Suasana begitu hening meninggalkan Alea, Venny, Eliza, Henderson, David, dan Willy. Hari kian menggelap, cuaca kian mendung, air hujan pun mulai membasahi bumi secara perlahan. Mereka sedang berada di pemakaman Gina, orang-orang yang melayat pun sudah pulang meninggalkan mereka.
"Sayang, yuk kita pulang," ajak Eliza yang masih terisak pada Alea.
Alea yang sedang jongkok di samping pemakaman Gina pun menoleh menatap Eliza dengan pandangan terluka. Alea berdiri dan menatap David, "Antarkan aku pulang, Dav."
David menuruti permintaan Alea. Mereka pulang menggunakan kendaraan masing-masing. Willy juga mengantarkan Venny ke apartemennya, sedangkan Eliza pulang bersama Henderson kerumahnya.
"Kau tidak apa-apa kutinggal sendiri?" David bertanya sesaat mereka sudah sampai di apartemen Alea.
"Aku tidak apa-apa, Dav. Tidak usah terlalu memikirkanku. Bekerjalah, banyak pasien yang menunggumu, bukan?" Alea tersenyum. Namun, David melihat kepahitan dalam senyumannya.
"Aku akan kemari lagi nanti," ucap David sebelum mencium kening Alea. David keluar dari kamar apartemen Alea bersamaan dengan Willy yang keluar dari apartemen Venny.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Willy mencemaskan Alea.
"Dia masih sangat terluka. Aku bahkan tidak sanggup meninggalkannya sendiri," ujar David lesu. Willy mengangguk paham dan berkata, "Biarkan aku menemaninya."
David tersenyum dan mengatakan, "Silakan. Aku pergi dulu, tunggulah hingga aku kembali."
"Baiklah. Terimakasih." David segera meninggalkan Willy setelahnya. Willy masuk dengan perlahan, ia menutup pintu apartemen Alea. Willy melihat Alea yang tertidur di sofa. Matanya memperhatikan keadaan wajah Alea yang pucat, matanya yang membengkak, bahkan masih ada sisa air mata yang sedikit basah di pipinya.
Alea tampak tak nyaman dalam tidurnya, Willy mengambil posisi di samping Alea dan meletakkan kepala Alea di bahunya dengan hati-hati membiarkan Alea tidur disana. Alea menggeliat kecil dan tanpa sadar tangannya memeluk perut Willy yang rata mencari kenyamanan. Willy tersentak kaget walau tak lama ia tersenyum kecil.
David yang sudah kembali dari rumah sakit langsung ke apartemen Alea dan membuka apartemennya dengan mudah karena David mengetahui passcode apartemen Alea. Dia masuk ke dalam yang ditemukan hanyalah keheningan. Sejenak dia terpaku pada pemandangan di depannya. Willy memeluk Alea posesif dan Alea yang bersandar di bahu Willy. Mereka tidur dengan sangat nyaman dan mereka terlihat cocok di mata David.
"Wah wah wah. Ini yang kudapat saat kalian aku tinggal pergi, huh?" Dengan kurang ajarnya David membangunkan 2 insan manusia itu nyaman sedikit gelagapan.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Alea terkejut pada Willy.
Willy yang belum sepenuhnya sadar memijit pelipisnya pelan dan melihat David yang tersenyum miring.
"Aku...aku-"
"Aku menitipkanmu padanya," jawab David singkat. Ia tahu bahwa Willy tidak bisa menjawab.
Alea hanya berdeoh. "Sebaiknya aku mandi dulu," Alea segera pergi dari dua laki-laki tampan itu untuk membersihkan dirinya.
"Sialan kau!" Willy berujar kesal pada David.
David hanya terkekeh kecil kemudian duduk disamping Willy.
"Bagaimana keadaannya?" David membuka suara sambil melepaskan jas dokternya.
"Ntahlah, tak bisa kupastikan. Ketika aku masuk, dia sudah tertidur." Willy berujar sambil menerawang membayangkan polosnya Alea ketika tidur tadi.
"Aku curiga, kau melakukan sesuatu terhadap Alea," David menyipitkan matanya menatap Willy.
"Maksudmu?"
"Aku melihat kau baru saja tersenyum-senyum sendiri." David terkekeh melihat sahabatnya yang malu.
"Aku tidak melakukan apapun padanya." Sewot Willy sambil mengambil minum di dapur layaknya rumah sendiri.
