Seminggu kemudian....
Alea ingin mengunjungi apartemen Venny berniat mengajak Venny belanja bulanan. Setelah menekan bel cukup lama, seorang perempuan berkisar umur 38 tahunan dan masih kentara cantiknya membuka pintu apartemen.
"Alea?" panggilnya ramah.
"Selamat pagi, Tante. Maaf saya mengganggu pagi-pagi. Saya kira tante belum sampai tadi." Alea menggaruk tengkuknya yang tidak gatal merasa tak enak karena sudah mengganggu.
Tanpa diduganya wanita yang merupakan orang tua Venny segera memeluknya. "Tidak apa-apa, Sayang. Masuklah, tante sangat merindukanmu." Jujur Renata yang merupakan ibunda Venny yang sudah menganggap Alea sebagai anak mereka sendiri karena Alealah yang selalu membantu Venny ketika sedang ada masalah.
"Terima kasih, Tante. Alea juga sangat merindukan Tante." Alea membalas pelukannya dan kemudian mengikuti wanita itu masuk ke apartemen Venny.
"Hai, Lea," sapa Jason ayah Venny pada Alea. Jason kerap memanggil Lea dari pada Alea dan itu sudah berlangsung sekian lama.
"Pagi, Om," jawab Alea ramah seraya memberikan senyum terbaiknya.
"Jam berapa kalian sampai?" tanya Alea basa-basi sambil duduk di samping Tante Renata.
"Sekitar jam 4 pagi tadi, Sayang." Renata menjawab lembut.
Alea hanya menganggukkan kepalanya mengerti dan saat bersamaan ia melihat Venny keluar dari kamar tampak sudah siap.
"Ma, Pa. Aku sama Alea jalan dulu. Kalian beristirahatlah," izin Venny pada kedua orang tuanya, begitu juga dengan Alea.
Saat tiba di parkir, Alea mengeluarkan isi hatinya. "Maafkan aku telah mengganggu acaramu dan keluargamu."
"Tidak apa-apa. Lagian aku sudah mengatakannya pada mereka dan mereka tidak keberatan. Kami akan menghabiskan waktu bersama lain hari."
Akh, Alea semakin menjadi tidak enak. "Kita bisa batalkan acara belanjanya."
"Alea, kau kenapa sih? Sudah kubilang tidak apa-apa." Venny sedikit kesal dengan tingkah Alea pagi ini.
"Baiklah maafkan aku," sahut Alea pasrah.
Mereka berjalan ke Mall untuk berbelanja bulanan. Setelah itu, mereka memilih duduk di restauran untuk beristirahat sejenak dan pelayan mengantarkan makanan mereka.
"Kau tahu, nanti malam mereka mengadakan pertemuan itu?" Venny membuka suara pelan.
Alea yang sedang mengaduk-aduk minumannya dengan pipet itu berhenti seketika lalu menatap Venny datar. "Apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tak tahu, Alea. Aku berharap Pak Willy bisa menerimaku."
Mendengar nama itu disebut, Alea seakan merasakan hatinya berdesir pelan.
"Ehm," Alea berdeham untuk menghilangkan efek apapun yang terjadi pada tubuhnya itu mendengar nama dosennya. "Kau tenang saja, dia akan menerimamu. Kau juga sudah dekat dengan Keylo dan dia sudah terbiasa memanggilmu Mommy, bukan?"
Venny menganggukkan kepalanya, "Tapi Alea, aku merasa apa yang kita lakukan tetap saja salah. Dari awal bukan aku yang membuka hati Keylo, kebohongan ketika dia memanggilku 'mommy' itu juga karena kita yang menyuruhnya bukan inisiatif dia sendiri seperti memanggilmu 'mommy'," jelas Venny panjang lebar.
Alea menghela nafas, "Sudahlah, setidaknya perlahan kau sudah bisa membuka hatinya."
Sudah seminggu ini Alea tidak berjumpa dengan Sir william karena pria itu terlalu sibuk di rumah sakit dan mata kuliahnya pun digantikan dengan dosen lain. Beda halnya dengan Venny yang selalu mencari kesempatan untuk sekedar bersinggah ke rumah sakit. Tak jarang Venny mengajak Alea, namun Alea selalu menolak dengan berbagai macam alasan. Entahlah, Alea merasa kejadian terakhir di apartemennya membuatnya malu untuk sekedar bertatap muka dengan Willy.
"Aku hanya takut kalau dia menolakku." Venny menunduk sedih.
Alea menggenggam tangan Venny seolah menyalurkan kekuatan. Lalu, Venny menatap Alea dengan matanya yang sudah berair.
"Kau mencintainya, bukan?" tanya Alea datar.
"Aku sangat mencintainya, Alea," jawab Venny bersungguh-sungguh.
"You need to trust him, then. Selama ini kau juga sudah menunjukkan sikapmu kalau kau benar-benar mencintainya."
Venny berpikir, Alea benar. Setidaknya, ia memiliki harapan untuk mempercayai Willy. Venny menganggukkan kepalanya. Alea tersenyum yang memperlihatkan kedua lesung pipit di pipinya.
"Sekarang tersenyumlah," lanjut Alea.
***
Venny sudah sangat cantk mengenakan dress peach selutut tanpa lengan. Bagian atasnya sangat ngepas dan bawahnya sedikit berkembang. Rambutnya yang sedikit diikalkan bagian bawahnya membuat ia berlipat-lipat lebih cantik dari biasanya.
"Kau sangat cantik, Sayang," ujar Renata memperhatikan putri satu-satunya.
"Terimakasih, Ma," jawabnya pelan. "Aku berharap dia tidak akan mengalihkan pandangannya dariku," sambungnya membuat ibu dan anak tersebut tertawa.
"Yuk, kita berangkat." Jason menengahi. "Mereka sudah menunggu," lanjutnya.
Ketiga turun melalui lift hingga ke lobi apartemen. Disana Venny berjumpa dengan Alea yang baru masuk ke dalam apartemen.
"Wahh, kau sangat cantik," teriaknya tanpa sadar saat melihat Venny dan keluarganya hendak pergi menuntaskan acara makan malam yang diadakan di sebuah restauran mewah. "Aku yakin Willy akan menerimamu," bisik Alea kemudian sambil mengedipkan sebelah matanya.
Venny tersipu malu mendengar perkataan sahabatnya ini. Lantas ia bertanya, "Kau benar tidak mau ikut?" tanya Venny yang ke sekian kalinya. Alea sampai memutar bola matanya jengah.
"Ini acara keluarga kalian, bukan keluargaku, okay? Bersenang-senanglah dan jangan lupa memberi kabar baik untukku." Ya, walaupun hati Alea merasa tidak terima namun ia tetap harus menyemangati sahabatnya itu.
"Terima kasih, Alea." Seusai mengatakan itu, Venny meninggalkan Alea yang termenung sendiri. Dia ingin berkumpul dengan keluarga lengkapnya seperti beberapa tahun silam sebelum Mamanya di jemput ajal.
Tanpa sadar, Alea mengeluarkan air matanya, belum sempat ia menghapuskan air mata seseorang menjulurkan sapu tangan di depannya. Alea mendongak menatap wajah tampan David, kemudian tersenyum, "Terima kasih."
"Sama-sama, Sweety. Nah, sekarang kembalilah ke kamarmu dan berdandanlah yang cantik, aku akan menunggumu disini."
Alea menaikkan sebelah alisnya bingung, "Kita mau kemana?"
"Sudah berpakaian saja dulu. Ingat! Yang cantik," gumam David tegas. Alea pun menuruti perintah David.
***
Alea turun ke lobi mendapati David disana menepati janjinya untuk menunggunya. Alea menggunakan dress merah yang sangat terang dan cocok di kulit putih mulusnya dengan tali sejari di kedua bahunya menampilkan kesan elegan. Rambutnya lembut terurai yang lurus sepunggung menambah kesan seksi padanya dengan sedikit jepitan di atas kepalanya.
"Wow, kau sungguh cantik, Alea," Puji David kagum melihat penampilan Alea.
"Kau berlebihan, David" jawab Alea datar. Tanpa disadari Alea David juga sudah mengenakan pakaian jas formal.
"Kita mau kemana?" tanya Alea lagi karena merasa penasaran lalu ia mengikuti langkah David.
"Kau ikut saja dan diam." Alea tak lagi membuka suaranya hingga ia sampai di restauran bintang lima.
Tiba-tiba Alea mengingat perkataan Venny bahwa keluarganya dan keluarga Henderson juga akan berjumpa disini.
"David, apa kita akan berjumpa dengan...," pertanyaan Alea terputus saat seorang anak kecil memanggilnya.
"Mommy!"
Damn!
***
Ah, aku lupa klo misalnya ada yg ingin ditanyakan mengenai pemesanan bisa chat ke banner yg tertera di pengumuman PO kemarin yaa saiaang²kuhh 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR, I'M YOURS! ✔
RomanceSUDAH TERSEDIA DI POGO verso Audio book, Innovel/Dreame ya manteman & juga PDF! *** "Semua ini hanya sandiwara, Alea Keyrich Lanshy!" -William Jordan Henderson