Hening

2.5K 60 11
                                    

03.00 - dini hari

Aku terparanjat, terkejut mendengar suara ibuku yang membangunkanku cukup keras. Rupa-rupanya, alarmku pun sudah berbunyi sejak tadi, namun tak kudengar.

Kebiasaanku.

Aku segera mematikannya, apalagi nada dering alarm ini sangat membosankan sebab belum pernah kuganti sejak tahun lalu.

Ibu sudah tak terlihat lagi. Pasti sedang menyiapkan makanan, pikirku. Aku pun terbangun dan duduk di tempat tidurku, sambil memikirkan apa yang kan kulakukan pagi ini. Mengepak barang-barang? Menyiapkan buku-buku yang harus kubawa? Banyak yang harus kusiapkan, yang seharusnya sudah kusiapkan sejak kemarin. Tak apalah, lagi pula aku cepat sekali kalau urusan mengepak barang-barang.
Aku sedikit tidak sabar untuk merasakan hawa sejuk di tempat baru dan aroma masakan nenek yang khas itu.

--------

Sampai di rumah nenek, nenek menyambutku. Tangannya yang telah berkeriput itu meraihku. Suaranya yang bergetar memecah keheningan suasana desa ini. Terlihat pula senyum nenekku yang kutahu pasti ia merasa bahagia sebab untuk hari ini dan seterusnya tidak akan merasa kesepian lagi tinggal di rumah ini.
Setelah ayah mengantarku, ia langsung pergi karena harus mengurus pekerjaan. Lalu nenek menyuruhku masuk rumah sambil membawakan tasku yang kecil.
"Udah nek, biar aku aja yang bawa," kataku.
"Nenek masih kuat kok nak. Kalo sudah dibawa masuk semua, tutup pintunya ya," sahut nenek sambil berjalan.
Setelah kubawa masuk tasku yang cukup berat, aku berjalan ke pintu. Jelas saja nenek memakai jaket tebal dan menyuruhku menutup pintu. Angin yang berhembus pelan masuk melalui pintu ini.
Leherku terasa dingin. Tiba-tiba mataku terfokus pada jalan. Di dekat pagar rumah nenek, ada seorang gadis berseragam sekolah menatap ke arahku sejak tadi. Aku tersenyum sambil mengangguk. Wajah gadis itu terlihat pucat. Namun dengan angin yang berhembus membuat rambut panjangnya yang lurus berderai, membuatnya terlihat sangat cantik. Ia hanya berdiri menatapku tanpa membalas senyumku. Bingung harus bagaimana lantas aku menutup pintu.

Kenapa gadis itu, gumamku. Aku mengintip dari jendela. Ah, ia sudah pergi. Cepat sekali.

A Friend of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang