Back To The Real Life

44 2 0
                                    

"Gimana kemarin balapannya?" tanya Ayahnya sambil menyulut rokoknya

"Lumayan sih." jawab Bryan

"Ya sudah kalo begitu, berarti kamu sudah berkembang." jawab Ayahnya sembari mengisap rokoknya dalam-dalam

"Kok begitu?" tanya Bryan penasaran

"Ya, coba cari tahu sendiri.. Udah sana antar tahunya, hati-hati" jawab Ayahnya meninggalkan dia

Sepanjang jalan saat mengantar tahu itu, dia masih terpikirkan apa yang dikatakan Ayahnya barusan.

Jam menunjuk angka 5. Dia masih termenung di jok bucket itu.

"Apa yang kau maksud tadi ayah? Apa yang berkembang dariku? Aku hanya melakukan teknik yang aku bisa saja." gumam Bryan

Menginjak pedal dan melaju cepat menuju sekolah.

Sesampainya di sekolah, dia langsung berlari ke kelas dan seperti biasa meletakkan kepalanya diatas meja dan memejamkan matanya tanda dia masih capek.

Hari itu mulai banyak guru yang memuji Bryan, tapi banyak juga yang menyindirnya. Tapi bukan itu yang jadi masalahnya

Flashback on
"Eh bro, udah dapet kabar Olivia masuk rumah sakit belum?" senggol Tian membangunkannya.

Mendengar itu, Bryan langsung terbangun karena shock Olivia harus opname.

"Situ tau dari siapa?" tanya Bryan masih mengucek-ucek matanya

"Semalam, Olivia telpon aku kalau dia masuk rumah sakit gara-gara kecapekan. Tapi, dia titip pesan." jawab Tian.

"Pesan apa?" tanya Bryan sembari menguap

"Sebetulnya dia kepikiran kamu. You know, dia kemarin benar-benar ketakutan saat kamu harus melakukan pertandingan Selotip Kematian yang notabene itu mematikan bagi pengemudi FR. Dia di sampingku terus saat melihatmu bertanding." jelas Tian panjang lebar

"Oohh, itu kesimpulanmu sendiri atau dari dirinya?" tanya Bryan mencurigai.

"Ya elah, hari gini kamu ngga percaya sama teman sendiri?" kata Tian

"Ya deh aku percaya, dirawat dimana dia?" tanya Bryan penasaran.

" RS Panti Wilasa Citarum Semarang. Kalo mau menjenguk dia, aku diajak dong" Tian bersujud memohon agar dibolehkan ikut

"Jangan, ntar kamu diusir sama dia" jawab Bryan kembali meletakkan kepalanya diatas meja

"Ah elu mah" Tian cemberut

Flashback off

Bel pulang kembali waras siang itu, anak-anak berhamburan keluar kelas tak terkecuali Bryan.

Saat di depan mobilnya, dia melihat sepucuk surat terselip di wipernya. Tak tanggung-tanggung dia langsung mengambil surat itu dan masuk ke dalam mobil itu

Bryan,
Aku hari ini ngga berangkat sekolah karena capek kemarin. Aku sebetulnya ngga boleh terlalu capek. Jujur aku kangen momen saat kita di kamar pagi itu. Ngga usah aku jelasin kamu pasti udah tau kok. Oh iya, kamu ngga usah ke rumah sakit sekarang. Aku udah ada yang nemenin kok. Udah dulu ya, Aku mau istirahat lagi biar bisa ketemu kamu besok.
Salam kangen
Olivia.

"Kamu masih sama saja seperti kemarin" batinnya

Menyalakan mesin, dan melaju pergi ke Rumah Sakit.

RSPWC, itu singkatannya. Rumah Sakit di mana Olivia dirawat.

"Mbak, Ruang Flamboyan nomor 14 atas nama Olivia Kusumacitra di sebelah mana ya?" tanya Bryan sopan

"Lurus saja mas, nanti ada papan tulisanya Flamboyan.. Di situ tinggal dicari ruangannya." jawab sang resepsionis sambil menunjuk koridor.

"Oke mbak, makasih ya" jawab Bryan langsung ngeloyor pergi

terlihat jelas papan yang menandakan itu adalah ruang Flamboyan. sekarang saatnya mencari ruangan dimana Olivia diopname

"Nah ini dia ruangannya" gumam Bryan sambil memastikan nama yang tertera di pintu

Tok... tok... tok...

"Ya, masuk.." jawab pria itu dari dalam

seketika itu juga Bryan terkejut. "Siapa pria itu?" batinnya bertanya-tanya. Suaranya bukan layaknya seorang bapak, lebih seperti seseorang yang dia kenal. Dengan ragu Bryan membuka pintu pelan-pelan.

"Oh kamu ternyata, bukannya Olivia tadi udah menyelipkan surat itu di wiper mobil tua bangkamu itu kan?" tanya pria itu pada Bryan.

"Maaf sebelumnya, aku juga sudah tau kalau dia diopname disini sebelum kamu menyelipkan surat itu ke wiperku." jawab Bryan menantang

"Oh seperti itu, maaf ya sekarang Olivia sudah milikku. Sepertinya kau terlambat." Pria itu meremehkan.

"Oke, aku kesini cuma ingin menaruh ini." Bryan menaruh bunga dan bingkisan di meja

"Sebelumnya, Get Well Soon Olivia." Bryan pergi sambil menutup pintu.

"Bryan..." Pekik Olivia

Pria itu adalah temannya sendiri di organisasi perwakilan kelas. Namanya Roy. Tunggangannya Mitsubishi Lancer Evo X. Terlihat memang Bryan dengannya bagai bumi dan langit. AE-86 vs Evo X. Jangan tanya soal balap downhillnya. Jelas Bryan lebih unggul, hanya tunggu saja saatnya akan datang.

Sebetulnya, Olivia sudah jadi rebutan laki-laki di sekolahnya. Tapi entah kenapa hanya Bryan yang terpilih. Padahal, Bryan bisa dibilang kudet/kurang updet tentang hal macam itu.

Apalagi soal kemarin soal Olivia dan Bryan yang dapat dispensasi bersama, amarah para laki-laki mulai naik. Saat mereka tahu kalau Olivia masuk rumah sakit, salah satu dari mereka yang memiliki rencana menjatuhkan Bryan dengan cara apa pun. Ya terpaksa Bryan harus kembali berpacu dengan perasaan.

"Ah, biarin aja deh. Toh dia bawanya Evo X. Apa dayaku cuma bawa AE-86." gumamnya sambil mengusap-usap poninya

Pagi itu, seperti biasa dia mengantar tahu ayahnya. Tapi tidak seperti biasa raut wajahnya saat mengantar. Biasanya dengan raut wajah sedikit mengantuk dan rambut yg masih acak-acakan. Tapi hari itu cukup berbeda, semalam dia tak bisa tidur karena pikirannya yang melayang-layang tentang kejadian siang tadi.

"Kamu mau nantang Bryan balapan? Kapan?" tanya teman Roy.

"Iya lah, pake taruhan juga." ujar Roy.

"Emang apa taruhannya?" tanyanya lagi.

"Olivia." ujarnya sambil menatap Evo X itu dalam-dalam

"Percuma lah bro, kamu mau lawan AE-86 kek, mau lawan STi pun kamu tetap menang telak." jawab temannya itu

"Iya, tapi coba kamu liat, dia pake AE-86 itu aja udah terkenal sampe luar daerah.. Sedang aku.. Pake Evo aja nggak terkenal. Aku masih mencari apa yang bisa membuatnya terkenal." Roy berujar.

"Ya wis lah kalo gitu, tapi jangan salahkan mobilmu kalo nanti kamu kalah sama MOTUBA(MObil TUa BAngka) itu" temannya meninggalkannya.

"Akan kukalahkan kau nanti" gumam Roy

Love, Live, and Still DriftingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang