Kelas Baru

1.2K 43 7
                                    

Jantungku berdetak lebih kencang. Berdiri di depan kelas bukanlah keahlianku. Aku selalu takut orang lain tahu kalau aku gugup. Tapi apa boleh buat, tiap getaran di kalimat yang telah kuucapkan tak bisa menyembunyikan perasaan ini.

Kelas ini terlihat sederhana namun rapi. Di tembok belakang terlihat hiasan kelas berwarna-warni yang dibuat oleh murid-muridnya. Meskipun berwarna-warni, hiasan itu tak mampu menyembunyikan keantikan bangunan ini. Tembok yang tebal, ukuran pintu dan jendela yang tinggi, bangunan ini terlihat seperti bangunan kuno jaman penjajahan Belanda.

"Oke Virno, sekarang kamu boleh memilih tempat duduk yang kamu inginkan. Boleh milih lho mau duduk dekat siapa." Kata Pak Edi, di sebelahku yang semenjak tadi menemaniku memperkenalkan diri. Ia mengarahkan tangannya seakan mempersilakanku.

Murid-murid diam dan menatapku, seakan ini adalah saat yang ditunggu-tunggu. Gadis berkacamata yang duduk di depanku bermain dengan pensilnya namun sambil menatapku nanar. Terlihat seperti murid terpintar di kelas ini.
Mataku kuarahkan ke belakang.
Aku melihat ada 1 meja dengan 2 bangku kosong dan ada satu gadis duduk sendirian tanpa teman di sebelahnya. Aku seperti pernah melihat gadis ini meski wajahnya ia tundukkan. Ia terlihat sedang menggambar sesuatu.
Aku perhatikan lagi, kulitnya putih pucat, rambutnya panjang berkilau. Duduk di belakang sendirian dekat jendela, membuatnya seperti tokoh utama di sebuah anime. Ia terlihat seperti gadis yang kemarin kulihat di dekat pagar rumah nenek. Apa benar ini gadis kemarin?
"Pak, saya boleh duduk di belakang sama dia?" Tanyaku pelan dan terdengar seperti berbisik-bisik. Mata dan tanganku mengarah ke gadis tadi.
"Oh, te tentu saja boleh," Jawab Pak Edi sedikit gagap dan aku melihat keraguan di wajahnya.
Memang ada apa dengan gadis itu? Ia terlihat pendiam. Dan kini ia sedang menatapku, matanya bertemu dengan mataku. Ah, ini pasti gadis yang kemarin. Lantas aku melangkah menuju mejanya.
Anak laki-laki gemuk di depan gadis tersebut melambaikan tangannya padaku. Aku hanya tersenyum.

Aku duduk di sebelah gadis pucat ini dan setelah meletakkan tasku, aku tersenyum padanya.
"Halo," Sapaku pelan. Mata kami saling berpandangan.
"Hai" Jawabnya sambil masih memegang pensil yang semenjak tadi ia pakai. Mataku lantas tertuju pada sketchbooknya.

Aku berhenti tersenyum, tidak pernah kulihat gambar seperti ini sebelumnya. Tanganku tiba-tiba dingin dan bulu kudukku merinding.

A Friend of MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang