(Special) Satu!

622 17 4
                                    

             Setelah pernikahan berjalan dengan semestinya. Annasya mulai meninggalkan Apartemen miliknya dan akan berpindah ke tempat Apartemen baru yang dibeli oleh Faris. Ia memanggil satu jasa tukang antar jemput barang khusus untuk pindahan rumah.

             Ia melihat sekeliling Apartemennya sudah terlihat kosong. Bahkan, keseluruhan sudut Apartemennya sudah tidak senyaman dulu. Hanya ada bekas - bekas pemakaiannya dulu. Annasya melirik ponselnya. Ada satu notifikasi dari Faris,

             Faris Alatas: Annasya, bagaimana dengan perpindahanmu? Apakah sudah selesai? Aku akan kesana dalam tiga puluh menit. Baru selesai meeting.

             Ia pun membalas pesan Faris secara cepat.

             Annasya Adreena S: Tidak perlu. Aku sudah mau berangkat ke Apartemen baru.

             Setelah membalas pesan dari Faris. Ia pun mengunci pintu Apartemennya lalu berjalan ke arah pintu Lift yang sudah terbuka. Dia melihat satu orang laki - laki berpawakan tinggi dan rapi. Lalu tersenyum singkat.

             Pintu Lift terbuka di lantai tujuh. Tidak ada seseorang apapun. Tapi belum sempat pintu Lift kembali tertutup sempurna, satu tangan menghalangi pintunya. Annasya panik. Ia memencet tombol terbuka secara cepat agar tangan seseorang yang berada diluar tidak terjepit.

             Perempuan memakai dress panjang yang melekat ketat sempurna dibadannya kini sudah berdiri didepan pintu Lift secara pasti. Ia kemudian tersenyum ke arah Annasya dan sudah menampakkan lesung pipinya yang menambah kesan manis.

             "Maaf. Aku sedang terburu-buru. Tadi merepotkanmu, ya?" Ucap perempuan yang baru masuk di Lift.

             "Tidak apa-apa." Jawab Annasya,

             Perempuan tadi hanya tersenyum. Lalu, terdengar bunyi Ponsel. Ia pun merogoh isi tasnya sendiri untuk mencari sumber bunyi yang berisik didalam Lift. 

             "Halo?"

             "..."

             Perempuan itu seperti menjaga jarak agar suaranya tidak menganggu dua orang disampingnya ini. Ia sedikit mundur lalu kembali berbicara dengan ponselnya lagi.

             "Iya, ini lagi kesana. Aku masih di Lift. Tunggu dua puluh menit lagi."

             "..."

             Mau tidak mau, Annasya pun masih mendengar apapun yang diucapkan perempuan yang baru diselamatkan ini. Tetapi tidak diduganya, Ia mendengarkan ucapan yang menarik perhatiannya.

             "Tenang saja, Roy. Faris mengenalku. Kalaupun dia menolak, Aku masih bisa merayunya."

              Annasya semakin mempertajam pendengarannya,

              "Istrinya tidak tahu apapun. Tenang saja."

              Secara refleks Annasya menatap perempuan itu dengan tatapan tidak suka. Tetapi pintu Lift sudah terbuka dan perempuan itu menghiraukan tatapan Annasya. Berbeda dengan Annasya, Ia kembali mengingat - ingat kalau mungkin saja Faris yang dia maksud bukan Farisnya. Melainkan, Faris yang lain.

              Annasya pun berjalan mendekati mobil Range Rover yang sudah disiapkan Faris untuk menjemputnya. Ia pun memasuki mobil itu lalu berbicara sedikit - sedikit dengan sopir barunya. Satu pesan menganggu perbincangannya. Ternyata, dari Faris.

              Faris Alatas: Maaf, Annasya. Aku tidak jadi kesana. Ada rapat mendadak. Aku kira tadi partner kerjaku tidak jadi datang. Ternyata sekarang dia sudah sampai.

1998. Hello, again!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang