Move#24

55.5K 7.7K 442
                                    


Chapter Dua Puluh Empat: Kangen



         Hanna merunduk, menulis tugas dengan tenang. Gadis itu mengerjakan soal sambil menopang dagu dengan punggung tangan kiri, menghitung satuan angka dengan lancar. Ia terkadang melirik cowok di depannya yang bergerak sana sini. Tapi lalu hanya menipiskan bibir dan merunduk lagi.

"Hanbin mah tolol!" umpat Yoyo berbisik kesal, karena ada Miss Dara di depan. "Anju ini baju gue kena!"

"Kok gue sih? Elo aja nggak hati-hati nyet!" balas Hanbin tak mau kalah, lalu berbalik menoleh pada Jesya. "Cha, sapu tangan atau tisu ada nggak? Yoyo tembus."

Yoyo kembali mengumpat. Ia kini mengubah posisi miring, menatap memelas Jesya sambil menyodorkan tangan kirinya yang berlumuran Tipe-X.

"Kok bisa sih?" tanya Jesya mengernyit. Hanna di sampingnya mengangkat alis melihat itu.

"Aish udah mau kering ini Hanbin anjing," umpat Yoyo lagi membuat Hanbin ingin menendang cowok itu geram.

"Bocor Yo?" tanya Jesya sibuk merogoh tas mencari tisu.

"Iya, dah gue bilang bawa softex buat jaga-jaga!" celetuk Hanbin lagi tanpa dosa. Membuat Yoyo ingin menaboknya sebelum sebuah suara terdengar.

"Pake minyak kayu putih aja biar cepet," kata Hanna dengan pandangan pada buku, menulis belagak cuek. "Ada di tas gue Jes."

Jesya mengangkat alis. Ia melirik Yoyo yang juga tertegun. Jesya menipiskan bibir sesaat, meraih tas Hanna di bangku sebelah kanannya. Merogohnya sesaat sebelum menyodorkan pada Yoyo.

Hanbin juga jadi mingkem tak mau menyelutuki. Ia melirik Yoyo yang menerima botol hijau bening itu lalu merubah posisi menghadap depan lagi memunggungi Hanna.

"Bisa nggak Yo?" tanya Hanbin jadi gemas melihat Yoyo nampak sulit mengusap kulit tangannya.

"Diem lo, berisik," sahut Yoyo judes sambil mengusap tangannya dengan tisu.

"Cih, si bego," komentar Hanbin geleng-geleng, "Na, dia nggak ngerti caranya," ucap Hanbin membuat Hanna menoleh. "Yo, nanya Hanna mah kalau nggak ngerti."

"Apasih cuma ngusap doang," sahut Yoyo kesal, mengusap-usap tangan dengan tisu. Namun lumeran cairan putih itu masih menempel.

Hanna melirik itu, melihat Yoyo menumpahkan sedikit minyak ke tisu lalu mengusap tangannya. Gadis itu mendesah pelan. Ia kemudian mendecak dan menaruh pulpen, menggeser buku di depannya.

"Sini," ucap Hanna menarik paksa Yoyo agar berbalik menghadapnya. Gadis itu memegang pergelangan tangan kiri Yoyo dan mengambil alih botol minyak kayu putih.

Yoyo menatap gadis itu tanpa ekspresi, pasrah saja tak melawan. Sementara Hanbin dan Jesya jadi menoleh ke depan ketika suara Miss Dara terdengar.

"Tiga menit lagi bel, dan kita bakal classmeets lagi. Jadi tugasnya diselesaiin di rumah ya," kata Miss Dara merapikan buku-bukunya. "Semangat persiapan pensi kalian!" sambungnya tersenyum cantik.

Semua menyoraki kompak. Walau ada Bobi yang menopang dagu tersenyum terpesona dengan senyum manis Miss Dara.

