Alea sangat panik saat Gina pingsan di depannya dan ia langsung menahan Gina agar tidak terjatuh.
"Gina, bangun sayang," Alea mengguncang bahu Gina perlahan sedangkan David yang melihat Gina pingsan langsung keluar ruangan dan mencari Dokter Jerry yang merawat Gina selama ini.
"Gina, bangun... Please," gumamnya terisak sambil terus berusaha menyadarkan gadis kecilnya.
Lalu pintu ruangan
terbuka, David masuk dengan dokter asing paruh baya yang tak Alea kenal beserta dengan beberapa suster."Kalian tunggulah diluar. Saya akan mengecek kondisinya." Dokter Jerry melangkah mendekati Gina dan memakai stetoskop untuk memeriksa denyut nadi dan jantungnya.
"Gina pasti kuat, sweety." David berujar menguatkan Alea setelah mereka berdua keluar dari ruangan tersebut.
"Aku takut, Dav. Aku takut," Alea terisak pelan dalam pelukan David. "Aku takut kehilangan Gina..."
David mengelus punggung Alea, "Aku yakin Gina kuat. Buktinya dia bisa bertahan selama ini dan itu berkat kau, Sayang."
Alea melepaskan pelukannya dan menatap David nanar. "Kenapa begitu?" Tanyanya.
"Karena selama kau jarang mengunjunginya, dia selalu menanyakan keadaanmu padaku. Aku hanya mengatakan bahwa suatu saat kau pasti datang dan dia selalu menunggu hari itu. Dia hanya bisa bertahan dan terus bertahan hingga kau datang."
Tangisannya menjadi kala mendengar pengakuan David. Alea menyesal karena meninggalkan Gina sendiri selama ini. Ia terlalu egois memikirkan perasaannya tanpa memikirkan perasaan Gina.
Penyesalan memang akan selalu datang di akhir.
Ketika Dokter Jerry keluar dari ruangan, Alea segera menemuinya, "Bagaimana keadaannya, Dok?"
"Keadaannya sangat lemah pola makannya yang tidak teratur. Ini merupakan keajaiban karena jarang anak usia 6 tahun bisa bertahan dengan penyakit separah itu hingga hari ini. Saya tidak yakin Gina bisa bertahan lebih lama dari ini," gumam pria paruh baya itu sambil menghela nafas.
Alea menutup mulut dengan kedua tangannya. Dia tidak akan sanggup jika kehilangan Gina. "Dokter bercanda, kan? Aku yakin Gina akan bertahan. Gina pasti kuat! Gina pasti bisa bertahan demi aku. Gina... Gina..." Alea tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya.
David segera memeluk Alea dari belakang menahan Alea agar tidak memberontak. "Sayang, tenang. Kita doakan saja yang terbaik untuknya." Bagaimanapun juga bagi David dan Alea, Gina sudah seperti adik mereka sendiri.
"Untuk saat ini, pasien belum boleh dijenguk karena masih dalam kondisi kritis dan kami akan memantaunya setiap jam." Dokter Jerry menatap satu persatu wajah sedih itu. "Kalau begitu kami permisi." Jerry beserta susternya meninggalkan Alea dan David.
Seketika, badannya meluruh ke lantai dan terisak kuat. Alea benar-benar tidak sanggup jika ia akan kehilangan Gina. Sementara David menatap nanar pada sosok Gina yang terbaring tak berdaya dari balik kaca.
"Ada apa ini?" tanya Eliza tiba-tiba saja yang baru datang bersama Henderson. David sedikit membungkuk hormat kepada Henderson sementara Henderson hanya menepuk pundak David pelan. Eliza yang melihat Alea di lantai segera memeluk Alea.
"Mami... Gina, Gina..." Alea tak dapat meneruskan ucapannya. Dadanya terlalu sakit, Eliza yang mengerti pun hanya menyuruh Alea tetap tenang dan sabar.
"Gina pasti kuat, Sayang. Dia akan baik-baik saja. Mami yakin itu." Eliza mengelus lembut punggung Alea.
"Bagaimana keadaannya, David?" tanya Henderson pada David yang duduk tak jauh dari Eliza dan juga Alea.
"Ntah lah, Jerry mengatakan kalau Gina tidak akan bisa bertahan lebih lama." David berkata parau.
"Maafkan saya David. Saya hanya bisa membantu dengan mencari dokter terbaik untuk perawatan Gina." Henderson mengetahui bahwa David dan Alea sudah menganggap Gina sebagai keluarga mereka sendiri. Namun, Henderson hanya dapat membantu dengan cara tersebut. Dia juga merasa terpukul, bagaimanapun dia dan Eliza sudah menganggap Gina sebagai anaknya.
