"Minggir"

889 33 5
                                    

14.00
Brukk, brukk, brukk!!
"Teman-teman, minta perhatiannya!"
Kulihat Lily sudah berdiri di depan kelas sambil memukul meja dengan kamus tebalnya untuk menyita perhatian anak-anak.
"Nanti setelah jam pulang sekolah, kalian jangan pulang dulu ya. Nanti ada rapat kelas dan persiapan kemah besar yang bakal dilaksanakan dalam waktu dekat ini," Lily nampaknya berusaha mengeraskan suaranya. Gadis berkacamata ini termasuk murid paling pintar di kelas ini, yang juga merupakan ketua kelas. Tapi aku rasa, menjadikan gadis semanis ini ketua kelas sedikit tidak masuk akal. Meskipun ia pintar, rajin, dan sering berkata serius, tapi tinggi badannya pendek dan seperti tidak memiliki kewibawaan seorang pemimpin. I mean, she's too cute. Ya, Lily terlalu manis untuk menjadi ketua kelas.

Anak-anak yang tadinya sedang mengobrol dengan teman sebelah atau teman lain bangku serentak terdiam. Entah apa yang membuat wajah mereka berubah. Seperti ada rasa takut.. Atau keraguan?
Aku paham, kegiatan kemah besar mungkin hal yang tidak menyenangkan bagi kebanyakan anak, bahkan bagiku juga. Tapi tidak juga aku sampai membuat ekspresi seperti mereka. Lantas, apa mereka belum pernah ikut kemah sebelumnya di SMP? Batinku.
Semua terlihat takut, kecuali Ana.

Di saat kelas hening, Ana yang duduk di sebelahku mengacungkan jarinya.
"Iya Ana, ada apa?" Tanya Lily gesit.
"Nanti aku nggak bisa ikut."
"Emang kamu ada acara apa?
"Nanti.."
"Tolong ya bagi yang punya kepentingan sepulang sekolah, ditunda dulu, soalnya, ini acaranya penting banget. Kemah besar ini wajib lho buat anak kelas 10," sahut Lily tanpa memberikan kesempatan pada Ana untuk menjelaskan.
"Tapi, nanti aku harus pergi ke dokter, Ly," Ana kembali berbicara.
"Gimana ya, kalau nanti malam atau besok pagi juga bisa kan?"
Ana hanya diam.
Anak-anak kembali berbincang-bincang.

"Ana, kamu mau apa ke dokter?" Tanyaku pada Ana.
"Biasanya, orang kalau ke dokter mau ngapain Vir?"
"Iya tahu, emang sakit apa kamu?"
"Sakit hati."
"Gak lucu," sahutku. Ana bisa bercanda juga rupanya, walaupun ini candaan paling familiar dan sudah tidak lucu lagi bagiku.
"Kayaknya Lily nggak suka sama aku," Ana bergumam sambil memainkan pensilnya.
Aku sedikit bingung harus menjawab apa. Tapi buatku, perkataan Lily tadi hanya karena ia sedang serius.
"Nggak ah, Na. Dia paling cuma lagi serius aja, kalo tadi bukan kamu yang ngomong pun Lily bakal ngomong kayak tadi kok. Ga usah diambil serius"
Ana seperti menghiraukan perkataanku. Ia bangkit dari kursi.
"Aku ke belakang dulu."
"Oke," jawabku singkat.
Ana, berjalan ke depan. Kulihat Lily masih di depan kelas sambil berbicara dengan teman sebangkunya yg sedang duduk tepat di depannya.
Ana berjalan, tapi tatapan dinginnya, seperti melihat ke Lily dengan penuh kebencian. Ana, kenapa sih, tanyaku dalam hati. Kupikir, diam-diam, Ana ini orang yang cukup sensitif.
Aku terkejut ketika melihat tangan Ana menabrak pundak Lily namun dengan maksud menyingkirkan Lily karena menghalangi jalan.
Sedikit kudengar satu kata terucap dari bibir Ana, "Minggir."

A Friend of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang