"Argh!" Alea berteriak frustasi di dalam kamarnya mengingat kejadian tadi sore di pantry.
Dia sedari tadi hanya jalan bermondar mandir sambil menggigiti kukunya panik. Kenapa dia bisa tercium kedua kalinya? Kenapa dia tidak melawan tadi? Semua pertanyaan itu menggelayut dalam benaknya. Belum lagi dia memikirkan perasaan Venny, apa yang harus ia lakukan sekarang? Ya Tuhan...
Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh lelaki itu?!
Di sisi lain Willy yang tengah terbaring tersenyum-senyum sendiri. Dia hanya memikirkan, apa yang dilakukan gadis itu sekarang? Apakah ia memikirkannya juga? Willy mengambil foto dari nakas di samping tempat tidurnya. Dia menatap wanita cantik yang sedang tersenyum di dalam rangkulannya.
"Dia sangat mirip denganmu, Keeyna. Kebaikan hatinya membuatku merasakan sesuatu di dalam hatiku setelah sekian lama." Willy menarik nafas pelan dan tersenyum, "Hanya saja dia sedikit bar-bar tidak sepertimu yang penuh dengan kelembutan." Willy meletakkan kembali foto itu dan melelapkan matanya serta tubuhnya yang sudah sangat lelah.***
Pagi ini, Alea sedang bersiap-siap menuju ke kampus. Diia seruangan dengan Venny jadi mereka akan berangkat bersama seperti biasanya.
"Cepatlah kita akan telat," Venny berdecak kesal. Bagaimana tidak? Alea telat bangun tidur lagi untuk kesekian kalinya.
"Aku sudah siap. Yuk, kita berangkat." Alea dan Venny segera keluar dari apartemen Alea dan berangkat menuju kampus menggunakan mobil Venny. Mereka sampai dikampus tepat waktu, untungnya tidak telat pada kuliah Mrs. Douglas. Jika tidak, sudah di pastikan mereka akan mendapatkan tugas tambahan dua kali lipat.
Setelah kuliah Mrs. Douglas selesai. Mereka segera ke kantin. Memesan makanan sesuai kesukaan masing-masing dan pelayan membawanya.
"Apa kau tahu orang tuaku hendak kemari?" Venny mulai membuka suaranya.
"Kau tidak memberitahuku, bagaimana aku bisa tahu?" jawab Alea setengah acuh lalu menyeruput minumannya perlahan.
"Mereka berniat untuk berjumpa dengan Tante Eliza dan Pak Willy untuk membicarakan perihal perjodohan ini."
Uhuk!
Kata-kata Venny barusan membuat Alea tersedak minumannya. "Kau tidak apa-apa?" Venny memberikan air mineralnya pada Alea. Alea meminumnya perlahan.
"Apa kau bilang?" tanya Alea memastikan sekali lagi.
"Mereka akan membicarakan perihal perjodohan ini, Alea. Minggu depan mereka akan terbang kemari dan saat itu keputusan perjodohan ini ada di tangan Willy."
Alea tidak memungkiri bahwa ia merasakan sesuatu tergores di hatinya. Rasanya... ia sedikit tak rela mendengar hal itu, namun rasa itu dihiraukannya begitu saja.
"Baguslah, dengan begitu kau akan mendapatkan bantuan orang tuamu untuk mendapatkan dosen itu." Alea menjawab santai bertolak belakang dengan hatinya yang terasa sakit.
"Kau tidak mengerti, Alea."
Alea mengangkat sebelah alisnya, "Maksudmu?"
Venny menarik nafasnya sedikit gusar dan menjawab "kau tahu, bahkan aku belum bisa merebut hati Keylo. Ini sudah hampir dua bulan. Waktuku hanya tinggal seminggu lagi, Alea. Kalau pada saatnya aku masih tidak bisa merebut hati Keylo maka perjodohan ini bisa saja batal."
Terbesit rasa prihatin terhadap sahabatnya ini.
"Sekarang, bagaimana aku bisa tenang?" lanjutnya lagi.
Alea juga bingung harus bagaimana dan seketika pemikiran gila terbesit dikepalanya. "Ajaklah Keylo. Aku akan mencoba berbicara padanya," putus Alea. "Dengan syarat, tidak ada Pak Willy."
Venny melebarkan matanya, "Sungguh? Kau akan melakukannya?"
Alea mengangguk malas.
"Baiklah, aku akan meminta izin Willy nanti untuk menjemput Keylo."
Alea hanya bisa menghela nafasnya pasrah.
***
Akhirnya, Venny mendapatkan izin Willy untuk menjemput Keylo dan membawanya ke bermain bersama Alea walaupun sempat di interogasi beberapa pertanyaan namun itu hal yang mudah bagi Venny. Mereka membawa Keylo ke game center karena mereka tahu Keylo menyukai hal itu saat mereka melihat dosennya keluar dari sini dua minggu lalu.
"Mommy, Elo mau main itu." Keylo berbicara pada Alea sambil menunjukkan ring basket. Alea berjongkok menyamakan tingginya dengan Keylo. "Sayang, itu untuk orang dewasa. Kita main yang lain saja ya?"
Venny melihat interaksi Alea dan Keylo pun merasa iri. Seandainya dia di posisi Alea yang begitu mudah mendapatkan hati Keylo, pasti Willy sudah menerima perjodohan ini jauh-jauh hari.
"Hmm, bagaimana kalau kita main yang itu saja?" Alea menunjukkan mobil kecil yang pas untuk Keylo bergerak-gerak sesuai irama lagu.
Keylo menoleh dan menganggukkan kepalanya antusias. Lalu dengan cepat dia menarik tangan Alea. Alea memberi kode kepada Venny untuk mengikutinya.
Setelah puas bermain, Alea menyuruh Venny membelikan ice cream rasa coklat untuk Keylo. Lalu, Venny membawa tiga ice cream chocolate, salah satunya ia berikan pada Keylo yang berada di pangkuan Alea.
"Sayang, ini ice cream kamu," ujar Venny ramah dan tersenyum."Makasih, Kak Ve," sahut Keylo sumringah. Satunya lagi ia berikan pada Alea.
"Apa yang harus kita lakukan?" Venny bertanya pasrah pada Alea.
"Aku akan membuatnya memanggilmu Mommy. Setidaknya itu awal yang bagus membuka hatinya," jawab Alea ramah.
Venny membelalakan matanya tak percaya.
Kini Alea beralih pada Keylo yang sedang memakan ice cream belepotan di pangkuannya. Dia tidak ingin jauh dari Alea barang sedetikpun.
"Hmm.. sayang," panggil Alea pelan pada Keylo. Keylo menengadahkan kepalanya menatap Alea. Alea yang pengertian tak membiarkan Keylo menengadahkan kepalanya terlalu lama, itu akan membuatnya sakit. Maka ia mendudukkan Keylo di kursinya dan ia berjongkok di hadapan Keylo.
"Dengerin Mommy ya?"
Keylo menganggukkan kepalanya samar sambil memakan ice creamnya kembali.
Alea tersenyum, "Sekarang, kakak Venny adalah Mommy Elo juga. Jadi, Elo harus memanggilnya dengan Mommy, sama seperti Elo manggil Mommy Ale dengan Mommy. Okay?"
Keylo menatap Alea bingung tak mengerti ucapan Alea. Alea menatap Venny, namun Venny hanya mengangkat kedua bahunya pasrah.
"Eum gini, siapapun yang menjaga Keylo harus Keylo panggil Mommy, okay?" Kali ini Keylo menganggukkan kepalanya paham. "Jadi, Elo harus panggil Kak Venny dengan Mommy juga, karena Kak Venny sudah menjaga Elo hari ini. Ngerti?" Alea berkata sangat lembut.
Keylo berhenti memakan ice cream dan menatap Venny dalam. Venny yang ditatap Keylo pun sedikit was-was.
"Mommy Venny?" Panggil Keylo pelan. Venny tersenyum sumringah menatap Keylo.
"Iya sayang, ini Mommy Venny," jawab Venny sambil mencium pipi tembem Keylo. Dia juga berterimakasih pada Alea yang sudah membantunya.
"Ingat, Elo harus selalu manggil Mommy Venny karena Mommy Venny sudah menjaga Elo." Keylo menganggukkan kepalanya setelah mendengar penuturan Alea dan melanjutkan makan ice creamnya.
***
Kacau! Moodku berantakan :(
Maaf buat yg udah sabar dan Setia menunggu cerita ini. Padahal udah mau diterbitkan. Tp malah ketunda. Nanti coba aku tanya ke penerbitnya lagi deh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR, I'M YOURS! ✔
RomanceSUDAH TERSEDIA DI POGO verso Audio book, Innovel/Dreame ya manteman & juga PDF! *** "Semua ini hanya sandiwara, Alea Keyrich Lanshy!" -William Jordan Henderson