari pengaruh racun, engkaupun harus berjanji pula tak akan mengganggu kami lagi."

"Oooh...! tentu saja," sahut gadis itu, ia segera memayang bangun neneknya dan berseru: "Ooooh...nenek, obat pemunahnya berada dimana?" "Di sebelah kiri, dalam kantong ketiga!"
Wu Yong segera menyingkap baju warna hitam yang dikenakan Wu Popo, dari balik baju dalamnya ia cari saku nomor tiga diantara belasan buah saku lainnya.

Siau Ling yang menyaksikan kejadian itu diam2 segera berpikir dalam hatinya:
"Aaaaaah !. tak kusangka dalam bajunya terdapat begitu banyak saku dan didalam tiap saku
terdapat begitu banyak obat-obatan, kalau dia salah mengambil obat pemunah menjadi bubuk racun bukankah tiga lembar jiwa Peng ji bakal jadi korban dengan percuma??"
Berpikir sampai disini, tak tahan lagi dia segera berseru:
"Nona, engkau jangan sampai salah mengambil obat loo. ."
Sementara itu Wu Yong sudah mengambil keluar sebuah botol porselen dari dalam saku ketiga disebelah kiri, mendengar ucapan itu gadis tersebut nampak tertegun, kemudian serunya:
"Oooh! nenek kalau engkau membohongi diriku, bukan saja engkau akan kehilangan selembar jiwamu, bahkan kalau sampai tosu tua ini naik pitam maka Yong ji pun akan ikut jadi korban"
Setelah termakan sentilan jari Sian-ci sin kang dari Siau Ling kemudian terhajar pula oleh sebuah pukulan yang lain, ada dua batang tulang iga dari nenek tua itu yang terhajar sampai patah, darah panas yang bergolak dalam rongga dadanya belum sempat ditenangkan kembali hingga waktu berbicarapun suaranya amat lirih.
Terdengar ia menjawab dengan suara perlahan:
"Nenek mana berani membohongi dirimu !"
Wu Yong segera menyerahkan botol obat itu kearah depan, katanya.
"Nah, terimalah obat ini dan tolonglah rekan-rekanmu itu"
Sambil menerima botol obat itu perlahan-lahan Siau Ling memperingatkan:
"Nona, sebelum ketiga orang rekanku berhasil sadar dari pengaruh racun itu, aku anjurkan kepadamu lebih baik janganlah memperlihatkan suatu tindak tanduk apapun"

Wu Yong sudah menyadari sampai dimanakah hebatnya ilmu silat yang dimiliki pemuda itu, dengan amat penurut sekali dia mengangguk.
"Aku akan berlalu setelah engkau suruh kami pergi !"
Sambil membawa botol porselen itu Siau Ling pun menghampiri tiga orang rekannya, kemudian ia buka penutup botol itu dan ambil keluar tiga biji obat pemunah yang mana masing2 dimasukkan kedalam mulut ketiga orang itu.
Ketika obat itu masuk kedalam mulut segera mencair dan masuk kedalam perut.
Obat pemunah itu benar-benar sangat mujarab, beberapa saat kemudian ketiga orang itu sudah mendusin kembali dari pingsannya dan bangun duduk.
"Sekarang kita sudah boleh pergi bukan? "ujar Wu Yong sambil memayang bangun neneknya.
"Jangan terburu napsu tunggulah sebentar lagi"
Wu Yong benar2 tidak berani pergi, tangannya yang semula telah memayang tubuh nenek jelek kembali dilepaskan dan cekalannya.
Menyaksikan gadis itu menaruh perasaan yang amat jeri terhadap dirinya, Siau Ling tak dapat menahan geli lagi, ia segera tertawa terbahak bahak, seraya berpaling kearah Pek li Peng serta Teng It Lui tanyanya:
"Cobalah mengerahkan tenaga dalam, apakah didalam isi perut kalian masih terdapat sisa racun???"
Teng It Lui, Pek li Peng serta Ceng Yap Ching segera mengerahkan tenaga untuk mencoba, kemudian jawabnya:
"Racun keji itu sudah lenyap tak berbekas."
"Nona, engkau boleh pergi sekarang!" jawab Siau Ling sambil ulapkan tangannya. Wu Yong segera memayang tubuh nenek jelek itu, kemudian putar badan dan berlalu dari sana.
"Jangan lepaskan mereka pergi!" tiba-ti ba Pek li Peng menjerit dengan suara lengking. Dalam gugupnya ia berteriak keras sehingga melupakan penyaruan terhadap dirinya. suara jeritan itu merdu, tinggi melengking dan suara itu adalah suara dari seorang gadis
"Pengji!" kata Siau Ling sambil goyangkan tangannya, lepaskanlah mereka pergi, aku telah menyanggupi permintaannya!"
Pek li Peng segera enjotkan badannya siap mengejar kedua orang nenek dan gadis itu, siapa tahu baru saja berlarian beberapa langkah mendadak ia jatuh tenjungkal keatas tanah.
Siau Ling merasa amat terperanjat, buru2 ia bangunkan tubuh gadis muda itu sambil tertegun:
"Kenapa engkau??"
"Sepasang kakiku lemas, tubuhku sama sekali tak bertenaga. "
Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Siau Ling, segera bentaknya keras
"Berhenti!"
Ia mengepos tenaga dan meloncat kedepan, sekali berkelebat dua tombak lebih telah dilompati. Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya amat sempurna, dalam sekali enjotan badan Ia telah berhasil mengejar sampai dibelakang tubuh Wu Yong serta neneknya, baru saja ia menggerakkan badannya siap menangkap Wu Yong, mendadak kepalanya terasa pening dan pandangan matanya jadi gelap, tubuhnya gontai hampir saja roboh terjengkang diatas tanah, buru2 dia mengerahkan tenaganya dan mempertahankan sang badan sehingga tidak sampai roboh keatas tanah.
Terhadap diri Siau Ling, rupanya Wu Yong sudah menaruh perasaan jeri yang sangat mendalam, ketika mendengar teriakannya dia segera menghentikan langkah kakinya.
Ketika berpaling kebelakang, ia saksikan tubuh Siau Ling gontai seakan-akan tak mampu berdiri tegak hal ini membuat hatinya agak tertegun.
Terdengar Wu Popo nenek bermuka jelek itu tertawa terbahak-bahak, lalu serunya:
"Haaah... haaah... haaah... Yong ji pergilah kesitu dan bunuhlah beberapa orang itu"
"Apa???" tanya Wu Yong tertegun.
"Pergilah kehadapan orang2 itu dan bunuhlah mereka semua hingga mampus!" "Oooh...Nenek tahukah engkau siapakah mereka itu?" kata Wu Yong dengan perasaan hati cemas.
"Aku tahu, engkau tak usah banyak bertanya, bunuh saja orang2 itu sampai mampus semua" Namun dengan cepat Wu Yong gelengkan kepalanya berulang kali, kembali dia berkata: "Sekali pun sekali menyerang pukulanku bakal mampu, menghantam tubuh mereka, akupun tak
berani untuk turun tangan sendiri secara sembarangan... "
Sementara itu terlihatlah Siau Ling sedang menggunakan telapak kanannya menekan diatas
kedua belah keningnya sendiri, jelas ia sudah mulai tak mampu mempertahankan diri. Wu Yong segera melepaskan cekalan pada neneknya, dengan langkah lebar ia maju
menghampiri sianak muda itu, sambil memandang wajahnya gadis itu menegur: "Eeei... kenapa??"
Pada waktu itu Siau Ling segera mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk menahan daya kerja racun yang mengeram didalam tubuhnya, ia sama sekali tak mampu untuk mndengarkan apa yang sedang dibicarakan Wu Yong terhadap dirinya itu??"
Pek li Peng paling gelisah diantara beberapa orang itu, teriaknya keras2:
"Oooh. toako, apakah engkaupun keracunan hebat??"
Rupanya Siau Ling digetarkan hatinya oleh jeritan lengkingan gadis itu, sesudah memandang sekejap kearah Pek li Peng, tiba2 badannya roboh terjengkang keatas tanah.
Pek li Peng segera memburu kedepan,sambil berjongkok disisi tubuh sianak muda itu, tanpa memperdulikan apakah dia sedang menyaru sebagai seorang pria atau tidak, sambil memegang tangan kanan pemuda teriaknya sambil menangis tersedu2.
"Oooh, toako! mengapa engkau tidak berbicara... "
Dalam pada itu Teng It Lui, serta Ceng Yap Ching telah memburu datang ketempat kejadian tersebut, langkah mereka amat lambat sekali.
Rupanya keadaan dari kedua orang ini sama sekali tak jauh berbeda dengan keadaan dari Pek li Peng, sepasang kakinya lemas tak bertenaga dan sulit untuk melakukan perjalanan.
Wu popo, nenek bermuka jelek itu segera menengadah keatas dan tertawa terbahak2, suaranya mengerikan bagaikan jeritan kuntilanak.
"Haaahh....haaaahh...haaaahh.... semula aku masih mengira kalian terdiri dan otot kawat tulang besi manusia2 ampuh yang kebal terhadap racun keji, ternyata kalian hanya mengandalkan tenaga dalam yang amat sempurna saja untuk menahan daya kerja racun yang mengeram didalam
tubuh... "
Sambil tertawa tergelak, dia bergumam tiada hentinya seakan2 nenek tua itu merasa amat gembira sekali dengan hasil yang berhasil dicapai olehnya itu.
Mendadak ia hentikan gelak tertawanya, sambil memegangi pinggangnya tiba2 ia berjongkok diatas tanah
Ternyata sewaktu tertawa keras tadi dua batang tulang iganya yang patah ikut bergetar sehingga menimbulkan rasa sakit yang bukan kepalang.
Sementara itu Teng It Lui serta Ceng Yap Ching tiba dihadapan Siau Ling.
