Bryan menyelimuti tubuh Olivia dan pergi ke sirkuit untuk mensetting mobilnya yang sudah terpakir di pit stop.
"Gimana bro, udh ngucapin selamat tidur blum sama dia??" tanya Tian.
"Udah dong, kasian tadi kecapekan nungguin aku tuh" jawabnya sembari menutup pintu kamar sepelan mungkin.
Pintu pit terbuka.. Terpampang jelas BMW E30 ganas itu. Jika yang lain dengan tempelan sponsor, mobil ini tidak ada tempelan sponsor.
Malam itu mereka berdua bekerja keras agar bisa menemukan settingan yang pas kembali. Dari depan sampai belakang, kanan kiri, atas bawah. Dari mesin hingga kaki-kakinya.
"Bro, cewek yang tadi di sebelahmu pas pendaftaraan itu bukannya mantanmu pas SMP kan?" Tian memulai pembicaraan sedang tangan dan matanya menghadap ke bawah kap mesin
"Iya dia Maria, aku sempat bingung aja gtu. Dia kan jarang ikut event, kok berani langsung ikut event segede gaban ini. Habis gitu, dia bakal jadi musuh ku di babak penyisihan besok." jawab Bryan sembari mengecek kaki-kaki sang monster itu.
"Kalo misalnya di babak penyisihan kamu ngga ketemu, malah ketemu di final. Apa yang bakal kamu lakuin??" timpal Tian
"Aku bakal bertaruh" jawab Bryan santai dari dalam mobil. "Apa taruhannya?" tanya rekan satu timnya "Kalo aku kalah aku balikan sama dia, kalo aku menang aku lanjut sama Olivia" jawabnya ringan tapi menusuk dirinya sendiri.
Di lain tempat.
"Mar, mobilmu udah siap belum??" tanya seorang pria paruh baya pada Maria.
"Udah pah, besok kita seneng-seneng kok." jawab Maria dengan rasa takut di dalam lubuk hatinya. Takut akan kekalahan yang akan dialaminya saat melawan mantan pacarnya itu.
Kembali ke Bryan
"Udah nih, yok pulang. Kasihan dia sendiri di kamar" ajak Bryan
"Oke dah, pas kebetulan selesai settingnya." jawab Tian sambil menutup kap mesin. Mereka keluar pit dan menutupnya rapat-rapat. Dan kembali ke hotel
Bryan membuka pintu pelan-pelan agar Olivia ngga terbangun, dan tidur di sebelahnya sembari mengecup keningnya dengan mesra.
Jarum menunjukkan angka lima pagi, Bryan bangun duluan, melakukan kegiatan seperti biasanya mandi, ganti baju, dll. Tak lupa membangunkan Olivia.
"Liv, bangun... Udah pagi nih... Mau ikut ke pit stop ngga??" tanya Bryan dengan lembutnya.
"Ya yan, nanti ah. Masih ngantuk nih... Lagian masih capek.." jawab Olivia sembari meregangkan tubuh di atas kasur empuknya.
"Ya deh, aku tinggal cari sarapan dulu ya" jawabnya sambil meninggalkan kasur Olivia.. Mendengar jawaban itu, Olivia langsung membuka mata dan memeluk Bryan dari belakang. Bryan berhenti berjalan, berbalik memeluk Olivia dan mengecup bibirnya dengan penuh kasih sayang sambil berkata
"Nah gitu dong, aku ngomong sarapan baru bangun. Yok ikut"
"Ya kali sarapan pake piyama, aku ganti baju dulu." jawab Olivia.
"Ya, cepet lho" Bryan mengiyakan
Bryan menggandeng Olivia ke restoran di lantai dasar dan duduk di satu meja dan memesan makanan.
"Nanti mulainya jam berapa??" Olivia mengawali pembicaraan
"Jam 9" jawab Bryan
"Lha ke pit nya jam berapa?" tanyanya lagi
"Jam 8, nanti kamu ikut ke pit ya, temenin aku. Tian semalem tidur kemaleman, sekarang belum bangun" jawab Bryan
"Iya" timpal Olivia singkat.
Mereka berdua kembali ke kamar, Olivia mandi, Bryan tiduran di kasur hotel itu menunggu Olivia selesai mandi.. Bryan termenung dengan percakapannya dengan Tian semalam. Balapan dengan taruhan hati.. Lanjut dengan Olivia atau membuka luka lama.
"Yan, kamu kok ngalamun??" sambil menggoyang badan Bryan.
"Ngga papa kok, ayok berangkat." jawab Bryan santai.
Mereka berdua keluar dari kamar hotel dan berjalan keluar hotel dan ke pitstop untuk tim Bryan dari panitia.
Mereka berdua membuka pintu pit stop dan masuk kedalam. Di dalam pit mereka berdua bercengkrama sebentar sembari menunggu Tian.
"Kak, kira-kira kamu menang nggak ya pake mobil ini?? Aku takut kamu kenapa-napa.." kata Olivia membuka pembicaraan
"Ngga tau, hari ini aku cuma berserah sama Tuhan dan mobil ini. Tuhan pasti menangkan ini." jawab Bryan dengan rasa takut yang mendalam
"Kak, semalem aku liat kamu pergi sama Tian. Kemana?" tanya Olivia
"Kok kamu tau? Aku kemarin ke sini. Mensetting mobil ini. Kan kemarin cuma sekedar buat jalan-jalan sama show off di depan kepala sekolah" jawabnya sambil menggaruk kepalanya yang nggak gatal.
"Eh itu Tian dateng. Bawa apa dia?" kata cewek itu menunjuk teman Bryan.
"Dia bawa minum buat mobil ini, kemarin belum diisi bensin sama sekali" jawab Bryan.
"Eh, kamu udah di sini aja. Berdua lagi, habis ngapain hayo?? Nggak pada mesum kan?" tanya Tian pada dua muda-mudi itu.
"Ngarang lu" jawabnya keras
"Mesumnya udah tadi pas di kamar" bisiknya pada Tian.
"Hwahahaha ternyata kamu Bryan" jawab Tian ngakak.
"Udah ngga usah dibahas lagi, udah mau mulai nih lombanya. Mau latian bentar." suruh Bryan
"Siap ndan" jawab Tian sembari mengisi cairan itu ke dalam tangki monster itu
Flashback on
Saat itu di tempat registrasi
"Apa yang bakal kamu lakukan kalo aku menang?" tanya Maria padanya
"Aku mau bertaruh. Kalo aku kalah melawanmu, aku bakal balikan sama kamu. Kalo aku menang lawan kamu, kau liat nanti di sirkuit." jawab Bryan dengan serius.
"Oke, kita liat besok. Siapa yang akan menang." jawab wanita cantik itu sambil meninggalkannya pergi.
"Oh iya hampir lupa, mobilmu BMW E30 kan??" tanya wanita itu lagi
"Iya, kenapa?" jawab Bryan
"Pake mesin RB26DETT kan??" tanya wanita itu lagi
"Iya" jawab Bryan.
Flashback off
"Sekarang gimana caranya aku bisa menang lawan dia?? Apa yang harus aku lakuin Tuhan?? Apa aku harus mengalah??" Bryan merenung.
Terlihat di belakangnya Nissan Skyline GT-R putih menyalipnya. Setelah itu Bryan kembali memacu mobilnya ke 80% potensi mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Live, and Still Drifting
RomanceCerita seorang anak SMA yang setiap pagi mengantar tahu dagangan ayahnya dengan penuh adrenalin hingga jatuh cinta dengan adik kelasnya yang super cantik dan balapan dengan pembalap-pembalap pro maupun dari luar daerahnya.