Yoyo kini jadi benar-benar mengubah posisi menghadpa Hanna sepenuhnya, menyodorkan tangan yang berlumuran cairan putih. Hanna meneteskan minyak di atas telapak tangan pemuda itu, kemudian mengusapnya perlahan. Gadis itu terus merunduk, sadar kini Yoyo memandanginya dalam.

Para murid kelas mulai beranjak, berjalan ke sana kemari mulai ribut menyiapkan dekor kelas mereka dan mulai mengerjakan lanjutan mading. Yoyo tetap duduk di tempatnya, memandangi gadis berpipi bulat itu yang terus merunduk.

"Hanna," panggil Yoyo membuat Hanna agak tersentak.

"Hn?" Hanna hanya melirik sesaat, mengganti tisu dengan yang baru karena cairan itu sudah melekat kering di kulit Yoyo dan agak sulit cair.

"Lo marah?" tanya Yoyo pelan.

Hanna jadi mengernyit, lalu mendongak. "Marah?"

"Lo diemin gue dari pagi."

Hanna merapatkan bibir, "emang siapa yang pertama diemin?" tanyanya menyindir, merunduk lagi membalik tangan Yoyo meneteskan minyak ke sisi punggung tangan cowok itu. "Pake sok-sok kirim martabak segala. Biar gue share di Secret gitu?" sindirnya setengah mengomel.

Yoyo mendesah pelan, "gue..." Pemuda itu diam sejenak. Ia jadi mendecak pelan, "sorry," ucapnya pelan membuat Hanna jadi mengernyit. Yoyo menipiskan bibir sesaat dan agak merunduk.

"Gue nggak bisa ngejauhin lo... sok-sok nggak peduli... kangennya nyiksa."

Hanna mengerjap, jadi terdiam.

"Gue serba salah, Han," kata Yoyo serak. "Gue nggak mau ganggu lo. Ini kan momen yang paling lo tunggu, dimana mantan lo balik."

Hanna mengangkat alis. Gadis itu melepaskan tangan Yoyo begitu saja membuatnya terjatuh pelan ke meja. Gadis itu jadi menatap Yoyo serius, "lo ngomong apa sih?" tanyanya menahan emosi yang tersentil. "Yo, gue tahu selama ini firasat lo tuh sering bener. Lo gampang baca pikiran orang lain. Tapi bukan berarti lo nggak bisa salah sih," ucap Hanna tajam membuat Yoyo terdiam.

"Lo bahkan nggak pernah nanya apapun ke gue. Nggak pernah mastiin apapun. Seenaknya lo beranggapan gue sama seperti apa yang lo pikir. Lo pernah ngehargain gue nggak sih?" Gadis itu jadi naik pitam. Ia mendengus keras, kembali merunduk meraih tangan Yoyo melanjutkan mengusap sisa-sisa tipe-x di tangan Yoyo.

"Lo pikir lo aja yang kangen," sambungnya menggumam.

Yoyo tertegun lama. Mulutnya jadi tertutup rapat. Ia berdehem pelan, "jadi? Arga gimana?" tanyanya agak canggung.

"Gimana apanya?" balas Hanna belagak tak mengerti. "Gue udah nggak ada rasa."

Yoyo mengangkat sebelah alis, "masa?"

Hanna jadi mendecak sebal dan merenggut, "serah lo deh," katanya malas lalu melepaskan tangan Yoyo yang sudah bersih dan mengusap tangannya sendiri dengan tisu baru. Gadis itu merapikan alat tulis dan buku, kemudian berdiri membuat Yoyo mendongakkan kepala memandangnya.

"Mau kemana?"

"OSIS. Udah waktunya," jawab Hanna pendek, lalu beranjak pergi.

Yoyo menghela nafas, menipiskan bibir dan jadi merunduk memandang tangan kirinya.

Benar kata orang.


Mereka yang sering memberi saran pada nyatanya sering salah sikap pada masalah sendiri.







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


**

A/N:

Pesan lainnya: Yoyo yang gampang peka juga nggak sempurna, dia bisa salah juga





2A3: Make A Move ✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang