Alea memakai liptint sebagai sentuhan terakhir untuk bibirnya. Ia tidak mengenakan make-up apapun selain daripada itu. Pagi ini adalah jadwal kunjungannya kepada David. Tidak rutin memang mengingat kesibukannya di sela kuliahnya yang berjadwal lumayan padat.
"Bolehkah aku ikut?" Venny yang sudah sejak pagi berada di kamar Alea, turut meminta pergi. Ia tahu bahwa Alea akan mengunjungi sepupunya, maka itu ia bergegas untuk ikut ke rumah sakit menemui calon masa depannya. "Sudah 3 hari aku tidak berjumpa dengannya. Rasanya seperti 3 tahun."
Seketika, mata Alea berputar jengah. Venny terlalu berlebihan jika itu sudah menyangkut tentang Willy. Tidak tahu, apakah gadis itu benar-benar mencintai atau hanya terobsesi semata?
"Jadi boleh ya aku ikut denganmu?" desaknya kembali sambil mengeluarkan jurus mata puppy eyes yang justru terlihat seperti anak kucing. Dan hal itu membuat Alea menggeram tidak suka karena sudah dipastikan, ia tak akan bisa menolak. "Terserah kau."
Mata Venny berbinar senang. Ia segera meraih alat make-up yang ada di dalam tasnya. Memberikan polesan pada wajah cantiknya sebelum keduanya berangkat ke rumah sakit menggunakan sedan milik Alea.
Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk sampai ke Henderson Hospital. Baik Alea dan Venny langsung melangkah menuju ke ruangan David. Alea tahu, bahwa David sekarang sedang tidak ada pasien ataupun operasi, sehingga dia memutuskan untuk menemuinya langsung di ruangan.
"Hai, Dav." Alea membuka sedikit pintu ruangan David dan setengah mengintip sebelum membukanya lebar.
"Hai, sweety," balas David seraya tersenyum kecil. Menutup berkas apapun yang baru saja ditandatangani olehnya sebelum matanya menangkap sosok gadis dengan bingung. Ia kembali melihat sepupu keras kepala yang duduk dihadapannya. "Tidak jadi pergi sendiri?"
"Ah, perkenalkan. Ven, ini sepupuku David. David, ini sahabatku Venny." Alea memperkenalkan keduanya.
"Venny."
"David."
Mereka berjabat tangan. Sebelum otak David mengingat sesuatu, ia bertanya ragu. "Apakah kau yang dijodohkan bersama Willy?"
Venny terkesiap. Beritanya tersebar begitu cepat. Namun, bagaimanapun ia harus siap apalagi jika sampai seisi kampus tahu. Maka Venny harus bersiap-siap bersiap-siap mengingat bagaimana para teman-temannya begitu mengidolakan dosen yang satu itu.
"Maaf jika kesannya aku terlalu ingin tahu," lanjut David saat tak mendengar jawaban apapun dari Venny.
"Ah, tidak apa-apa, Dav." Berusaha untuk tersenyum walau sejujurnya ia sedikit malu. "Ya, aku memang akan bertunangan dengannya."
David mengangguk mengerti sebelum mempersilahkan tamunya duduk. "Mari duduk dulu."
"Telat!" sahut Alea ketus. "Kenapa tidak dari tadi kau mempersilahkan kami?" tanyanya sebelum tiba-tiba pintu ruangan kerja David terbuka lebar.
Brak!
Baik Alea, David, dan Venny dengan kompak menoleh ke arah pintu yang dibuka secara tidak manusiawi. Sosok Willy dengan penampilan yang tak bisa dibilang rapi berdiri dengan wajah menahan amarah sekaligus kesal. Bahkan, ia tak sadar jika ada calon tunangannya beserta temannya disana.
"Sampai berapa lama lagi aku menunggumu, sialan!" Dan kini seakan menyadari bahwa tidak hanya David yang berada di dalam ruangan itu, Willy mengumpat pelan. "Damn!" Setelahnya, ia kembali meninggalkan ruangan David dengan perasaan yang semakin memburuk.
Melihat tingkah kesal sang sahabat, David justru terkekeh kecil. Ia tahu bahwa Willy sedang menyumpah serapah untuk dirinya. Tapi, yang sebenarnya David inginkan adalah mengerjai lelaki itu sesekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR, I'M YOURS! ✔
RomanceSUDAH TERSEDIA DI POGO verso Audio book, Innovel/Dreame ya manteman & juga PDF! *** "Semua ini hanya sandiwara, Alea Keyrich Lanshy!" -William Jordan Henderson