"Haha. Maafkan aku, kawan. Aku hanya bercanda." Teriak David. Tak lama Alea keluar hanya menggunakan hot pants dan baju kaos yang kebesaran yang menutup hot pantsnya serta rambut yang di cepol asal.
"Kenapa kalian belum pulang?" Tanyanya heran dan mengambil tempat duduk di samping David.
"Kau mengusir kami?" Tanya David tersinggung perkataan Alea. Willy datang mengambil beberapa minuman soft drink dari kulkas Alea dan diletakkannya di atas meja.
"Apa yang kau lakukan? Menggeledah apartemenku?" Sungut Alea menghiraukan pertanyaan David. Willy mengangkat kedua bahunya acuh.
Mereka diam, terlarut dalam pikiran masing-masing.
"Belum apa-apa aku sudah merindukannya..." Gumam Alea yang didengar oleh David dan Willy. Mereka menatap Alea iba, David segera merangkul dan mengelus pundak Alea, "Sudahlah, dia sudah tenang di alam sana. Dia pasti bangga bertemu kedua orang tuanya."
Alea yang mendengarnya tersenyum. Kemudian bel apartemen Alea berbunyi, membuyarkan pikiran mereka.
"Siapa?" David bertanya sambil membuka soft drink itu.
"Ntahlah, aku buka dulu." Alea segera ke pintu apartemennya dan mendapati Venny sedang tersenyum lebar.
"Masuklah, jodohmu sedang di dalam."
Venny membelalakan matanya mendengar perkataan Alea. "Jangan khawatir, aku tidak bermacam-macam dengannya. David juga bersama kami," lanjut Alea.
Venny merona malu, kemudian masuk ke apartemen diikuti Alea di belakangnya.
"Hai, Ve," sapa David ramah. Venny hanya tersenyum canggung dan mendapati Willy tersenyum ke arahnya, Venny membalasnya. Namun, Venny memilih duduk di sebelah David karena itu yang paling dekat dengannya dan Alea yang melihat itu memilih duduk sebelah Willy berhadapan dengan mereka.
"Kau baik-baik saja, bukan?" tanya David pelan.
"Aku baik-baik saja, Dav. Terimakasih sudah bertanya," ujar Venny tulus.
Alea yang duduk di sebelah Willy agak sedikit risih. Terakhir mereka berkomunikasi saat Alea menendang 'harta berharga' Willy.
Astagaa...
Mengingat hal itu Alea menjadi merasa bersalah bercampur malu. Willy sadar tingkah Alea yang sedikit risih di sebelahnya, ia sedikit memperpendek jaraknya dengan Alea yang membuat Alea diliputi kebingungan.
"Aku akan membawakan cemilan. Sebentar ya?" Alea bermaksud kabur. Ia tidak bisa berada disana lebih lama lagi karena itu akan membuatnya semakin bersalah pada Willy.
Alea mulai meracik bahan-bahan yang tersedia di kulkas. Kelebihan Alea adalah dia sangat pintar memasak, walaupun isi kulkas menipis, dia dapat mengolah makanan apapun yang tersisa menjadi makanan yang spesial. Dapur dan ruang tamu Alea sedikit jauh dan terbatasi oleh lemari kaca yang besar.
"Kabur, heh?"
Alea terlonjak kaget mendengar suara berat di belakangnya. "Apa yang kau lakukan disini? Kembalilah bersama mereka."
"Jika aku ingin bersama denganmu, apa yang akan kau lakukan?" Willy maju perlahan mendekati Alea yang membuat degup jantung Alea berdetak sangat cepat.
"Jangan macam-macam!" Alea mengacungkan pisau di tangannya ke arah Willy.
Willy tak perduli dan terus saja berjalan hingga dia berhenti tepat depan Alea lalu berdesis pelan, "Kau berani sekali, Alea."
Alea merasa terancam. Ia lengah.
Saat Alea lengah Willy segera memegang kedua pergelangan Alea lalu dia mengecup dan melumat bibir Alea dengan cepat. Setelahnya meninggalkan Alea yang masih terpatung di tempat.
Tak lama Willy mendengar umpatan Alea yang membuatnya tersenyum miring,
"Bajingan!"
Mungkin menggoda Alea menjadi hobinya saat ini karena gadis itu benar-benar menggemaskan.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR, I'M YOURS! ✔
RomanceSUDAH TERSEDIA DI POGO verso Audio book, Innovel/Dreame ya manteman & juga PDF! *** "Semua ini hanya sandiwara, Alea Keyrich Lanshy!" -William Jordan Henderson