“Mommy mengenal Alea hampir dua tahun lalu.” Eliza menjelaskan kepada Willy dan juga Venny yang penasaran akan hubungan keduanya. Ketiganya menatap Alea yang sedang bermain bersama Keylo dan juga Gina. Berdiri tidak jauh dari mereka sembari tertawa karena tingkah lucu Keylo. “Awalnya, Daddymu mengenalkan Mommy pada Gina yang sudah menjadi pasien tetap di rumah sakit sejak kecil.”
Mata Eliza memandang wajah cantik Alea sambil mengulas senyuman tipis. “Dan ketika Mommy mengunjungi Gina, disanalah awal perjumpaan Mommy dan Alea. Mommy melihat Alea sedang menyuapkan makanan untuk Gina.” Secara bersamaan, ketiganya menatap Alea yang tampak ceria sambil mengacak rambut Keylo. “Seiring berjalannya waktu, Mommy dan Alea menjadi begitu dekat. Mommy juga mengetahui kegiatan Gina sehari-hari dari Alea. Dia juga yang membiayai semua pengobatan dan biaya operasi Gina walau Mommy sudah bersikeras untuk tidak memungut biaya pengobatan Gina. Tapi, Alea tidak ingin merepotkan Daddy dan Mommy maka itu dia menolaknya.”
“Lalu, kenapa Mommy tidak menceritakannya padaku?” desak Willy sambil menatap sang ibu penasaran.
“Mommy tidak pernah tahu bahwa Alea adalah mahasiswamu. Lagipula, sejak ayahnya Gina meninggal, Alea tidak pernah lagi mengunjunginya dan itu terjadi selama satu setengah tahun sampai hari ini.”
Dahi Venny mengerut seketika. Ia ingat selama satu tahun terakhir ini memang sikap Alea sedikit berbeda. Menjadi lebih dingin, pendiam, dan ketika berbicara hanya akan menyakiti hati orang lain. “Memangnya ada apa sehingga Alea tidak mengunjungi Gina lagi, Tante?”“Dia merasa bersalah sudah menyembunyikan status ayahnya. Alea hanya tidak ingin kondisi Gina memburuk dan David menyetujuinya.”
“David?” tanya Willy tidak percaya. “David sahabatku?”
Eliza mengangguk. “Ya, Nak. David sahabatmu dan sepupunya Alea.”
Dan Willy tidak mengerti entah kebetulan seperti apa lagi yang mampu menyangkut pautkan dirinya dengan Alea. Seakan ada benang merah yang terjalin secara tidak kasat mata.“Kalau boleh aku tahu,” sela Venny pelan lalu berdeham. “Apa penyakit Gina, Tante?”
Eliza menatap sendu sosok Gina yang tersenyum lebar dari kejauhan. “Kanker hati stadium IV. Harapan hidupnya sudah tidak ada.”
Astaga...
Venny tidak mampu untuk menahan air matanya yang keluar. Betapa menyedihkannya hidup seorang anak kecil yang bahkan tidak pernah tahu apa-apa tentang dunia luar.
Eliza tak lagi melanjutkan ceritanya saat melihat Alea, Keylo dan juga Gina mendekat ke arah mereka.
“Apa yang kalian bicarakan?” tanyanya sambil menatap Eliza dan Venny menyelidik. Sengaja mengabaikan Willy karena masih merasa canggung akibat dari Keylo yang sudah menjadikannya sebagai Mommy sebutan. Padahal, Alea sudah meyakinkan diri bahwa itu hanya sebutan, tetapi tetap saja rasanya berbeda. “Menggosipiku, bukan?”
Dituduh seperti itu, Eliza tersenyum dan menepuk bangku di sebelahnya. “Hanya sedikit,” sahutnya disertai tawa. “Kemarilah, Nak. Mommy sangat merindukanmu.”
Alea langsung menghambur ke pelukan Eliza yang akan tetap selalu hangat. Mengingatkan ia pada ibunya yang sudah ada di atas sana. “I’m sorry and I miss you, Mom.”
“Do you miss your Mama now, Darling?”
Alea tidak menjawab apapun dan hanya mengangguk dalam pelukan Eliza. Setiap kali melihat Eliza, seakan ia melihat ibunya sendiri. Dan ini sudah berlalu hampir dua tahun lamanya ia tak berjumpa dengan sosok pengganti ibunya itu. Bukankah ia bisa mengambil kesempatan ini untuk meredakan rasa rindunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR, I'M YOURS! ✔
RomanceSUDAH TERSEDIA DI POGO verso Audio book, Innovel/Dreame ya manteman & juga PDF! *** "Semua ini hanya sandiwara, Alea Keyrich Lanshy!" -William Jordan Henderson