4

29 15 4
                                    

Tidak lama setelah bel masuk bunyi, guru pun masuk ke dalam kelas dan mulai mengabsen muridnya satu-satu.

"Andhanu Baskara?" ibu guru pun memanggil sampai 3x namun tidak ada jawaban.

"Perasaan tadi gue liat si dhanu deh, kok belom masuk kelas ya, Li?"  tanya shintia.

"Jangan tanya gue, gue bukan emaknya."

"Njir, sensi amat sih lo mbak."

"Bodo amat."


Tidak lama kemudian, terdengar bunyi ketukan pintu dan ibu guru mempersilahkan untuk masuk. Ternyata yang masuk adalah Dhanu. Dan Lia tidak memperdulikan kehadiran lelaki itu.

Setelah beberapa jam pelajaran sudah dilewati, bel istirahat pun berbunyi.

"Lia, kantin yuk." ajak Vina

"Males ah, kalian aja. Gue mau siap-siap buat gue lomba karate ntar sore."

"Oke deh." seru Shintia.

Setelah Vina, Shintia dan juga Jane keluar kelas, Dhanu menghampiri Lia.

Dhanu berdecak "lo lomba karate? Hebat juga ya lo" sambil duduk disamping Lia

"Bukan urusan lo, pergi jauh jauh deh lo. Apa mau gue hajar lo?"

"Hajar aja kalo lo berani." kata Dhanu sambil terkekeh.

"ternyata lo beda ya sama Callysta." batin Dhanu.

"Btw, nanti pulang lo gue anter." sambil ngedipin mata ke Lia.

"OGAH!!"

"Gue nggak terima penolakan." Dhanu berlalu meninggalkan Lia.

"IIIIIIHHHHH, nyebelin lo." gerutu Lia.


                                                                            ***

"Selanjutnya, SMA Putra Bangsa melawan SMA Taruna Persada." dan seketika itu juga tepukan tangan dan sorakan menghiasi ruangan indoor dari siswa-siswi SMA Putra Bangsa maupun SMA Taruna Persada yang mendukung perwakilan dari sekolah mereka masing-masing. Vina, Jane dan Shintia pun turut hadir untuk menyemangati sahabatnya itu, bahkan ada Dhanu dan ketiga temannya.

Lia adalah satu-satunya peserta perempuan yang mengikuti lomba karate ini. Lia sudah memenangkan beberapa ronde, namun ketika di babak akhir, Lia gagal. Dia kalah dalam lomba karate kali ini. Melihat kesedihan dan kekecewaan dari muka Lia, teman-temannya menghampiri dan memberi semangat pada Lia. Lia senang karena dia masih mempunyai teman-teman yang menyayanginya dengan tulus. Tapi dia juga sedih, karena tidak ada satupun anggota keluarganya yang mau datang untuk memberikan semangat kepada Lia, karena orang tuanya dan kak rio lebih memilih datang ke perlombaan olimpiade si lysta dibandingkan dia.

Ketika Lia keluar dari tempat lombanya, Dhanu menunggunya diparkiran. Namun, Lia tidak peduli dengan Dhanu.

"Ayo, naik" ajak Dhanu ketika dia menghampiri Lia.

"Nggak"

"Eh gue kan udah bilang, nggak ada penolakan."

"Gue bilang nggak ya nggak."

"Buruan, atau lo gue gendong kedalam mobil nih."

"Nggg.... Ehhhh lepasin gueeeee." Dhanu langsung gendong Lia.

"Gue kan udah bilang, gue bakal gendong lo."

"Lo gilaaaaaaa. Turunin gueee, gue bisa jalan sendiriii." teriak Lia

"Udeh lo diem aja."

Lalu Dhanu turunin Lia dan membukakan pintu untuk Lia. Dengan terpaksa Lia pun nurut.

Selama perjalanan, Lia hanya diam karena malu gara-gara gagal dalam memenangkan lomba karate kali ini.

"Li"

"Hmm"

"Lo masih marah ya sama gue?"

"Hm"

"Hm hm doang. Say something lah."

"Lo diem atau gue turun." jawab Lia dengan ketusnya.

Tak berapa lama, mereka pun sampai di depan rumah Lia.

"Besok pagi, gue jemput." kata Dhanu tanpa basa-basi

"Nggak usah."

"Gue jemput pokoknya."

"Ihhhh keras kepala lo." ucap Lia sambil menutup pintu mobil dengan keras.

Waktu Lia masuk ke dalam rumah, semua anggota keluarganya pada berkumpul di ruang tamu dan sedang merayakan kemenangan lysta untuk olimpiade tahun ini, dan mereka tidak memperdulikan kehadiran si Lia.

Begitulah keadaan Lia saat ini, dia tidak sanggup menghadapi kenyataan ini terus menerus. Dia ingin mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya kembali, tapi itu semua tidak akan mungkin terwujud.



Terimakasih yang sudah mau baca cerita aku, maaf ya kalo masih banyak kesalahan. Kan masih pemula hehee.

Jangan jadi silent reader juga dong, aku butuh saran kalian juga nih hehehe.

Makasih buat yang udah baca cerita aku, lope lope <3





LONELYWhere stories live. Discover now