▶︎ Ed Sheeran – One
• Faris untuk Selamanya •
Aku melihat setetes darah mengalir segar di bagian hidung Pak Ismail. Dia hanya mengelapnya secara asal lalu berjalan ke belakang dengan ekspresi ketakutan, "Maaf, Pak. Maaf." Ucapnya seperti memohon.
Berbeda dengan Faris. Dia malah berjalan mendekati Pak Ismail lalu meninju bagian rahang bawahnya berulang kali. Aku baru tahu sesuatu disini, Dia menunjukkan kemarahannya didepanku. Dan itu, bukan seperti Faris yang aku kenal.
"Cukup, Faris! Dia bisa kehilangan sadar." Teriakku.
Faris mengabaikan. Dia meneruskan pukulannya hingga Pak Ismail terkapar tidak berdaya diruangannya sendiri.
"Faris! Cukup!" Teriakku.
Dia masih tidak berhenti. Dia kehilangan kendali. Mau tidak mau, dengan badan yang tidak berbalut apapun. Aku memeluknya. Aku menahannya. Hingga ia menghentikan pukulannya saat aku mendekapnya erat.
"Apa yang kamu lakukan, Annasya?" Pekiknya dengan nada tinggi.
"Aku yang seharusnya bertanya itu denganmu, Faris!" Teriakku tidak kalah tinggi.
Dia menatapku dengan tatapan marah. Kali ini matanya menelusuri setiap badanku. Aku sedikit malu.
"Apa yang telah di lakukan laki – laki ini denganmu, Annasya?!"
"..."
Tanpa sadar air mataku mulai menetes. Sebenarnya aku juga tidak bisa fokus dengan ucapan Faris. Aku hanya terfokus apa yang sedang berada di pikiran Faris. Dia berjalan menjauhiku. Memberiku jarak. Dia tidak langsung memelukku seperti biasanya, "Apa yang dia lakukan, Annasya?!" Sentaknya.
Suaraku beradu dengan tangisan, "Dia.. Dia.."
Tangisanku pecah. Badanku menjadi lebih lunglai. Aku membutuhkan sandaran tetapi, disekitarku tidak ada sesuatu yang bisa aku pegang. Aku duduk berjongkok dengan badan yang tidak berbalut apapun.
"Dia sudah kehilangan sadarnya, Faris."
Entah darimana, yang aku pikirkan hanya ketakutan Faris terjerat penjara karena memukul Pak Ismail terlalu keras hingga meninggal. Aku takut.
Aku mendengar langkah kaki mendekat ke badan Pak Ismail yang sudah tidak sadar di atas lantai ruangannya sendiri. Banyak darah yang mengalir di bagian wajahnya. Bahkan, aku yakin, semua orang tidak bisa mengenalinya lagi.
"Dia masih bernafas, Annasya." Ucapnya kemudian. Lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, "Pak, Tolong ke ruangan HRD sekarang. Pak Ismail sedang sekarat." Sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1998. Hello, again!
Romansa[sedang di perbaiki tulisannya, cerita sudah lengkap] Aku tidak tahu takdir akan membawaku kemana. Aku hanya berharap bisa menemukan dan ditemukan dengan yang terbaik. Tetapi satu hal yang aku tahu saat ini, Aku masih mencintainya. 2016 || Winda Ayu...
