Gadis itu terlihat bercengkrama dengan keempat temannya. Membahas suatu hal hingga dirinya tertawa lepas. Membuatnya menjadi terlihat sangat manis. Berawal dari tak sengaja hingga jadi terus memperhatikan
Ia menyadari ada seseorang yang duduk dihadapannya. Namun ia nggak peduli dengannya yang terus mengomel karena terus diabaikannya.
"kalau kamu masih tawuran lagi, Papa bakal sita hape dan mobilmu."
Juan menoleh ke Papanya. "nggak! Juan nggak mau. Papa nggak bisa nyita gitu aja," bantah cowok itu.
"Udah berapa kali Papa bilang jangan pernah ikutin mereka. Orang-orang yang kamu bilang temen itu nggak bisa ngajarin kamu mana yang bener dan mana yang tidak. Ini keputusan final Papa dan kamu nggak boleh nolak. Kalau kamu nolak, Papa ceraiin Mama kamu."
Rahang Juan mengeras dan tangannya mengepal. "maksud Papa?"
"Ya, Papa bakal nikah lagi. Papa akan nikah setelah ada persetujuan dari Mama. Tapi Mama nggak pernah setuju. Dia akan setuju kalau Papa bisa merubahmu menjadi anak yang baik dulu," ucap Beliau pelan.
"sudah satu tahun terakhir Papa merencanakan ini. Merawatmu dan menjadikanmu anak yang baik, berusaha membuktikan pada Mama kalau Papa bisa dan akhirnya mendapatkan restu dari Mamamu. Tapi ternyata, semakin kesini kelakuanmu semakin bejat! Papa nggak punya pilihan lain, Papa bakal tetep menikah lagi. Kalau Mama nggak setuju, Papa akan menceraikannya."
Brakk!
Juan menggebrak mejanya membuat semua pengunjung restoran melihatnya. Cowok itu mengambil tasnya lalu bangkit meninggalkan Ayahnya sendirian.
"Juan!" Panggilan Ayah tidak didengarnya.
"Juan?" gumam Ara—gadis yang sejak tadi diperhatikan oleh Juan—saat cowok itu melewati mejanya.
Ara berlari mengikuti Juan yang sudah keluar. Entah apa yang ada dipikirannya, tapi hatinya berkata bahwa ia harus menanyakan keadaan cowok itu.
"Juan, tunggu!"
Juan berhenti ketika mendengar suara seseorang yang sudah dihapalnya. Tubuhnya sedikit membeku. Pikirannya bingung memikirkan untuk apa gadis itu mengikutinya. "Juan? Lo Juan, kan?" tanya Ara ragu.
Juan berbalik hingga bisa melihat Ara yang berdiri nggak jauh darinya. "Apa?" tanya cowok itu balik dengan dingin.
Ara menciut mendengar aura dingin Juan. "lo ... kenapa?"
"bukan urusan lo."
"tunggu—tunggu!" Ara tanpa sengaja memegang lengan Juan berusaha menghentikannya. Dilepasnya tangannya dengan ragu. "seriusan. Gue pengen tau lo kenapa? Nggak baik bepergian kalau lagi emosi."
"gue bilang bukan urusan lo!" bentak Juan.
"Juan, cerita sama gue. Gue tau lo ada masalah, tapi coba cerita sama gue, siapa tau gue bisa bantu," ujar Ara keras kepala.
"peduli apa lo sama gue?" desis Juan tajam.
"gue peduli. Gue peduli sama lo karena lo temen gue," ucap Ara tegas. "ijinin gue buat dengerin cerita lo. Gue bakal bantu lo semampu gue."
Juan melihat mata Ara lama. Menatap ke dalamnya, mencoba mencari kejujuran dan ia menemukannya. Tiba-tiba tangan Ara ditarik paksa menuju parkiran. "lo—lo mau bawa gue kemana?" tanya Ara takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run
Short StoryLari Aku hanya ingin lari, karena keadaanku tidak memungkinkanku untuk bertahan. 28 Oktober 2016 By Inna