"Yang anda lakukan sesuatu yang sangat membantu Gina. Itu sudah lebih daripada cukup, tanpa Anda pun saya tidak begitu yakin kalau Gina akan bertahan sampai saat ini." David menatap Henderson lemah.
***
Gina mengerjapkan matanya berulang kali sebelum melihat Dokter Jerry yang merawatnya, "Gina, apa kau mendengarku?"
"K-Kak Alea," ucapnya terbata seakan menahan sakit, apalagi dengan masker oksigen di hidungnya. Jerry tahu bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Maka dari itu Jerry keluar dari ruangan dan memanggil yang bernama 'Alea'.
Alea terkejut ketika namanya dipanggil. Ia segera melangkah mendekat.
"Gina ingin berjumpa denganmu. Kami akan memberikan kalian privasi." Jerry dan susternya meninggalkan ruangan itu.
Alea masuk perlahan mendekati Gina yang sedang tersenyum tipis. "Gina, kau baik-baik saja kan? Kakak sangat mengkhawatirkan kondisimu? Jangan tinggalin Kakak lagi ya, Sayang." Alea terus memberondong Gina dengan kata-katanya.
Gina menggeleng pelan dan berusaha melepaskan masker oksigen.
"Apa yang kau lakukan?" sela Alea melihat tingkah Gina.
"Kak," panggil Gina pelan setelah berhasil melepaskan masker tersebut. "A-ku tidak akan la-ma disini." Gina menarik nafasnya susah payah.
"Tidak, tidak. Kau tidak boleh pergi!" Alea terus menangis.
Gina tersenyum dan memilih menghapus air mata Alea dengan sebelah tangannya yang bebas infus. "Dengarkan aku, Kak," Alea diam dan terisak pelan mendengarkan Gina, "Aku sa-yang ka-kak. Aku akan se-lalu di samping kakak. Aku ingin berterimaka-sih pada Kakak, Kak David, dan Mami karena te-lah menya-yangiku selama ini," gumamnya terbaya sebelum pamit. "Izin-kan aku pergi de-ngan tenang, Kak."
Alea kembali menangis tersedu-sedu. Dia tak akan sanggup merelakan Gina. Dia bahkan belum menepati janjinya membawa Gina pulang bersamanya. "Janga, Kakak mohon, Sayang... Kakak tidak akan sanggup kehilanganmu Gina."
"A-ku yakin Kakak pas-ti bisa," ujarnya lemah seakan tak ada lagi tenaga untuk menahan sakit berlebih.
Alea merasa prihatin dan sedih, namun dia menganggukkan kepalanya seraya berkata, "Kakak akan berusaha."
Gina tersenyum tulus, "sampaikan sa-lamku bu-at mereka semua," gumamnya sebelum monitor pendeteksi jantung itu menunjukkan garis lurus. Meninggalkan Alea yang memeluk erat badan kecil dan kurus Gina. Namun, bagaimana pun Alea sudah berjanji akan merelakan Gina. Alea menghapus airmatanya dan mengecup kening Gina lama dan lembut.
Dokter Jerry dan semua orang masuk ke ruang Gina melihat kejadian itu dengan terharu. Eliza menangis dalam pelukan Henderson sedangkan David hanya menatap Alea dan Gina sedih. Hatinya terasa sakit.
Tiba-tiba saja, Willy dan Venny yang muncul juga merasa terkejut atas kejadian itu. Mereka dikabari oleh Eliza dan langsung datang ke rumah sakit untuk melihat Gina yang terbaring kaku. Ia menatap Alea iba karena melihat betapa kacaunya penampilan gadis itu.
Dan untuk yang terakhir kalinya, Alea kembali menyentuh kening Gina dengan bibirnya diikuti oleh air matanya yang menetes, menyapu permukaan pipi Gina yang perlahan memucat.
Dokter Jerry mengambil kain putih untuk menutup seluruh tubuh Gina hingga ke wajahnya. Alea melepaskan ciumannya dan kembali terisak. David melangkah perlahan mendekati sepupunya sebelum mendekapnya erat.
Willy yang memperhatikan itu ingin menggantikan posisi David, namun hal itu tak mungkin di lakukannya. Hatinya terasa sakit melihat sisi rapuh Alea. Venny pun turut menitikkan airmatanya sedih, karena bagaimanapun ia mengenal Gina walau tidak begitu akrab. Tak lama kemudian, Venny merasakan sentuhan lembut di bahunya, dia menoleh dan mendapati Willy yang mengelusnya pelan.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR, I'M YOURS! ✔
RomanceSUDAH TERSEDIA DI POGO verso Audio book, Innovel/Dreame ya manteman & juga PDF! *** "Semua ini hanya sandiwara, Alea Keyrich Lanshy!" -William Jordan Henderson