Kiranya kedua orang itu ingin mengandalkan sisa tenaga yang dimilikinya untuk melindungi keselamatan Siau Ling, siapa tahu setelah mereka berjalan berdua beberapa langkah, mereka baru sadar bahwa sedikitpun tiada harapan baginya untuk berbuat demikian, sekalipun nereka tidak jeri menghadapi kematian, namun perbuatan semacam itupun tak dapat dilakukan untuk melindungi keselamatan sianak muda itu.
Untung Wu popo juga menderita luka yang parah sehingga tak mampu untuk melangsungkan pertarungan lagi, dewasa ini tinggal Wu Yong seorang yang berada dalam keadaan sehat walafiat tanpa kekurangan sesuatu apapun juga.
Sambil mengempos tenaga, per lahan2 Teng It Lui berkata:
"Nona, serahkanlah obat pemunah itu kepada kami!"
Wu Yong memandang sekejap kearah Siau Ling yang roboh terkapar diatas tanah, kemudian jawabnya:
"Apakah engkau hendak menolong toosu tua itu??"
"Sedikitpun tidak salah, dewasa ini kami bertiga sedangkan nona hanya satu orang keadaan sangat tidak menguntungkan dan engkau belum tentu mampu untuk mengalahkan kami" "Toosu tua ini tak dapat ditolong!" sahut Wu Yong sambil menggelengkan kepalanya berulang
kali.
"Mengapa??''
"Ilmu silat yang dimilikinya sangat tinggi kalau kami selamatkan jiwanya maka kami berdua pasti akan mendapat tekanan lagi dari dirinya, karena itu biarkanlah dia keracunan. "
Teng It Lui yang mendengar jawaban itu segera berpikir didalam hati kecilnya:
"Oooh... nampaknya budak ini masih belum paham dengan keadaan situasi sebenarnya yang sedang dihadapi, biarlah aku coba untuk menggertak dirinya."
Berpikir sampai disini dengan suara dingin ia segera berkata:
"Nona.. kalau engkau tak mau serahkan obat pemunah itu kepada kami, apakah kami tak dapat merampas dengan jalan kekerasan."
Tiba2 terdengar Wu popo berterak dengan suara lantang.
"Yong ji, engkau jangan sampai kena digertak oleh orang2 itu, mereka sudah kehilangan daya kemampuannya untuk bertempur lagi, asal engkau menggerakkan tangan mereka akan mampus ditanganmu."
Wu Yong menggerakkan sepasang biji matanya yang jeli sehabis mendengarkan perkataan itu, serunya.
"Nenek sungguhkah perkataan yang kau ucapkan itu?"
Terkesiap juga hati Teng It Lui mendengar ucapan tadi, pikirnya didalam hati:
"Andaikata budak ingusan ini benar2 turut tangan...wah! urusan bisa berabe, aku benar benar tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perlawanan lagi."
Sebagai seorang jago kawakan yang banyak pengalamannya, meskipun menyadari bahwa keadaan yang sedang dihadapinya sangat berbahaya, namun diatas wajahnya dia masih tetap memperlihatkan keterangannya dengan dingin ia balas berseru:
"Nona apakah engkau merasa bahwa ucapan itu sungguh????"
Wu Yong termenung beberapa saat lamanya kemudian menjawab:
"Sukar untuk dikatakan demikian saja, mari kita berdua saling bergebrak lebih dahulu beberapa jurus aku ingin membuktikan lebih dahulu apakah kalian masih memiliki kemampuan untuk bertempur lagi atau tidak?"
Tertegun hati Teng It Lui sehabis mendengar perkataan itu balik serunya dengan suara lantang.
"Apakah nona merasa yakin dapat menangkan diriku didalam pertarungan itu???"
"Sedikitpun tidak salah, asalkan engkau masih bisa berkelahi maka akupun dapat membuktikan apakah kalian masih mempunyai kemampuan untuk melanjutkan pertarungan atau tidak"
Tiba2 Pek li Peng meloncat bangun, serunya.
"Budak busuk yang tak tahu diri, engkau telah membohongi toakoku sehingga dia melepaskan kalian pergi, sebaliknya engkau telah menggunakan racun untuk merobohkan dirinya, toako adalah seorag manusia berjiwa besar, dia teatu saja tak pernah menyangka kalau kalian adalah manusia2 rendah yang terkutuk dan tak tahu malu."
Dalam gugupnya Radis itu sudah lupa pada penyaruannya lagi, suara makiannya merdu melengking dan tiada jauh berbeda dengan suara kaum gadis pada umumnya,
Wu Yong nampak tertegun, lalu tegurnya:
"Engkau sebenarnya seorang lelaki ataukah seorang perempuan?"
"Lelaki atau perempuan perduli amat dengan dirimu?"
Wu popo yang sedang mendongkol karena rulang iganya terasa sakitnya luar biasa sehingga membuat keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya ketika mendengar ucapan Pek li Peng yang tajam dan kasar itu dia jadi naik pitam, tak tahan lagi segera serunya,

Budi Ksatria - Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang